tirto.id - Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta meresmikan mesin penyimpanan Controlled Atmosphere Strotage (CAS) di Pasar Induk Kramatjati, Jakarta Timur, Selasa (6/5/2017) sore. Kehadiran mesin buatan PT. Argo Mandiri, Kudus, Jawa Tengah itu telah lama ditunggu-tunggu karena dianggap mampu “memperpanjag usia” bahan pangan hingga lebih dari enam bulan.
Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Djarot Saiful Hidayat mengatakan mesin tersebut akan digunakan oleh PD Pasar Jaya untuk menjaga ketersediaan bahan pangan sepanjang tahun. Dengan demikian, kata Djarot, Pemprov DKI dapat dengan mudah mengendalikan harga dan inflasi di Jakarta.
“Jadi bawang merah, cabai, kentang, sayuran, (awet) sampai 6 bulan dengan menggunakan teknologi atmosfer. Bukan hanya mengatur suhu, tapi juga mengatur oksigen sehingga benar-benar teknologi ini mampu menjaga kesegaran sayuran,” ungkapnya di sela-sela peresmian mesin CAS.
Apalagi, ia menambahkan, 26 persen inflasi di Indonesia berasal dari Provinsi DKI Jakarta. Lantaran itulah, ia meminta agar mesin tersebut dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID).
“Kalau inflasi di Jakarta bisa kita kendalikan, maka seluruh Indonesia bisa stabil.”
Awalnya, Djarot sempat khawatir mesin tersebut tidak jadi beroperasi. Pasalnya, pembelian mesin itu sudah direncanakan sejak awal Maret dan diniatkan untuk mengantisipasi kenaikan harga pada saat dan menjelang bulan Ramadan. Namun, mendekati bulan Ramadan, mesin tersebut belum sampai ke Jakarta.
''Saya sempat ragu dan bertanya-tanya, jadi enggak ini mesin CAS dioperasikan,” tutur Djarot.
Ia menilai, mesin tersebut cocok untuk membantu Pemprov bersaing dengan para tengkulak yang kerap menaikan harga jelang bulan Ramadan dan Lebaran. Selain itu, kata Djarot, dioperasikannya mesin CAS juga untuk memutus mata rantai distribusi dan menguntungkan para petani.
"Harga-harga bahan pokok sering tak terkendali karena ulah permainan para tengkulak, para mafia pangan, para bandit-bandit ekonomi yang merugikan konsumen dan petani," paparnya.
Sementara itu, Vice Plant Manager PT. Puro Agro Mandiri, Agung Subani menjelaskan bahwa mesin CAS yang diproduksinya mampu mengawetkan berbagai jenis produk hortikultura tiga sampai enam bulan. Sebab, mesin tersebut temperatur di dalam mesin disesuaikan dengan jenis komoditasnya.
“Jadi yang kita kendalikan adalah temperaturnya, kemudian oksigennya, kemudian karbon dioksida, nitrogen, kelembaban atau RH, dan etilen,” katanya mengungkapkan.
Dari situlah, ia mengatakan, mesin CAS mampu menahan konversi hingga 8-10 persen dibandingkan konversi manual yang kualitasnya bisa susut hingga 35-40 persen.
“Nah, selisih 25 persen itu kali harga per kilonya kan sekian ton itu kan, benefit yang diperoleh oleh petani di situ,” imbuhnya.
Menurut Agung, pertanian di Indonesia cukup produktif dan selalu surplus dalam kurun 6 tahun belakangan. Hanya saja persoalannya, produksi tersebut dipengaruhi oleh musim dan cuaca yang ia sebut sebagai on season atau musim panen raya dan off season atau ketika musim hujan.
Ketika panen raya, harga seringkali jatuh karena penyebarannya tidak merata setiap bulan, sedangkan harga menjadi tinggi lantaran petani gagal panen saat musim hujan. Karena itulah, kata dia, CAS menjadi solusi atas persoalan ketahanan pangan pemerintah.
“Produk itu sebagian disimpan oleh pemerintah. Dan beberapa bulan kemudian, masuk di musim off season, produk ini dikeluarkan kembali sehingga bisa mem-balancing baik dari sisi kebutuhan konsumsi maupun dari sisi pricing,” ujarnya.
Dengan begitu, meskipun fluktuasi harga belum bisa terselesaikan 100 persen, “tapi paling tidak bisa membantu. Dan ini kalau digerakan secara nasional di lumbug-lumbung holtikultura, itu akan sangat menguntungkan.”
Terkait pengadaan mesin CAS ini, Direktur Utama PD Pasar Jaya Arief Nasrudin mengungkapkan, dilatarbelakangi oleh permasalahan harga pangan di pasar-pasar di Jakarta, khususnya komoditi bawang merah dan cabai.
Menurutnya, kunci untuk mencapai kestabilan harga pangan di Jakarta adalah dengan menjamin agar stok selalu terjaga.
"Maka solusinya adalah pemerintah harus menyerap sebagian hasil panen kedua komoditas untuk disimpan dan dikeluarkan saat off season untuk menstabilkan harga tanpa harus mengimpor," ujarnya saat memberi sambutan dalam acara peresmian mesin CAS tersebut.
Ia mengatakan, untuk saat ini pengadaan mesin CAS baru dilakukan satu unit di Pasar Kramat Jati dengan kapasitas 16 ton. Mesin tersebut dibangun dari kontainer di atas lahan 150 meter persegi dengan dimensi 8,6 x 7 x 2,5 meter persegi. Nantinya, akan ada tiga mesin CAS berkapasitas penyimpanan 60 ton.
“Nanti ada di beberapa pasar, tapi yang di sini ada 3 kopel. Ini baru satu kopel, Agustus kita ada 3 kopel,” ungkapnya.
Penulis: Hendra Friana
Editor: Yuliana Ratnasari