Menuju konten utama

Pandemi COVID-19 Bikin Industri Otomotif Sesak Nafas

Pandemi COVID-10 membuat penjualan sejumlah merek mobil di dalam negeri mengalami penurunan signifikan.

Pandemi COVID-19 Bikin Industri Otomotif Sesak Nafas
Deretan mobil yang siap diekspor di Tanjung Priok Car Terminal, Jakarta, Senin (5/2/2018). tirto.id/Andrey Gromico

tirto.id - Perlambatan ekonomi yang disebabkan pandemi COVID-19 membuat pelaku industri otomotif sesak nafas. Pasalnya, tren penjualan mereka yang mengalami penurunan di tahun lalu diperkirakan akan berlanjut hingga akhir tahun 2020.

Sepanjang kuartal pertama tahun ini saja, penjualan sejumlah merek mobil terjerembab dengan penurunan persentase mencapai dobel digit dibandingkan tahun sebelumnya.

Penjualan Toyota Astra Motor (TAM) pada Maret 2020, misalnya, tercatat anjlok hingga 30 persen dari bulan sebelumnya (month to month/mtm) menjadi hanya 17 ribu unit.

Sementara jika dihitung sejak Januari, penjualan mereka sudah turun 12 persen menjadi 66.870 unit dibanding periode sama di tahun 2019 (year on year/yoy) yang mencapai 76.755 unit.

“Itu dampak yang sementara kita lihat dari pandemi COVID-19. Tapi prediksi kami April ke depan akan lebih berat lagi. Banyak kondisi yang sama-sama kita ketahui tidak favourable bagi otomotif,” ucap Executive General Manager TAM Soerjopranoto saat dihubungi reporter Tirto, Selasa (7/4/2020).

Surjopranoto mengaku telah membuat simulasi terkait dampak pandemi COVID-19 terhadap penjualan TAM sepanjang 2020. Menurutnya butuh usaha extraordinary untuk mencapai target 1 juta unit penjualan mobil di tahun ini.

Pasalnya estimasi pertumbuhan ekonomi berada di kisaran 2,3 persen atau bahkan lebih rendah. “Prediksi saya sekitar 700 ribu unit. Kami sih enggak berani angka 900 ribu unit,” ucapnya.

PT Hasjrat Abadi selaku salah satu dealer merek Toyota yang fokus di area Timur Indonesia juga mencatat terjadinya penurunan penjualan.

Kepala Marketing Toyota PT Hasjrat Abadi, Hulman Sitorus, menuturkan, penjualan sepanjang Januari-Februari lalu merosot 3,2 persen yoy, yakni dari 2.187 unit (tahun 2019) menjadi 2.126 (tahun 2020).

Ia bilang, penurunan terbesar disumbang pada bulan Maret 2020 yang mencapai 14 persen. Padahal, selama Januari-Februari 2020 mereka masih mencatatkan pertumbuhan setidaknya 0,2 persen dari periode yang sama di tahun sebelumnya.

Kini para pembeli cenderung wait and see dan memutuskan menunda pembelian. Lantaran itu, kata dia, penjualan pada kuartal selanjutnya bisa memburuk jika pandemi tidak kunjung bisa teratasi.

“Pandemi kan baru terasa di Maret 2020 minggu-minggu terakhir. Nanti lebih terasa lagi di April 2020. Kita lihat penjualan drop sekali. Dari seminggu ini saja sudah kelihatan,” ucap Hulman kepada Tirto, Kemarin (7/4/2020).

Nasib serupa juga dialami PT Honda Prospek Motor (HPM). Dalam keterangan tertulisnya, HPM mencatat terjadinya penurunan penjualan sekitar 11 persen mtm di bulan Maret lalu. Sementara secara tahunan, atau dibandingkan Maret 2019, persentase penurunan penjualan mencapai 30 persen.

Jika dicocokkan dengan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor (Gaikindo) yang baru tersedia Januari-Februari 2020, maka penjualan Honda di kuartal pertama 2020 turun sekitar 9,5 persen dibanding tahun lalu. Tepatnya dari 38.872 unit di 2019 menjadi 35.178 unit.

Karyawan Terpaksa Diliburkan

Sepinya pembeli membuat sejumlah pabrik HPM terpaksa menghentikan sementara operasional pabriknya selama 14 hari, terhitung tanggal 13 April 2020. Business Innovation and Marketing & Sales Director PT HPM Yusak Billy mengatakan, karyawan akan diliburkan tetapi pembayaran gaji dipertahankan.

Penghentian ini ditujukan untuk menyesuaikan stok mereka dengan permintaan konsumen yang trennya menurun. Di sisi lain, ia mengakui ada kendala memperoleh pasokan bahan baku otomotif.

“Sebetulnya Alasan utama pengurangan produksi adalah karena market yang turun dan ada masalah di global supply chain kami,” ucap Billy saat dihubungi Jumat pekan lalu (3/4/2020).

Selain HPM, Suzuki dari Grup Indomobil juga melakukan penghentian produksi pada kurun waktu yang sama dengan tetap menjamin upah karyawan yang tak datang ke pabrik.

Merujuk data Gaikindo, penjualan retail Suzuki selama Januari-Februari 2020 masih naik dari periode yang sama di tahun 2019 sebanyak 12,4 persen. Namun, di Februari 2020, terjadi penurunan penjualan cukup signifikan hingga 19,5 persen.

“Saat ini yang menjadi prioritas utama kami adalah kesehatan seluruh elemen perusahaan. Untuk alasan tersebut, Suzuki akan menghentikan sementara kegiatan produksi,” ucap President Director PT Suzuki Indomobil Motor/PT Suzuki Indomobil Sales Seiji Itayama dalam keterangan tertulis, Jumat (3/4/2020).

Analis Bahana Sekuritas Anthony Yunus mengatakan, industri otomotif akan menghadapi tantangan berat hingga penghujung tahun ini. Musababnya antara lain pelemahan ekonomi global yang berlanjut dari tahun 2019, banjir yang terjadi di hampir seluruh daerah sejak akhir tahun hingga pertengahan Februari, hingga jumlah pasien positif COVID-19 yang terus bertambah.

Bahana memprediksi volume penjualan roda dua akan turun sekitar 5 persen atau menjadi hanya 6,163 juta hingga akhir 2020, sementara volume penjualan roda empat akan mengalami kontraksi sekitar 8 persen menjadi 948.000 unit--jauh di bawah target Gaikindo tahun 2020 yang mencapai 1,1 juta unit.

“Tentu saja hal ini berdampak terhadap permintaan kendaraan bermotor yang kelihatannya bakal sulit mencapai target meski suku bunga sudah dipangkas beberapa kali,” ucap Anthony dalam keterangan tertulis yang diterima reporter Tirto, Selasa (7/4/2020).

Pada 2019 lalu saja penjualan mobil sudah turun 10,81 persen menjadi 1.026.921 unit dari tahun 2018 yang mencapai 1.151.413 unit.

Tak berbeda dengan Anthony Wakil Ketua Umum Kadin, Jhonny Darmawan menyatakan penjualan mobil akan turun di kisaran 900 ribu unit selama 2020. Itu artinya hanya ada rata-rata total 75 ribu unit yang bisa terjual tiap bulannya.

Menurut Johnny selain faktor pandemi COVID-10, produsen otomotif juga tengah mengalami kesulitan bahan baku.

Pasokan komponen diperkirakan hanya akan cukup sampai Maret 2020 dan mau tak mau penurunan penjualan akan terjadi karena jumlah produksi juga turun.

“Pabrik akan berpikir. Bulan-bulan ini kritis sparepart. Komponen mulai macet di Maret 2020. April mungkin sudah tidak ada stok. Kalau komponen tersendat, enggak ada mobil keluar (Dari pabrik),” pungkas Jhonny.

Baca juga artikel terkait INDUSTRI OTOMOTIF atau tulisan lainnya dari Vincent Fabian Thomas

tirto.id - Otomotif
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Hendra Friana