Menuju konten utama

Mengenal Apa Itu Automysophobia, Ketakutan Berlebih pada Kotoran

Automysophobia adalah gangguan kecemasan berupa ketakutan berlebihan terhadap benda kotor dan kondisi terkena kotoran.

Mengenal Apa Itu Automysophobia, Ketakutan Berlebih pada Kotoran
Ilustrasi Cuci Tangan. foto/istockphoto

tirto.id - Salah satu kategori dari gangguan kecemasan adalah automysophobia atau ketakutan terhadap benda atau kondisi kotor. Dalam buku panduan kesehatan mental, Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental (DSM-V), disebutkan bahwa fobia ini menjadikan kehidupan penderitanya terganggu dan tidak bisa berjalan normal.

Secara bahasa, kata automysophobia berasal dari bahasa Yunani. Kata "auto" artinya diri, "myso" artinya kotoran, dan "phobos" berarti rasa takut. Karena itu, pengertian automysophobia adalah ketakutan berlebihan terhadap hal-hal kotor.

Pada dasarnya, setiap orang tidak menyukai lingkungan yang tidak bersih, benda, atau hal-hal kotor. Namun, bagi penderita automysophobia, rasa takut itu dapat menjadikan mereka trauma, bahkan hanya dengan memikirkan hal-hal kotor yang sebenarnya tidak nyata.

Dikutip dari Optimist Mind, fobia ini membuat penderitanya kadang kala tidak bisa berpikir logis dan rasional. Sebagian dari mereka bahkan tidak mau keluar rumah dan mengisolasi diri karena merasa bahwa lingkungannya tidak cukup bersih dan ia harus terbebas dari hal-hal yang kotor. Akibatnya, ruang sosial penderita fobia ini terbatasi.

Namun, untuk bisa dikatakan menderita automysophobia, seseorang mesti mengalami kecemasan yang dirasakan selama setidaknya enam bulan. Hal ini yang menjadikan penderita automysophobia kadang kala juga terkena serangan panik, yang bagi mereka amat menakutkan dan menyusahkan.

Sebagian besar gejala automysophobia terjadi secara tiba-tiba, serta tanpa tanda-tanda jelas yang muncul sebelumnya. Namun, secara umum, gejala itu berkaitan dengan benda-benda atau situasi kotor.

Mengutip penjelasan di laman feraof.org, berikut sejumlah gejala automysophobia.

1. Gejala fisik akibat automysophobia

  • Berkeringat
  • Gemetaran
  • Muka memerah atau menggigil
  • Sesak napas atau kesulitan bernapas
  • Sensasi tersedak
  • Detak jantung cepat atau takikardia
  • Nyeri atau sesak di dada
  • Mual
  • Sakit kepala dan pusing
  • Merasa lemah
  • Mati rasa atau kesemutan
  • Mulut kering
  • Kebelet untuk pergi ke toilet
  • Telinga berdenging
  • Kebingungan atau disorientasi
  • Hiperventilasi
  • Sesak dada/nyeri dada dan kesulitan bernapas
  • Peningkatan tekanan darah.

2. Gejala psikologis akibat automysophobia

  • Takut kehilangan kendali
  • Takut pingsan
  • Rasa bersalah, malu, menyalahkan diri sendiri
  • Menarik diri dari orang lain
  • Merasa sedih atau putus asa
  • Merasa terputus atau terasing
  • Kebingungan atau kesulitan berkonsentrasi
  • Merasa marah, lekas marah, atau perubahan suasana hati
  • Merasa cemas dan ketakutan.

Untuk bisa didiagnosis menderita automysophobia, seseorang haruslah mengalami setidaknya tiga hingga lima gejala di atas, termasuk juga kecemasan berlebihan.

Sebagaimana gangguan fobia lainnya, automysophobia belum diketahui secara jelas penyebabnya. Bisa jadi, ia dipengaruhi oleh faktor biologis atau warisan genetik. Bisa juga dari faktor lingkungan, baik itu pengalaman masa lalu maupun pengaruh sosial.

Jika berkaitan dengan faktor biologis, seseorang yang tumbuh di keluarga yang memiliki riwayat fobia atau gangguan mental lebih besar kemungkinannya akan terkena automysophobia.

Selain itu, automysophobia terkadang berkaitan pula dengan gangguan kompulsif, atau obsessive-compulsive disorder (OCD). Karena takut kotor maka saat penderita automysophobia "merasa kotor" atau benar-benar terkena kotoran, akan timbul perilaku kompulsif, misalnya mencuci atau membersihkan bagian yang terkena kotoran secara berulang-ulang.

Untuk menyembuhkan gangguan automysophobia, biasanya psikiater atau psikolog menerapkan terapi kognitif-perilaku atau cognitive-behavioral therapy (CBT), terapi eksposur, terapi pengurangan stres berbasis kesadaran atau mindfulness-based- stress reduction (MBSR), dan terapi perilaku dialektis atau dialectical behavior therapy (DBT).

Kadang kala terapi-terapi psikologis itu juga diiringi dengan pemberian obat antidepresan untuk mengefektifkan proses pemulihan. Namun, penegakan diagnosis automysophobia dan pemberian terapinya haruslah melalui bantuan ahli kesehatan, baik itu psikolog ataupun psikiater.

Baca juga artikel terkait KESEHATAN MENTAL atau tulisan lainnya dari Abdul Hadi

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Abdul Hadi
Penulis: Abdul Hadi
Editor: Addi M Idhom