tirto.id - Pemerintah mengimbau kepada seluruh pengguna jalan tol agar tidak mengisi ulang saldo kartu uang elektroniknya di gerbang tol. Namun, pengisian ulang saldo uang elektronik itu bisa dilakukan di tempat peristirahatan (rest area).
Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Herry Trisaputra Zuna menyatakan, seluruh gerbang jalan tol milik Jasa Marga itu memang telah menerapkan pembayaran nontunai per 31 Oktober 2017. Dengan demikian, pembayaran yang diterima hanyalah yang berbentuk uang elektronik.
Oleh karena itulah, Herry menyatakan perlu adanya antisipasi terhadap sejumlah tantangan seperti kesiapan dari mesin pembaca kartunya hingga fasilitas isi ulang saldonya.
“Kita sebetulnya tidak mendorong top up itu di gerbang tol. Itu untuk kondisional saja. Kita mengharapkan top up dilakukan di rest area, merchant, atau paling mudah lewat handphone,” ujar Herry di Kantor Ombudsman RI, Jakarta pada Senin (11/12/2017).
Herry sendiri mengklaim bahwa jumlah gerbang tol yang bisa melayani pengisian ulang saldo ada sekitar 50 titik dari total keseluruhannya yang mencapai 300 titik.
Kendati tidak merinci gerbang tol mana saja, namun Herry mengungkapkan bahwa masing-masing gerbang tol yang sudah bisa melayani isi ulang masih menggunakan mesin EDC (electronic data capture) yang belum interoperable.
“Sekarang sedang kita kembangkan bersama-sama agar ada yang namanya top up terintegrasi. Sehingga EDC cukup satu, tapi bisa melayani untuk semua (kartu uang elektronik dari bank manapun),” ucap Herry.
Menurut Herry, perkembangan dari inisiatif pengisian saldo secara terintegrasi tersebut masih dalam proses. Herry berharap proses penyesuaiannya dapat selesai di bulan ini. “Sedangkan untuk di luar (pengisian ulang saldo di gerbang tol), masing-masing bank sedang gencar untuk memperkuat fasilitas top up seperti di ritel,” kata Herry lagi.
Herry pun tidak menampik jika masih ada sejumlah gerbang tol yang sistem pembayaran nontunainya belum maksimal. “Itu karena di luar Jawa, seperti di Makassar dan Medan, yang mana terus kita dorong penetrasinya untuk mendekati ke 100 persen,” ujar Herry.
Di sisi lain, Direktur Program Elektronifikasi Departemen Kebijakan dan Pengawasan Sistem Pembayaran BI Pungky Wibowo menilai pengisian saldo di gerbang tol malah berpotensi menyebabkan kemacetan. Itu dikarenakan proses isi ulang yang memakan waktu yang tidak sebentar.
“Untuk top up interoperable, yang paling utama di tempat istirahat. Berapa nanti kebutuhan di gerbang tol? Kita lihat situasinya bagaimana. Prinsipnya top up itu kita lakukan di rest area dan merchant,” ungkap Pungky.
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Alexander Haryanto