tirto.id - Kerugian besar bisa dialami oleh Liga Italia Serie A apabila kompetisi musim 2019/2020 tidak dilanjutkan. Menurut Presiden FIGC, Gabriele Gravina, kerugian tersebut bisa mencapai angka 700 juta euro atau lebih dari 11 triliun rupiah.
Keberhasilan Liga Jerman memulai lagi kompetisi sepak bola mereka membuat federasi lain berlomba melakukan hal yang sama. Negosiasi dengan pemerintah dan berbagai pihak lain terus dilakukan demi bisa menggelar kompetisi lagi.
Salah satu sebabnya tentu saja faktor ekonomi. Klub bisa kehilangan banyak pendapatan dari sektor hak siar televisi atau deal dengan sponsor andai kompetisi berhenti.
Serie A disebut Gravina telah mengalami kerugian lebih dari 500 juta euro karena kompetisi berhenti sejak pertengahan Maret lalu. Maka tidak heran jika mereka sangat ingin melanjutkan liga agar tak mendapatkan kerugian yang lebih masif.
"Tugas dari federasi adalah memastikan sepakbola bisa bergulir lagi dan menghindari krisis ekonomi yang bisa merusak semangat olahraga di Italia," kata Gravina seperti dikutip dari Football Italia.
"Kami bekerja keras untuk membawa Italia kembali berdiri tegak lagi. Termasuk di sektor sepak bola yang menaungi 100.000 pekerja dan turut menghasilkan pendapatan bagi negara," tambahnya.
Protokol Bakal Diumumkan
Pekan ini, protokol untuk memulai lagi kompetisi akan diumumkan. Tentunya ada harapan bahwa protokol tersebut bisa diterima semua pihak agar tidak terjadi lagi penundaan restart Serie A nantinya.
"Kami bekerja tanpa henti dengan Menteri Olahraga Vincenzo Spadafora, Menteri Ekonomi Roberto Gualtieri, dan Menteri Kesehatan Roberto Speranza untuk menciptakan kondisi yang aman bagi para pemain untuk bermain lagi," beber Gravina.
"Hanya dengan cara melanjutkan kompetisi saja kita bisa menghindari kerugian yang lebih besar. Untuk jangka pendek, kerugiannya bisa mencapai 700 juta euro. Kerugian sebesar 500 juta euro di antaranya sudah didapat selama liga berhenti karena pandemi COVID-19 kemarin," imbuhnya.
Salah satu hal penting yang belum disepakati saat ini adalah jika terjadi kasus satu pemain di suatu klub positif COVID-19.
Pihak pemerintah yang diwakili Technical Scientific Committee menginginkan jika ada satu orang saja yang positif, maka seluruh anggota tim harus menjalani karantina selama 14 hari.
Hal tersebut tidak disetujui oleh para pelaku sepak bola di Serie A karena akan sangat merepotkan bahkan memperbesar potensi mengakhiri musim lebih awal.
Dalam hal ini, Serie A menginginkan model protokol seperti di Bundesliga. Di sana, hanya pemain atau staf yang terinfeksi saja yang harus dikarantina, sedangkan anggota tim lain bisa tetap menjalani aktivitas seperti biasa.
Penulis: Wan Faizal
Editor: Iswara N Raditya