Menuju konten utama

Pemerintah Klaim Tren COVID Membaik, Epidemiolog: Belum Valid

Epidemiolog Dicky Budiman menilai data-data pemerintah belum valid untuk dapat sepenuhnya menggambarkan situasi COVID-19 telah membaik.

Pemerintah Klaim Tren COVID Membaik, Epidemiolog: Belum Valid
Pengunjung memindai kode batang sertifikat vaksin COVID-19 menggunakan aplikasi PeduliLindungi saat berkunjung di Pantai Sanur, Denpasar, Bali, Kamis (30/9/2021). COVID-19. ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo/rwa.

tirto.id - Epidemiolog asal Indonesia di Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan klaim bahwa pandemi COVID-19 di Indonesia mengalami tren yang membaik belum terlalu valid. Masih terjadinya penularan di komunitas dan adanya klaster penularan menunjukkan sebaliknya.

Berdasarkan data pemerintah tren kondisi pandemi COVID-19 yang membaik ditunjukan dengan terjadinya penurunan kasus mingguan, positivity rate di bawah 5 persen, testing lebih dari 1:1000 penduduk per minggu, dan bed occupancy rate (BOR) yang sudah rendah.

Tetapi menurut Dicky data itu belum valid untuk dapat sepenuhnya menggambarkan situasi.

“Angka absolute indikator epidemiologi, seperti positivity rate mingguan, dan lain sebagainya itu sudah dibantah dengan klaster sekolah kemarin. Bahwa itu tidak kuat. Itu sudah dibantah dengan sendirinya,” kata Dicky, Kamis (30/9/2021).

Namun yang jelas menurut Dicky testing di Indonesia masih rendah. Ia membandingkan dengan kapasitas testing di Singapura yang memiliki penduduk lebih sedikit, tetapi testingnya jauh lebih banyak.

“Jadi kalau bicara testingnya belum sesuai eskalasi pandeminya dan ini yang membuat ini jadi rawan ketika diklaim membaik […] Karena belum kuat, sebagian belum valid indikator di 3T (tracing, testing dan treatment),” ujar Dicky.

Memang, kata Dicky jika berdasarkan indikator minimal testing 1:1.000 penduduk per minggu Indonesia sudah memenuhi. Tapi jika dilihat berdasarkan eskalasi pandemi tidak semua daerah dapat mencapai indikator tersebut.

“Jakarta sudah mencapai, mungkin beberapa aglomerasi juga iya. Tapi sebagian besar daerah kita apalagi di kabupaten kota itu belum,” kata Dicky.

Berdasarkan status penularan COVID-19 di Indonesia yang masih terjadi penularan komunitas atau community transmission, maka kapasitas testing yang saat ini menurutnya belum ideal. Sehingga sebagian besar kasus tidak bisa ditemukan.

Selain itu, berdasarkan pemetaan indeks pengendalian COVID-19 daerah secara mingguan terjadi penurunan pada pekan ini. Total ada 18 provinsi yang mengalami penurunan indeks, sehingga menjadi alarm serius terhadap penanganan pandemi di daerah.

Sebelumnya Juru Bicara Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengatakan telah terjadi tren positif pandemi COVID-19. Tetapi provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) dan Sulawesi Tengah (Sulteng) masih perlu diwaspadai karena memiliki catatan angka kematian COVID-19 dan positivity rate yang tinggi.

Begitu pula dengan Sulteng yang positivity rate masih terus bergerak hingga mencapai 7 persen.

"Secara nasional terjadi penurunan kasus mingguan dibandingkan minggu lalu sebanyak 26 persen dan penurunan angka kematian sebesar 37 persen. Namun masih ada ada provinsi yang mencatatkan insiden dan angka kematian yang relatif tinggi yaitu provinsi kalimantan utara," katanya saat Konferensi Pers daring, Rabu (29/9/2021).

Indikator lainnya yang menunjukkan bahwa COVID-19 di Indonesia menunjukkan tren yang membaik adalah adanya peningkatan testing kata Nadia. Ia menyebut bahwa testing rate nasional terus meningkat menjadi 4,44 orang yang diperiksa per 1.000 penduduk per minggu. Angka itu jauh di atas standar WHO yakni 1 banding 1.000 yang dites per minggu.

Sementara untuk positivity rate, Nadia juga bilang telah terjadi perbaikan secara nasional. Saat ini positivity rata nasional sudah mencapai 1,4 persen. Jauh dari angka 5 persen yang sudah ditentukan WHO kata Nadia.

Kemudian parameter lainnya yakni bed occupancy rate (BOR) rumah sakit juga telah menurun. kata Nadia saat ini sudah tidak ada lagi provinsi yang mencatatkan BOR lebih dari 60 persen baik BOR total maupun BOR ICU.

Baca juga artikel terkait PANDEMI COVID-19 atau tulisan lainnya dari Irwan Syambudi

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Irwan Syambudi
Penulis: Irwan Syambudi
Editor: Bayu Septianto