Menuju konten utama

Pemimpin ISIS Filipina Dinyatakan Tewas Lewat Hasil Tes DNA

Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) mengkonfirmasi kematian pemimpin ISIS Filipina, Abu Dar berdasarlan hasil tes DNA yang dilakukan. 

Pemimpin ISIS Filipina Dinyatakan Tewas Lewat Hasil Tes DNA
Ilustrasi Bendera ISIS. ANTARA FOTO/Adeng Bustomi

tirto.id - Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) menyatakan bahwa Abu Dar, pemimpin Grup Maute yang berafiliasi dengan ISIS telah tewas. Hal tersebut terkonfirmasi melalui hasil tes DNA yang dilakukan.

Melansir dari The Guardian, Sekretaris Pertahanan Delfin Lorenza mengatakan, “Itu berarti bahwa pemimpin ISIS yang memproklamirkan diri, kini sudah mati. Sementara itu anggotanya saat ini tidak memiliki pemimpin, dan mereka tersebar setelah tentara berhasil melakukan operasi.”

Militer mengumumkan kematian Abu Dar, yang nama aslinya Benito Marombsar, pada Maret 2019, setelah terjadinya bentrok di kota Tuburan dekat Marawi, namun kabar kematian tersebut diragukan, sehingga perlu dilakukan tes DNA untuk mencari kepastian.

“Rekan-rekan kami dari AS megkonfirmasi kematiannya,” kata Komandan Marawi, Kolonel Romeo Brawner kepada The Guardian.

Abu Dar berperan membantu merencanakan pengepungan berdarah Marawi pada 2017, bersamaan dengan terbunuhnya Ketua ISIS lainnya, Isnilon Hapilon dan para pemimpin Kelompok Maute Omar serta Abdullah Maute, menurut rekaman vidio propaganda sebelum pengepungan.

Pertempuran yang dilakukan merebut pengendalian kota selama 5 bulan, yang meratakan pusat kota Marawi dan hingga hari ini tidak tersentuh karena ditundanya upaya rehabilitasi.

Setelah insiden tersebut, Abu Dar melarikan diri ke gunung dan merekrut para pejuang baru dan melatihnya.

Dalam upaya pencarian Abu Dar, militer melakukan operasi pencarian besar-besaran ke tempat pengungsian ribuan penduduk yang menyebabkan keprihatinan kemanusiaan.

Bentrokan di Tuburan terjadi beberapa minggu setelah pasukan militer menyerang kamp ISIS di kota Sultan Dumalundong.

Jasad Abu Dar ditemukan di samping tumpukan sampah yang diprediksi telah direncanakan, sehingga menunjukan bahwa ada upaya pemindahan jasadnya ke suatu tempat. Luka tembak di punggungnya terbukti fatal.

Melansir South China Morning Post, Brawner mengatakan, “Mereka berusaha melarikan diri, mungkin karena pemimpin mereka telah mati, dan tertinggal. Ketika kami menemukan mayat itu, kami melihat wajahnya terbakar, mungkin kami jadi tidak bisa mengenalinya.”

Abu Dar diyakini menjadi pengganti ketua ISIS yang terbunuh di Marawi, Isnilon Hapilon. Pemimpin yang berkarisma terhadap keluarga, dia juga dikenal dengan perekrut orang baru yang efektif.

Militer mengklaim dia meninggalkan pertempuran di Marawi untuk mencari bantuan, tetapi tidak berhasil kembali karena ditahan oleh blokade militer.

“Abu Dar adalah penceramah yang hebat, bahkan lebih hebat dibandingkan dengan Omar Maute. Dia sangat memahami Al-Qur’an. Ketika dia berbicara, Anda akan sangat mudah mempercayainya,” ucap salah satu mantan anggota Kelompok Maute yang dulunya direkrut oleh Abu Dar, sebelum akhirnya menyerah pada militer tahun lalu.

Brawner mengatakan, dengan tewasnya Abu Dar, ancaman ISIS di Marawi dan kota-kota terdekat di Provinsi Lanao Del Sur menjadi berkurang.

Tetapi ancaman dari afiliasi ISIS lainnya tetap menjadi perhatian di bagian lain Mindanao, terutama di daerah Sulu dan Maguindanao.

“Kami akan memantau jika mereka mencoba untuk memilih pemimpin lain, agar kami tahu seberapa besar kekuatan yang mereka miliki,” kata Lorenzana.

Namun, Zachary Abuza, seorang penganalisis Asia Tenggara di National War College mengatakan, dengan menyerang pemimpinnya saja dan tidak membersihkan akarnya, sama saja percuma, karena yang harus di cari adalah akar pemberontakan yang dilakukannya.

“Saya pada dasarnya tidak setuju dengan strategi kontra-terorisme yang didasarkan pada pemenggalan kepala. Anda tidak akan membunuh mush Anda dari pemberontakan yang telah berlangsung lama,” kata Abuza.

Baca juga artikel terkait ISIS atau tulisan lainnya dari Irsandy Dwi

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Irsandy Dwi
Editor: Yandri Daniel Damaledo