tirto.id - "Adi-Adi Laun Lambar" merupakan lagu daerah yang berasal dari Lampung. Lagu daerah ini dihasilkan dari perpaduan antara Islam dan budaya Lampung.
Jenis musik dalam lagu "Adi-Adi Laun Lambar" mirip seperti musik klasik yang diiringi dengan gambus dan akustik. Indonesia memiliki budaya yang beragam sebab banyaknya suku bangsa di wilayah Indonesia, dengan setiap suku memiliki bahasa dan Budaya sendiri di dalamnya.
Lagu daerah umumnya terdapat makna dan pesan yang ingin disampaikan kepada masyarakat. Menurut Banoe (2011), Lagu daerah di Indonesia yakni lagu dari daerah tertentu atau wilayah budaya tertentu, lazimnya dinyatakan dalam syair atau lirik bahasa wilayah atau daerah tersebut baik lagu rakyat maupun lagu-lagu ciptaan baru.
Malatu (2014) mengatakan bahwa lagu daerah adalah lagu yang berasal dari suatu daerah menjadi populer dan banyak dinyanyikan oleh rakyat daerah tersebut maupun rakyat lainnya.
Selain itu, di dalam lagu daerah juga ada suasana maupun keadaan yang menggambarkan keadaan masyarakat setempat. Lagu daerah tidak hanya sekedar berupa alunan musik yang enak untuk didengar, tetapi juga memiliki fungsi.
Lagu daerah memiliki fungsi antara lain untuk upacara adat, pengiring pertunjukan, pengiring permainan tradisional, dan media komunikasi.
Lirik Lagu "Adi-Adi Laun Lambar"
Pang li pang dang li pang dang kilidang
Pang li pang dang sakik lipang jak kundang
Yu yupayu yupayu ku tekhima
yu yupayu yupayu kaya dia
Api penggali lawas pakai tembilang besi
Mekha nai awas awas mekha nai awas awas
Nayah muli membudi
Ciri-ciri Lagu Daerah
Terdapat beberapa ciri khas dari lagu daerah, antara lain sebagai berikut:
1. Menceritakan tentang keadaan lingkungan ataupun budaya masyarakat setempat yang sangat dipengaruhi oleh adat istiadat setempat;
2. Bersifat serdehana sehingga untuk mempelajari lagu daerah tidak dibutuhkan pengetahuan musik yang cukup mendalam seperti membaca dan menulis not balok;
3. Jarang diketahui pengarangnya;
4. Mengandung nilai-nilai kehidupan, unsur-unsur kebersamaan sosial, serta keserasian dengan lingkungan hidup sekitar;
5. Sulit dinyanyikan oleh seseorang yang berasal dari daerah lain karena kurangnya penguasaan dialek/bahasa setempat sehingga penghayatannya kurang maksimal;
6. Mengandung nilai-nilai kehidupan yang unik dan khas.
Penulis: Ega Krisnawati
Editor: Yantina Debora