tirto.id - Masa depan adalah komunikasi. Siapa yang menguasai jaringan komunikasi, akan menguasai dunia. Kata-kata ini barangkali yang menginspirasi para penemu dan pengusaha untuk mengembangkan produk komunikasi baru. Berbagai aplikasi komunikasi seperti Whatsapp, LINE, BBM, Telegram, Facebook Messenger, dibuat untuk mempermudah komunikasi. Masing-masing memiliki kelebihan.
Whatsapp misalnya dipakai karena mudah digunakan dan relatif banyak penggunanya. Telegram diklaim sebagai aplikasi komunikasi instan yang aman dari pencurian data dan pengawasan negara. Lalu ada pula Line yang punya unggulan bisa mencari teman-teman lama. Tak hanya itu, Line juga dianggap paling menghibur karena memiliki berbagai fitur menarik seperti stiker lucu, akun resmi dari berbagai ranah hiburan, dan juga tentu saja layanan game yang terintegrasi.
Dalam perkembangannya, aplikasi itu memang tidak sekadar menjadi alat komunikasi melainkan juga hiburan. Mereka melengkapinya dengan ikon-ikon, stiker, game, ataupun komik. Ada pula yang melengkapinya dengan newsfeed agar pengguna aplikasi komunikasi itu tak perlu repot-repot mencari berita utama. Dalam hal ini, Line juaranya. Sejak awal, pendiri Line memang sudah menyatakan aplikasi ini tidak sekadar alat komunikasi tetapi social platform life. Di dalam LINE ada kehidupan ekosistem sendiri yang antarbagian saling menghidupkan.
We Are Social menyebutkan, pengguna aktif Line ada 212 juta orang. Angka ini memang jauh lebih rendah daripada Whatsapp 900 juta orang, FB Messenger 800 juta orang atau wechat 650 juta orang. Tapi nilai bisnis Line lebih menggiurkan. Dalam keterangan resminya pada Desember lalu, Line memperkirakan pasar mereka hingga 2030 mencapai 20 miliar dolar. Ini berasal dari lisensi produk-produk seperti stiker dan boneka karakter Line Brown Bear.
Produk Stiker Line memang terus berkembang dan variatif mulai dari Film Star Wars, Anime Dragon Ball, Manga One Piece, sampai artis-artis idola. Di Indonesia artis seperti Raisa, Chelsea Olivia, dan Iwan Fals pernah menjadi ikon stiker Line. Ada dua jenis jasa stiker yang diberikan oleh Line, yakni gratis dan yang berbayar. Stiker berbayar biasanya berasal dari seniman yang memang bekerja sama dengan Line untuk produk tersebut. Dari jasa ini saja Line bisa mendapatkan keuntungan hingga 75 juta dolar.
Empat pasar utama mereka seperti Thailand, Taiwan, Jepang, dan Indonesia diperkirakan menjadi yang paling besar untuk penjualan produk mereka. Selain itu, Singapura dan negara-negara ASEAN lainnya kini mulai dilirik untuk ekspansi pasar mereka.
Menariknya penjualan produk Line seperti boneka Brown Bear dan berbagai stiker dalam aplikasi Line sebanyak 70 persen berasal dari pasar asing bukan pasar domestik Korea. Seperti diketahui, Line adalah aplikasi antar pesan yang dikembangkan di Jepang tetapi dimiliki oleh perusahaan Korea Naver Corp.
Pada 2014 pendapatan Line (bukan Line Corp) mencapai 656 juta dolar, angka ini naik dari pendapatan pada 2013 yang sebesar 338 juta dolar. Salah satu pendapatan tertinggi Line berasal dari penjualan stiker mereka. Pada Mei 2014, Line meluncurkan program Creators Market, sebuah platform yang memberikan kemudahan bagi pengguna Line untuk membuat dan menjual stiker buatan mereka.
Sementara hingga kuartal I – 2016, Line sudah meraup pendapatan hingga 303 juta dolar. Angka ini naik 21 persen dari kuarter pertama tahun lalu. Kenaikan ini merupakan dampak dari pertumbuhan pasar yang signifikan dari pasar di luar Jepang. Pendapatan Line dijelaskan dengan rincian sebagai berikut: 35 persen pendapatan berasal dari iklan, 35 dari konten, 22 persen dari jasa komunikasi, enam persen dari berbagai layanan, dan dua persen dari pendapatan operasional.
Dari 303 juta dolar itu, 275 juta dolar di antaranya berasal dari bisnis inti mereka yaitu Line sebagai aplikasi komunikasi. Angka ini naik 22 persen dari tahun lalu. Line juga mengumumkan bahwa pengguna aktif bulanan mereka juga naik khususnya di Timur Tengah. Pengguna aktif bulanan Line per 31 Maret adalah 218,4 juta orang, naik 7 persen dari tahun lalu dengan rincian 151,6 juta pengguna berasal dari empat negara utama yaitu Jepang, Taiwan, Thailand, dan Indonesia.
Pasar utama iklan Line masih ada di tiga negara yaitu Jepang, Thailand dan Taiwan. Line baru-baru ini juga mengembangkan produk layanan baru berbasis berita yang bernama Line News. Sementara untuk konten, Line masih mengandalkan Line Game. Dalam waktu dekat mereka akan meluncurkan dua game terbaru menyusul game terdahulu mereka Line Brown Farm, sebuah permainan tentang pertanian yang telah diunduh lebih dari 2,2 juta kali sampai dengan April tahun ini.
Business Insider mengungkapkan, Line meluncurkan layanan taksi online yang disebut Line Taxi sebagai upaya ekspansinya. Layanan ini dimulai di Tokyo, dan akan diperluas secara bertahap di seluruh Jepang. Ini merupakan proyek awal untuk memulai bisnis transportasi online secara global. Layanan ini diharapkan bisa menandingi Uber. Menariknya, selain taksi, Line Jepang juga mengembangkan produk aplikasi kamera, anti virus dan juga platform pembayaran bernama Line Pay.
Line memang termasuk progresif dibanding aplikasi komunikasi sejenis. Dibandingkan dengan Whatsapp atau BBM, Line jelas memberikan fitur yang hampir tak terbatas. Selain game, media sosial, dan musik. Line juga mengembangkan Line Live, sebuah platform live streaming di Jepang yang menyediakan tayangan gratis secara langsung. Dengan lebih dari 100 juta penonton layanan ini memang masih ada di Jepang, tetapi ke depan Line berusaha mengembangkan produk ini ke seluruh dunia.
Takeshi Idezawa, CEO Line Corporation menyebutkan, pendapatan kuartal pertama bisnis mereka memang menggembirakan. Maret lalu, Line juga meluncurkan “Smart Portal” di mana pengguna Line bisa menggunakan aplikasi ini untuk layanan bisnis online dan offline. Dengan berbagai layanan ini bukan tidak mungkin di tahun-tahun mendatang, pundi-pundi keuntungan Line akan terus bertambah.
Penulis: Arman Dhani
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti