tirto.id - Karbon dioksida (CO2) dan karbon monoksida (CO) memiliki perbedaan, meski keduanya sama-sama bersifat sebagai gas yang tidak berwarna dan tidak berbau. Keduanya juga memiliki dampak dalam perubahan iklim maupun ke tubuh manusia. Mana yang lebih berbahaya?
Karbon dioksida maupun karbon monoksida sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari, termasuk aktivitas merokok. Keduanya bisa mengakibatkan dampak secara langsung maupun tidak, dan tentunya wajib diwaspadai.
Sebelum mengetahui dampak yang ditimbulkan CO2 dan CO, simak definisi serta perbedaan karbon monoksida dan karbon dioksida.
Definisi Karbon Dioksida dan Karbon Monoksida
Karbon dioksida merupakan gas yang tidak berbau dan tidak berwarna. Gas ini memiliki kepadatan sekitar 60 persen lebih tinggi dari udara kering. Melansir Badan Keamanan dan Inspeksi Pangan Amerika Serikat (USDA), CO2 bisa dihasilkan dari berbagai cara.
CO2 umumnya diproduksi oleh metabolisme tubuh dan menjadi komponen normal dari napas yang dihembuskan. Gas tersebut bisa juga dihasilkan melalui pembakaran bahan bakar fosil dan sumber alami seperti letusan gunung berapi.
Sementara itu, karbon monoksida merupakan gas yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, mudah terbakar, dan sedikit kurang padat ketimbang udara. Secara umum karbon monoksida berasal dari pembakaran bahan bakar fosil yang tidak sempurna
Melansir Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, gas CO di udara bisa dihasilkan dari mobil, truk dan kendaraan atau mesin lain yang membakar bahan bakar fosil. Aktivitas lain di dalam ruangan juga menyebabkan CO, seperti pembakaran minyak tanah, cerobong asap, tungku, atau bahkan kompor gas yang bocor.
Apa Perbedaan Antara Karbon Dioksida dan Karbon Monoksida?
Perbedaan antara karbon dioksida dan karbon monoksida secara kimia bisa dilihat dari terbentuknya. Karbon monoksida merupakan 1 atom oksigen yang terikat pada 1 atom karbon. Sedangkan karbon dioksida adalah 2 atom oksigen yang terikat pada 1 atom karbon.
Karbon monoksida umumnya merupakan jenis gas yang mudah terbakar, sebaliknya karbon dioksida tidak. Dari tingkat dampaknya ke manusia secara langsung, karbon memiliki tingkat bahaya yang lebih tinggi bahkan pada kadar rendah. Sebaliknya, CO2 cenderung masih aman jika pada kadar normal. Apakah karbon monoksida berubah menjadi karbon dioksida?
Karbon monoksida memiliki konsentrasi yang rendah di atmosfer, serta tidak mengikat banyak panas seperti karbon dioksida. Namun, CO bisa menjadi CO2. Dilansir dari University Corporation for Atmospheric Research (UCAR), karbon monoksida bisa bereaksi dengan oksigen (O2) untuk membentuk karbon dioksida, atau disebut sebagai oksidasi.
Berikut ini sedikit dari apa perbedaan karbon dioksida dan karbon monoksida?
- Karbon monoksida merupakan gas yang mudah terbakar. Sebaliknya karbon dioksida tidak.
- Karbon monoksida merupakan gas yang mematikan bagi manusia dan hewan.
- Karbon dioksida adalah gas yang dihirup dan dihembuskan manusia.
- Karbon dioksida dan karbon monoksida sama-sama tidak berbau dan tidak dapat tercium.
Mengapa Karbon Monoksida Lebih Berbahaya dari Karbon Dioksida?
Apakah karbon monoksida beracun? Karbon monoksida merupakan senyawa jahat yang memiliki dampak buruk kepada kesehatan manusia. Melansir Kemenkes, paparan gas CO pada masyarakat secara rutin dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat dan menyebabkan penyakit jantung koroner.
Kemudian serangan serangan jantung dan penyakit kardiovaskular lainnya serta dapat menyebabkan delayed encephalopathy setelah karbon monoksida akut (DEACMP). Selain itu, karbon monoksida juga dikaitkan dengan peningkatan years of life lost (YLL) harian.
Adapun gejala yang ditimbulkan akibat paparan CO adalah sakit kepala, pusing, sesak napas, mata berair, hingga tekanan darah tinggi. Paparan gas CO juga mempunyai hubungan dengan kelelahan kerja serta kejadian berat badan lahir rendah (BBLR).
Gejala itu ditimbulkan lantaran karbon monoksida mengikat hemoglobin dalam darah, lalu mengurangi kemampuan darah untuk membawa oksigen. Hal ini mengakibatkan terganggunya pengiriman oksigen ke organ-organ tubuh.
Sementara itu, efek CO sebenarnya bisa lebih tinggi dalam ruangan. Sejumlah sumber dari CO itu di dalam ruangan itu antaranya kompor gas, peralatan gas yang tidak berfungsi atau kurangnya ventilasi yang baik, pemanas ruangan, perapian, asap rokok, dan asap knalpot mobil atau truk dari garasi.
Dilansir California Air Resources Board, di negara-negara barat, bahaya karbon monoksida cenderung lebih tinggi di saat musim dingin. Itu karena di negara-negara tersebut, orang-orang kerap menggunakan pemanas ruangan dan tidak memiliki ventilasi yang baik.
Sebaliknya bagi negara seperti Indonesia, contoh karbon monoksida yang patut diwaspadai ialah salah satunya asap rokok. Menurut Kemenkes, rokok menjadi salah satu sumber gas karbon monoksida terbesar. Apalagi, Indonesia memiliki persentase perokok salah satu terbesar dunia menurut World Population Review 2022 sebesar 38.2 persen.
Penelitian menunjukkan bahwa terdapat 4000 bahan kimia dalam rokok. Sebanyak 200 diantaranya merupakan kandungan beracun, yang salah satunya adalah karbon monoksida itu sendiri.
Karbon monoksida yang dihirup terlalu banyak, mengakibatkan sel-sel darah merah akan lebih banyak berikatan dengan CO alih-alih dengan oksigen. Dampaknya, fungsi otot dan jantung akan menurun.
Penulis: Dicky Setyawan
Editor: Dhita Koesno