tirto.id - Markus Seseray berusia 24 tahun ketika pada 1996 ia mengikuti pertukaran pelajar Papua ke Jepang. Ia kembali ke Osaka setelah sempat sebentar ke Indonesia untuk mengatasi kendala bahasanya. Di Osaka, Markus bekerja di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang bangunan.
Empat tahun setelah bekerja di Jepang, Markus pulang ke Papua.
“Carpe diem quam minimum credula postero,” kata penyair Latin Horatius. “Petiklah hari ini, dan sesedikit mungkin percaya akan hari esok.” Hari esok, dalam puisi tersebut, adalah sinonim dari masa depan.
Penggalan puisi tersebut tentu saja tak berlaku untuk Markus. Markus memetik kesempatan yang ada justru untuk membuka jalan ke masa depan. Hasil merantau ke Jepang ia manfaatkan sebagai modal usaha. Di Jayapura, Markus membeli tanah, dan membangun sebuah toko.
Pada 2004, tempat usahanya berdiri sebagai tempat penyewaan 16 meja biliar, dan wartel. Belakangan, jasa wartel tutup karena orang-orang makin mudah untuk berkomunikasi lewat handphone. Dua ruang tersisa bekas tempat usaha wartel tersebut ia gunakan untuk berjualan sembako dan usaha fotokopi.
8 tahun kemudian, Markus bergabung dengan Sampoerna Retail Community (SRC).SRC adalah program pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) binaan PT HM Sampoerna Tbk. (Sampoerna). Melalui SRC, rak barang kayu yang dimiliki Markus diganti dengan rak besi dan susunannya menjadi lebih baik.
“Pertama orang Sampoerna datang, cat-cat, saya biasa saja. Tapi kemudian, saya sadari ada perbedaan setelah ikut SRC. Toko saya jadi lebih rapi, saya jadi tahu cara menyusun barang, manajemen barang, selalu jaga kebersihan toko,” ujar Markus.
Usaha Markus pun berkembang. Selain toko kelontong, kini Markus memiliki bisnis rental mobil dan penitipan helm. Omzet usaha Markus kini dapat mencapai belasan juta rupiah dalam sehari.
Kisah Markus Seseray adalah salah satu dari lebih dari 110.000 kisah pedagang tradisional yang berjejaring dalam Sampoerna Retail Community.
Mengembangkan Pelaku Wirausaha di Seluruh Indonesia
Melalui SRC, Sampoerna bertekad dan berkomitmen untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi kerakyatan, dan menumbuhkan semangat kewirausahaan. Seperti dalam kisah Markus, SRC memungkinkan Sampoerna memberikan bimbingan yang berkelanjutan untuk meningkatkan usaha mitranya, baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Program SRC diluncurkan pada 2008, dan telah memiliki jaringan toko ritel yang tersebar di 34 provinsi di Indonesia.
Capaian sebaran 34 provinsi menunjukkan bahwa program SRC mengupayakan keselarasan dengan karakteristik masyarakat setempat, dan mengutamakan dampak berkelanjutan. Adaptasi dan ketahanan adalah kunci untuk mencapai hasil terbaik untuk meningkatkan daya saing.
Langkah Sampoerna merupakan terobosan yang menjanjikan sebagai bagian dari usaha pengembangan ekonomi kerakyatan dengan semangat kewirausahaan. Alasannya, sebagaimana dilaporkan Kementerian Koperasi dan UKM RI (2017), UMKM memiliki pangsa sekitar 99,99% (62,9 juta unit) dari total keseluruhan pelaku usaha di Indonesia. Sisanya, 0,01% adalah usaha besar (5400 unit). Gabungan UMKM menyerap sekitar 97% tenaga kerja nasional, sementara usaha besar hanya menyerap sisanya, yakni 3% dari total tenaga kerja nasional.
Dengan jumlah pangsa dan penyerapan tenaga kerja sebanyak itu, langkah Sampoerna menguatkan UMKM adalah tepat dan sesuai dengan cita-cita kemandirian ekonomi yang diinginkan pemerintah. Menyesuaikan diri dengan tuntutan zaman, pada 2019, SRC meluncurkan aplikasi AYO SRC. Aplikasi ini diluncurkan untuk meningkatkan keterhubungan antar anggota maupun pelanggan.
Selain program SRC, Sampoerna juga memiliki program pengembangan kapasitas wirausahawan dengan nama Sampoerna Entrepreneurship Training Center (SETC) atau Pusat Pelatihan Kewirausahaan Sampoerna.
SETC terletak di Pasuruan, Jawa Timur, dengan wilayah seluas 27 hektar, dan berbagai fasilitas pendukung kegiatan pengembangan wirausaha. Hingga 2018, program yang diresmikan pada 2007 ini telah berhasil mendampingi sekitar 3.330 UMKM dengan lokasi jangkauan program sebanyak 79 kota/kabupaten.
SETC berperan sebagai pusat pertumbuhan dan pengembangan UMKM, termasuk dalam bidang agrobisnis dan teknologi kejuruan tepat guna, dengan sekitar 46 peserta pelatihan terpadu. SETC telah menerapkan 90 riset terapan yang telah teruji di bidang pertanian terpadu.
Hingga 2018, SETC telah dikunjungi oleh sekitar 96.000 orang dari seluruh penjuru Indonesia.
Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, dukungan terhadap UMKM menjadi penting karena UMKM merupakan elemen penting bagi ekonomi Indonesia.
“Jumlahnya sangat besar, oleh karena itu kalau kita mau sinergi untuk memperkuat UMKM, maka kita bisa lihat dampaknya ke tenaga kerja, PDB, dan investasi.”
(JEDA)
Penulis: Tim Media Servis