Menuju konten utama

Paul Pogba Mudik ke Manchester United

Paul Pogba sempat "dibuang" Manchester United. Ia kemudian hijrah dan menempa diri di Juventus dan kariernya makin cemerlang. MU lalu menginginkannya kembali, hingga rela membayar mahal agar ia merumput di Old Trafford.

Paul Pogba Mudik ke Manchester United
Paul Pogba [foto/lynbet.org]

tirto.id - Paul Labile Pogba bergabung dengan Manchester United pada 2009, ketika usianya masih 16 tahun. Saat ia masih remaja tanggung, masih terlihat seperti bocah ingusan yang baru mimpi basah. Bertahun-tahun kemudian kakinya memanjang dan terus memanjang hingga bentuknya menjulang seperti sekarang dan mendapat julukan: Si Gurita.

Ia mengalami hari-hari yang berat di Manchester. Belum bisa bicara Inggris, jauh dari zona nyaman dan tidak ditemani kedua kakak kembar, Florentin dan Mathias, yang biasa melindunginya--mereka sudah punya karier sepakbola sendiri, meskipun tidak secemerlang Paul. Ditambah lagi pada musim 2011-2012, setelah dipromosikan di tim senior, ia jarang mendapat kesempatan bermain. Dalam setahun ia hanya dimainkan tiga kali di liga, itu pun sebagai pengganti dan total hanya tujuh laga di semua kompetisi.

Pada akhir musim ia memutuskan minggat.

Hengkangnya Paul Pogba ke Juventus pada Juli 2012 seringkali disebut para pandit sebagai "salah satu kegagalan terbesar Alex Ferguson". Kok bisa-bisanya manajer asal Skotlandia pengunyah permen karet, yang bertahun-tahun setengah mati mencari pengganti Roy Keane di lapangan tengah, membuang gelandang seberbakat dan sehebat Paul Pogba. Fans United terperangah melihat perkembangan kemampuan Pogba dan menyebutnya "the one that got away."

Ferguson sendiri menyalahkan agen Pogba, Mino Raiola, atas kepergian tersebut. Dalam otobiografinya yang terbit tahun 2015, Leading, Fergie mengungkapkan, "Ada satu atau dua agen sepakbola yang saya hanya tidak suka saja, dan Mino Raiola adalah salah satunya. Saya tidak percaya Raiola sejak pertama kali saya bertemu dengannya."

Raiola tidak tinggal diam. Ia tak mau kalah sengit membalas klaim Ferguson. "Saya menempatkan kepentingan Pogba di atas segalanya, dan ia ingin pergi ke Turin. Mungkin Ferguson hanya menyukai orang yang menaati dia," katanya. "Dari ucapannya, saya maklum bahwa Ferguson masih belum tahu siapa Pogba sebenarnya."

"Dia manajer hebat, tetapi manajer hebat juga kadang-kadang bisa salah."

Pogba datang ke Juventus tanpa kehebohan sorot kamera. Tidak ada riuh-rendah dalam berita transfernya. Sedikit orang saja yang pernah mendengar namanya.

Italia jelas bukan tujuan terakhir untuk bintang masa depan seperti Pogba. Tapi Juventus menjadi habitat yang sempurna baginya untuk menempa diri. Manajemen Juventus memberinya kepercayaan agar perlahan-lahan bisa terintegrasi ke dalam tim, dan melindunginya dari pers Italia yang terkenal cukup kejam. Dan pelatih Antobio Conte berhasil memotivasinya untuk selalu melakukan yang terbaik di semua level kompetisi.

Hasilnya, ia tampil memukau bersama para pemain sekaliber Andrea Pirlo, Claudio Marchisio, Arturo Vidal, Carlos Tevez, sekaligus banyak belajar tabiat dan kepemimpinan dari orang-orang seperti Gianluigi Buffon, Giorgio Chiellini, dan Leonardo Bonucci.

Si Nyonya Tua Juventus kembali menunjukkan tajinya sebagai salah satu kekuatan yang perlu diperhitungkan di Eropa. Pada 2015, mereka mencapai final Liga Champions. Meski kalah, mereka menyulitkan Barcelona. Pada 2016, mereka hanya kurang beruntung di menit-menit terakhir melawan Bayern Muenchen.

Pogba telah menguji dan mengasah kemampuannya di salah satu liga paling ketat di dunia, yang terkenal dengan seni bertahan tingkat tinggi, juga di level Eropa. Satu-satunya penurunan penampilan terjadi pada awal musim lalu, ketika Juve memulai liga dengan buruk dan tertinggal 11 poin dari pemuncak klasemen.

Tapi setelah itu mesin Juve menggila lagi dan membukukan torehan spektakuler: meraup 76 poin dari 78 poin yang tersedia di 26 pertandingan tanpa kemasukan satu gol pun, dan Pogba menampilkan beberapa permainan sepakbola terbaik sepanjang hayatnya. Gol-golnya indah dan sensasional, kemampuannya mengontrol bola, membawa, dan mengumpan seperti menawarkan kompilasi menawan apa saja yang bisa dilakukan anak manusia di lapangan bola.

Kepada situs Tutto Juve, Pogba mengaku modelnya mengolah bola adalah Yaya Toure. Jika prima, Yaya bisa mendikte pertandingan seenak udelnya dan membuldoser pertahanan lawan seperti penguasa lalim. Pogba juga bisa, tapi ia juga punya kualitas yang jarang ditunjukkan Yaya: etos kerja, umpan manis, elegan dengan bola, dan fleksibel secara taktik.

Di Turin, Pogba sosok yang rendah hati dan nisbi miskin ulah. Ia jarang nongol di majalah gosip Italia, yang dahaga skandal cinta dan foto kelabing para pesepakbola. Raiola memerisainya agar tidak terlalu sering diekspos. Karena beragen sama dengan Mario Balotelli, ia sering dijuluki "anti-Balotelli" oleh pers.

Tidak seperti "Super Mario" yang kariernya kacau, jalan Pogba relatif lempang.

Setelah penampilan yang tidak terlalu mengecewakan bersama Perancis di Piala Eropa 2016, meski tidak cukup memuaskan karena kalah di final melawan Portugal, Pogba dan agennya tahu mereka akan memecahkan rekor transfer bersejarah. Atau setidaknya mereka menginginkan itu.

Hampir sebulan usai Piala Eropa, setelah melalui tiga minggu penuh spekulasi pers, Pogba akhirnya resmi kembali ke Old Trafford dengan nilai transfer €110juta, memecahkan rekor transfer Gareth Bale ke Real Madrid.

Fans Manchester United gegap-gempita menyambutnya seperti saudara yang sukses di perantauan mudik lebaran. Di media sosial mereka meramaikan tagar #Pogback. Tapi tidak sedikit pula yang menyesalkan, mencibir, atau mengkritik pembelian Pogba—baik fans United maupun bukan. Mereka rata-rata menganggap ia overrated, overpriced, dan sederet sebutan over lainnya.

Bahkan Paul yang lain, yang lebih dulu menjadi legenda United, Paul Scholes, menilai Pogba belum pantas mejadi pemain termahal di dunia. "Untuk uang sebesar itu, Anda menginginkan seseorang yang semusim akan mencetak 50 gol seperti Cristiano Ronaldo atau Lionel Messi," kata Scholes. "Pogba masih jauh dari layak atas harga itu."

Tapi manajer United saat ini, Jose Mourinho, membelanya dengan baik. “Jika Anda bertanya kepada saya apakah itu terlalu mahal, saya pikir sepakbola mulai menggila, dan pasar [pemain] mulai menggila." kata Mou. "Tapi apa yang di musim ini Anda pikir gila tiga tahun lagi bakal tidak gila lagi."

Pelatih yang menjuluki dirinya sendiri The Special One itu bahkan yakin, dalam waktu dekat Pogba akan menjadi pemain terbaik dunia. “Saya pikir United adalah klub yang sempurna untuk membawanya ke tingkat yang ia ingin capai,” ucap Mou. “Kami memiliki segalanya untuk ditawarkan dan dia datang karena dia tahu klub ini dan dia ingin menjadi bagian dari proyek besar United."

Masih banyak bab yang belum ditulis dalam dongeng Paul Labile Pogba, pemuda asal pinggiran Paris,

Roissy-en-Brie, anak imigran dari Guinea. Bab-bab berikutnya, mungkin pula hingga akhir kisahnya, akan ditulis dengan tinta merah.

Baca juga artikel terkait POGBA atau tulisan lainnya dari Arlian Buana

tirto.id - Olahraga
Reporter: Arlian Buana
Penulis: Arlian Buana
Editor: Arlian Buana