Menuju konten utama

Pengusaha Keramik Minta Harga Gas Segera Turun

Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia berharap pemerintah segera menurunkan harga menjadi $6-7 dolar per MMBTU

Pengusaha Keramik Minta Harga Gas Segera Turun
Pekerja menyelesaikan pembuatan tegel motif atau keramik lantai bermotif di Keniten, Tamanmartani, Kalasan, Sleman, DI Yogyakarta, Jumat (30/12). Tegel motif 'panjen' yang dijual dari harga Rp85.000 sampai Rp250.000 per meter persegi tergantung motif tersebut dipasarkan ke sejumlah kota di tanah air seperti Jakarta, Medan, Kalimantan, Bali, dan Lombok. ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah.

tirto.id - Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) berharap pemerintah segera menurunkan harga gas. Ketua Umum Asaki, Elisa Sinaga berpendapat waktu paling tepat untuk penurunan harga gas ialah sebelum April 2017.

“Industri properti akan mulai tumbuh selepas kuartal I tahun 2017 atau pada April. Harapan kami bulan depan (Februari) harga gas turun," kata Elisa pada Selasa (10/1/2017) sebagaimana dikutip Antara.

Elisa mengeluhkan harga gas yang dikonsumsi oleh industri keramik saat ini masih mencapai $8,1 dolar per MMBTU di kawasan Pulau Jawa Bagian Barat. Sementara di kawasan Pulau Jawa Bagian Timur harga gas mencapai $9,1 dollar per MMBTU.

Harga gas yang realistis bagi industri keramik, menurut Elisa, ada di kisaran $6-7 dolar per MMBTU.

"Sebaiknya harga itu berlaku sama di semua daerah. Karena orientasi pasarnya sama. Kalau terjadi perbedaan, daya saingnya (industri keramik) kurang baik," kata Elisa.

Selama ini, industri keramik memanfaatkan gas sebagai sumber energi utama dan tidak bisa digantikan oleh jenis energi lain agar kualitas produksi tidak menurun. Konsumsi gas di industri keramik rata-rata berkontribusi sekitar 22-38 persen terhadap seluruh biaya produksi.

"Umumnya (kontribusi gas ke biaya produksi keramik) 33-35 persen. Bahkan ada yang 38 persen. Untuk genteng keramik, kontribusinya (gas) 40 persen," ujar Elisa.

Elisa khawatir tingginya harga gas menyebabkan industri keramik nasional kalah bersaing dengan produk asing. Padahal, kondisi pasar di dalam negeri kini terus membaik.

Sebelumnya, Menteri Perindustrian, Airlangga Hartanto mengatakan kementeriannya menargetkan industri keramik dan kaca bisa mendapatkan harga gas di bawah $6 per MMBTU pada 2017.

Menurut dia penurunan harga gas ini penting karena industri keramik merupakan sektor unggulan di Indonesia mengingat berlimpahnya bahan baku di dalam negeri. Selama 25 tahun terakhir, produksi keramik domestik menjadi salah satu penggerak kinerja industri nasional.

“Industri keramik nasional dalam jangka panjang cukup prospektif. Pasar dalam negeri terus meningkat, apalagi pemerintah terus meningkatkan program pembangunan properti,” ujar dia di Mojokerto, Jawa Timur pada Senin (9/1/2017).

Kementerian Perindustrian mencatat industri keramik nasional tumbuh 10-15 persen selama 2016 kemarin. Volume penjualan produk keramik Indonesia sepanjang 2016 mencapai 385-402 juta meter persegi.

Sementara dengan kapasitas produksi terpasang ubin keramik nasional, yang sebesar 580 juta meter persegi, realisasi produksinya pada 2016 mencapai 350 juta meter persegi.

“Sebanyak 87 persen produksi keramik nasional di pasarkan di dalam negeri, sisanya diekspor ke negara-negara di kawasan Asia, Eropa dan Amerika. Produknya termasuk ubin, tableware, sanitari dan genteng (rooftile),” kata Airlangga.

Baca juga artikel terkait KERAMIK atau tulisan lainnya dari Addi M Idhom

tirto.id - Hard news
Reporter: Addi M Idhom
Penulis: Addi M Idhom
Editor: Addi M Idhom