tirto.id - Air adalah sumber daya utama yang menjadi kebutuhan dasar dalam kehidupan masyarakat dari segala aspek, mulai dari kesehatan, pendidikan, serta ekonomi.
Menurut World Health Organization (WHO), manusia memerlukan 50-100 liter air per hari untuk memenuhi kebutuhan dasar, baik untuk konsumsi atau sanitasi.
Akan tetapi, warga yang ada di daerah 3T (Terdepan, Terpencil, dan Tertinggal) tidak mendapatkannya karena terbatasnya infrastruktur dan keadaan geografis.
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) menjelaskan, terdapat 4.982 desa dengan status sangat tertinggal di Indonesia. Mereka masih kesulitan untuk memperoleh akses ke air bersih.
Akses air bersih adalah salah satu masalah klasik di sejumlah belahan dunia, termasuk Indonesia. United Nations International Children's Emergency Fund (UNICEF) menyatakan bahwa jika kualitas air bersih rendah, maka dapat menjadi sumber berkembangnya berbagai penyakit antara lain diare, kolera, dan gangguan pencernaan yang lain.
Berbagai program seperti membangun akses air bersih dan pelatihan di daerah 3T telah mengusung nilai Sustainable Development Goals (SDGs). Selain itu, turut melibatkan masyarakat dalam perencanaan serta pemeliharaan.
Indonesia telah mengadopsi SDGs menjadi bagian dari perencanaan pembangunan nasional. Contohnya terkait akses air bersih dan sanitasi, komitmen pemerintah untuk meningkatkan persentase populasi yang mempunyai akses ke air bersih serta sanitasi yang aman.
SDGs mempunyai standar pengukuran yang sangat penting sebagai bahan evaluasi dan memantau perkembangan dalam mencapai tujuan tersebut. Kawan Baik, yang merupakan salah satu organisasi non-profit di Indonesia, membagikan tips dalam merencanakan proyek pembangunan di daerah 3T.
Mewujudkan Akses Air Bersih di Sumba Timur
Program Manager Kawan Baik Indonesia Novi Tri "Gogon" Mujahidin, mengatakan bahwa organisasi ini secara aktif selalu melibatkan komunitas dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek sebelumnya lewat capacity building.
Salah satu proyek yang sedang dikerjakan oleh Kawan Baik adalah Mbinudita Water Connections. Proyek tersebut berlokasi di daerah 3T di pegunungan Sumba Timur, Desa Mbinudita.
Masyarakat Desa Mbinudita mengalami sejumlah masalah terkait keterbatasan dalam mengakses air. Masyarakat hanya bisa mengonsumsi kurang dari 10 liter air per hari. Desa yang memiliki 1.021 penduduk ini memerlukan akses air bersih untuk kebutuhan primer, berkebun, irigasi sawah, dan berternak.
Lewat proyek Mbinudita Water Connections, Kawan Baik bersama dengan produsen gadget Vivo menyediakan akses air bersih untuk warga di Desa Mbinudita.
Selain itu, juga memastikan bahwa semua komponen yang berpartisipasi sejalan dengan tujuan SDGs. Proyek tersebut melibatkan masyarakat desa setempat lewat pelatihan, membangun fasilitas air, dan membentuk komite.
Salah satu warga Desa Mbinudita yang menerima manfaat dari proyek ini adalah Yusmira D. Anawulang yang berprofesi sebagai guru. Dia mengungkapkan bahwa adanya akses ke air bersih yang mumpuni di Desa Mbinudita berdampak positif dan signifikan kepada kehidupan masyarakat sehari-hari.