tirto.id - Sejutaan pasang mata menatap sebuah layar TV raksasa. Suara hitungan mundur memecah suasana. “..., four, three, two, one” dan teriakan massa pun memekik tanda bahagia. Duar..duar...duar...letusan dengan warna-warni kembang api saut-sautan tiada henti memecah langit selama beberapa menit di Sydney Harbour Australia dengan latar penampakan Opera House.
Jembatan Sydney Harbour dengan atap rangka baja yang melengkung terlihat seperti bando raksasa seorang gadis yang memancarkan sebanyak 7 ton kembang api ke segala penjuru langit. Atraksi yang memanjakan mata ini sebuah deja vu tahunan di berbagai kota penjuru dunia, khususnya Sydney. Kota ini sudah jadi ikon penting dan panutan atraksi kembang api spektakuler malam tahun baru bersama kota-kota seperti London, Berlin, Las Vegas, Rio de Janeiro, Dubai, dan lain-lain.
Uang jutaan dolar terbakar seketika untuk sebuah letupan dan suar kembang api. Pada 2016, kembang api spektakuler Sydney membakar uang 5 juta dolar AS. Pada tahun yang sama, Dubai masih yang teratas dengan biaya kembang api 6 juta dolar AS atau setara dengan Rp80 miliar.
Dua tahun sebelumnya Dubai sukses menyabet rekor pertunjukan kembang api terbesar, tercatat dalam laman Guinness World Records, ada 479.651 kembang api berhasil dilontarkan dalam waktu enam menit, atau hampir 80.000 kembang api per menit, setara dengan 1.332 kembang api per detik. Aksi spektakuler ini mematahkan rekor sebelumnya yang dicatatkan oleh Kuwait dalam sebuah perayaan kenegaraan pada November 2011, yang hanya 77.281 kembang api dalam sebuah pertunjukan selama satu jam.
Selain Dubai yang luar biasa, kota lainnya seperti London yang ditangani oleh otoritas setempat di bawah Greater London Authority, hingga Taipei menghabiskan biaya kembang api sekitar 1-2 juta dolar AS pada malam yang sama.
Di Indonesia, Jakarta khususnya, pesta kembang api di pusatkan di beberapa titik seperti Bundaran HI, Taman Impian Jaya Ancol. Di kawasan Ancol, pihak pengelola setiap tahun menghabiskan ratusan juta rupiah untuk atraksi langganan ini. Tahun-tahun sebelumnya, pihak pengelola Ancol diperkirakan menghabiskan sedikitnya Rp200 juta. Malam tadi ada 30.000 tembakan kembang api dengan durasi hingga 15 menit menerangi langit Panggung Carnaval, Putri Duyung Ancol, Pantai Festival, Taman Lumba-Lumba, dan Pantai Lagoon Teluk Jakarta.
“Tahun ini, pastinya tidak jauh angkanya seperti tahun lalu,” kata Corporate Communication PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk Rika Lestari kepada tirto.id.
Dari beberapa kota di dunia saja bisa menghabiskan belasan juta dolar untuk kembang api dalam semalam. Ini belum menghitung kota-kota lain yang juga merayakan pergantian tahun dengan kembang api, tak ada angka yang ajek. Namun, yang pasti Cina sebagai produsen kembang api, mendapatkan berkah pesta malam tahun baru.
Sebanyak 90 persen pasokan kembang api termasuk petasan dunia berasal dari Cina. Industri petasan di Cina memutar roda ekonomi 4 miliar dolar AS per tahun yang berpusat di Liling Provinsi Hunan. Industri kembang api di Hunan sudah berkembang berabad-abad secara turun temurun oleh para keluarga di sana, dan menyebar ke penjuru dunia, hingga jadi tradisi di banyak negara.
Tradisi membakar kembang api dari skala atraksi spektakuler kelas dunia hingga di pojok-pojok kota dan kampung, hanyalah sebuah simbolisme membuka buku harapan bahagia dari lembaran pertama di tahun yang baru. Beberapa tahun lalu Kansas State University (K-State) pernah mengeluarkan pernyataan resmi soal penyebab seseorang terpesona dan bahagia dengan kembang api.
Secara psikologis ini dikaitkan dengan memori masa kecil seseorang dengan tradisi perayaan-perayaan yang melibatkan kembang api pada masa lalunya. Namun, kecenderungan ini juga dikaitkan dengan pelepasan hormon dopamin, yang biasanya terjadi saat seseorang merasakan kenikmatan seperti makan, minum, aktivitas seks. Juga terhadap sesuatu yang berisiko seperti kembang api, bagi mereka penyuka kegiatan berisiko.
“Di sisi lain, bagi mereka pencari sensasi yang rendah tidak nyaman dengan aktivitas ini dan lebih memilih menghindarinya,” kata Mary Cain, Profesor Psikologi K-State seperti dipacak pada laman www.k-state.edu.
Di luar persoalan sains, barangkali pepatah Cina bisa jadi bahan untuk berkaca dari ingar-bingar perayaan pesta kembang api tahun baru yang mampu menyihir dan memesona pandangan mata, hingga membuat seorang bahagia.
Jika ingin bahagia selama satu jam, tidurlah
Jika ingin bahagia selama satu hari, memancinglah.
Jika ingin bahagia selama satu sebulan, menikahlah
Jika ingin bahagia selama satu tahun, terimalah warisan.
Jika ingin bahagia seumur hidup, tolonglah orang lain.
Pepatah asal negara pembuat kembang api ini melewatkan momen lainnya soal kebahagiaan yang memerlukan ongkos mahal untuk sesuatu yang singkat. Ini jauh lebih mahal dari anak-anak yang melambaikan tangan di pinggir jalan sambil berucap OM TELOLET OM, lalu pecah tawa dari mereka.
"Jika ingin bahagia selama beberapa menit, bakarlah langit dengan kembang api!" Walau mahal.
Penulis: Suhendra
Editor: Maulida Sri Handayani