Menuju konten utama

PBB: Penularan Penyakit Hewan ke Manusia Bagai "Bom Waktu"

UNEP mengemukakan bahwa peningkatan kasus penularan penyakit dari hewan ke manusia saat ini sudah mencapai taraf yang mengkhawatirkan. Lembaga ini juga menekankan pengaruh perusakan habitat asli hewan sebagai pemicu berpindahnya penyakit dari hutan atau suaka margasatwa ke hewan ternak dan selanjutnya ke manusia.

PBB: Penularan Penyakit Hewan ke Manusia Bagai
kesehatan teknisi willian araya menunjukkan larva nyamuk aedes aegypti yang dibudidayakan di laboratorium di kementerian kesehatan di san jose, kosta rika 27 januari 2016 gambar reuters / juan carlos ulate tpx of the day

tirto.id - Peningkatan kasus penularan penyakit dari hewan ke manusia menimbulkan kekhawatiran di kalangan ilmuwan yang tergabung dalam Program Lingkungan Hidup PBB (UNEP). UNEP mengibaratkan fenomena ini sebaga "bom waktu" yang setiap saat bisa meledak.

UNEP mengemukakan, penyebaran patogen hewan ke manusia muncul akibat perusakan habitat alami para hewan oleh manusia, sehingga memicu penyebaran patogen di suaka margasatwa ke hewan ternak dan manusia.

"Ebola, flu unggas, Sindrom Pernafasan Timur Tengah, Demam Lembah Rift dan Penyakit Virus Zika adalah masalah besar hari ini dan langkah keamanan mendesak harus dilakukan," kata Kepala Ilmuwan UNEP, Jacqueline McGlade, dalam pertemuan dengan awak media di sisi Sidang Umum Lingkungan Hidup PBB (UNEA), yang berlangsung di Nairobi, Senin, (23/05/2016).

Ia memperingatkan, sekitar 1.200 ilmuwan yang menerbitkan laporan keenam tentang Penampilan Lingkungan Hidup Global sangat terkejut dengan hasil temuan mereka. Efek dari perubahan iklim, imbuhnya, ternyata memiliki konsekuensi yang sangat besar terhadap ekosistem, manusia, aset dan ekonomi.

"Menghadapi patogen hewan di antara kita seperti kita duduk di bom waktu dan kita harus mulai melakukan tindakan yang berbeda guna membantu mengakhiri semua itu dan memelihara nyawa manusia," tambah McGlade.

Di sisi lain, McGlade memaparkan bahwa kemiskinan yang berpadu dengan buruknya kebersihan dan minimnya akses ke bahan makanan juga harus diantisipasi. Faktor-faktor tersebut, menurutnya, ikut mempercepat laju kematian manusia di berbagai penjuru dunia.

"Kurangnya akses ke air bersih dan kebersihan, yang mengakibatkan 842.000 orang meninggal karena penyakit diare setiap tahun juga memperlukan campur tangan serius," tambah McGlade.

Ia menggarisbawahi fakta tentang lingkungan yang kerap terlewatkan, seperti fenomena pencemaran udara yang telah menewaskan tujuh juta orang, menyebabkan negara tidak merancang kebijakan khusus untuk menghadapinya.

McGlade menyatakan, negara-negara berkembang di Afrika dan Amerika Latin terlalu mengandalkan sektor keuangan yang aktif untuk tumbuh tapi sayangnya metode tersebut tidak membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

"Afrika perlu membuat keragaman dari pertambangan, kegiatan tradisional yang merusak lingkungan hidup tapi tidak menguntungkan masyarakat," kata wanita ilmuwan itu.

McGlade mengimbau agar semua pemerintah memiliki kebijakan kuat seperti yang mereka lakukan pada masa lalu sehingga kematian yang tidak perlu tersebut dapat dihentikan. (ANT)

Baca juga artikel terkait PENYAKIT

Sumber: Antara
Penulis: Putu Agung Nara Indra
Editor: Putu Agung Nara Indra