tirto.id - Pembangunan kilang baru (Grass Root Refinery/GRR) di Bontang, Kalimantan Timur memasuki tahap baru. PT Pertamina (Persero) telah menemukan mitra usaha untuk menggarap proyek tersebut.
Pertamina telah memilih konsorsium pimpinan perusahaan minyak asal Oman, yakni Overseas Oil and Gas LLC (OOG) sebagai mitra dalam proyek pembangunan kilang minyak Bontang yang senilai 10 miliar dolar atau sekitar Rp130 triliun.
Konsorsium pimpinan OOG itu juga melibatkan Cosmo Oil International Pte Ltd (COI) yang merupakan trading arm Cosmo Energy Group, salah satu perusahaan pengolahan minyak Jepang.
Direktur Mega Proyek Pengolahan dan Petrokimia PT Pertamina, Ardhy N. Mokobombang mengatakan perusahaannya memilih konsorsium pimpinan OOG sebagai mitra strategis dengan sejumlah pertimbangan.
Menurut dia, OOG mendapatkan dukungan penuh dari pemerintah Oman untuk pendanaan proyek dan penyediaan pasokan minyak mentah. Perusahaan itu juga memiliki kemitraan strategis dengan Cosmo Oil International dalam hal dukungan teknis dan pemasaran produk.
"Rencananya, kami (Pertamina), OOG dan COI ini akan membangun kilang di Bontang dengan kapasitas 300 ribu barrel per hari," ujar Ardhy di kantor Pertamina Jakarta, pada Selasa (30/1/2018).
Dia menambahkan Pertamina berencana dalam waktu dekat akan melakukan penandatanganan kerja sama resmi dengan konsorsium tersebut. “Setelah itu, nanti dilanjutkan dengan feasibility study dan engineering package. Harapannya pada 2025, kilang ini sudah bisa beroperasi dengan lancar dan aman,” kata Ardhy.
Menurut dia, konsorsium itu terpilih dalam proses seleksi calon mitra untuk proyek kilang Bontang. Proses pemilihan dilaksanakan berdasarkan skema penugasan pemerintah melalui Keputusan Menteri ESDM 7935 K/10/MEM/2016 tanggal 9 Desember 2016. Proses seleksi dijalankan sejak Januari 2017. Seleksi itu awalnya diikuti oleh sekitar 100 perusahaan.
Setelah memilih konsorsiun OOG-COI, Pertamina menyampaikan sejumlah persyaratan bisnis kepada kedua perusahaan tersebut.
Dari sisi finansial, Pertamina tidak akan ikut mendanai proyek kilang minyak Bontang. Selain itu, Pertamina mendapatkan lebih dari 10 persen saham dari proyek tersebut tanpa mengeluarkan biaya. Pertamina juga meminta berhak memasok sampai 20 persen dari minyak mentah yang diolah di Kilang Bontang.
"Terakhir, Pertamina tidak melakukan offtake agreement terhadap konsorsium, tapi Pertamina akan melakukan joint marketing dengan konsorsium," kata dia.
Karena itu, seandainya kemudian ada excess produk dan memerlukan marketing ke luar (ekspor), maka konsorsiumlah yang akan melakukan ekspor. "Tapi, kalau kebutuhan dalam negeri masih ada, Pertamina tetap mengambil sesuai porsi marketing B2B (business to business) dengan konsorsium untuk dipasarkan di dalam negeri," ujarnya.
Penulis: Shintaloka Pradita Sicca
Editor: Addi M Idhom