Menuju konten utama

Pasokan Bahan Baku Susu Segar Domestik Masih Impor

Pasokan bahan baku susu segar untuk olahan baru mencapai 798 ribu ton dari kebutuhan 3,8 juta ton, maka bahan baku diimpor dari berbagai negara seperti Australia, Selandia Baru, Amerika Serikat, dan Uni Eropa.

Pasokan Bahan Baku Susu Segar Domestik Masih Impor
Peternak memerah susu sapi di salah satu peternakan di Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Senin (5/9). Menurut data Dewan Persusuan Nasional (DPN) produksi susu nasional saat ini baru mampu memenuhi sekitar 18 persen dari kebutuhan susu nasional dan selama 15 tahun terakhir produksinya relatif tidak mengalami kenaikan antara 1.600-1.800 ton per hari. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra.

tirto.id -

Pasokan bahan baku susu segar untuk olahan baru mencapai 798 ribu ton dari kebutuhan 3,8 juta ton, maka bahan baku diimpor dari berbagai negara seperti Australia, Selandia Baru, Amerika Serikat, dan Uni Eropa.

"Selebihnya masih diimpor dalam bentuk Skim Milk Powder, Anhydrous Milk Fat, dan Butter Milk Powder dari berbagai negara seperti Australia, Selandia Baru, Amerika Serikat, dan Uni Eropa," kata Dirjen Industri Agro Kementerian Perindustrian Panggah Susanto lewat siaran pers di Jakarta, Senin, (10/10/2016).

Seperti dikutip dari kantor berita Antara, hal tersebut merupakan peluang sekaligus tantangan bagi usaha peternakan sapi perah di dalam negeri untuk meningkatkan produksi dan mutu susu segar sehingga secara bertahap kebutuhan bahan baku susu untuk industri dapat dipenuhi dari dalam negeri.

Di samping itu, tingkat konsumsi perkapita masyarakat Indonesia di bawah negara-negara ASEAN lainnya seperti Malaysia yang mencapai 36,2 kilogram, Myanmar 26,7 kilogram, Thailand 22,2 kilogram, dan Filipina 17,8 kilogram per tahun. Tingkat konsumsi Indonesia rata-rata 12,10 kilogram per tahun.

Menurut Panggah, rendahnya tingkat konsumsi perkapita tersebut menunjukkan bahwa pasar untuk industri pengolahan susu ini masih sangat terbuka.

"Hal ini tentunya menjadi peluang usaha peternakan sapi perah dan koperasi susu untuk meningkatkan produksi susu segar yang berkualitas dalam rangka memenuhi kebutuhan bahan baku susu bagi industri,” papar Panggah.

Ia mengungkap Kementerian Perindustrian mendorong industri pengolahan susu untuk menjalin kerja sama dengan peternak sapi perah dalam negeri untuk meningkatkan daya saing industri karena didukung dengan pemenuhan bahan baku susu segar yang berkesinambungan dan berkualitas baik.

”Melalui program kemitraan tersebut, diharapkan juga para peternak memperoleh manfaat-manfaat positif,” katanya.

Panggah menjelaskan dengan menjalin kemitraan, ada beberapa manfaat yang dapat dirasakan antara lain pendampingan mengenai manajemen produksi susu, perbaikan sarana dan prasarana produksi, serta peningkatan kualitas dan produktivitas susu yang dihasilkan.

Hal ini, menurut Panggah secara langsung akan berdampak pada peningkatan produksi susu dan kesejahteraan peternak sapi perah. Selain itu, pada saat yang sama, peternak akan mendapatkan kemudahan akses pasar yang diperlukan untuk meningkatkan pendapatan.

Baca juga artikel terkait AIPS PENGOLAHAN SUSU atau tulisan lainnya dari Mutaya Saroh

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Mutaya Saroh
Penulis: Mutaya Saroh
Editor: Mutaya Saroh