tirto.id - Kurt Zouma yang mencetak gol bunuh diri saat Chelsea ditahan imbang Sheffield United di Stamford Bridge, dalam lanjutan pekan keempat Liga Inggris, pada Sabtu (31/8/2019), mendapat rasisme dari fan Chelsea di media sosial. Kasus itu pun menambah panjang ujaran rasialisme yang terjadi di Liga Inggris.
Sebelum Zouma, pemain Chelsea lainnya, yakni Tammy Abraham, juga sempat mendapat perlakuan yang sama setelah gagal mengeksekusi penalti di pertandingan Piala Super Eropa. Sejak dimulainya musim 2019/2020, setidaknya sudah ada 5 pemain yang bermain di kompetisi Inggris mendapat perlakuan rasisme, yaitu Paul Pogba, Marcus Rashford, Tammy Abraham, dan Duane Holmes.
Dilansir SkySport, Frank Lampard, mengecam tindakan yang ditujukan kepada Kurt Zouma. Selain itu, kejadian yang terus berulang dialami oleh pemain Chelsea, membuatnya geram dan menginginkan pelakunya ditangkap.
"Saya mungkin telah melakukan kesalahan dengan Tammy Abraham sebelumnya [saat mendapat perlakuan rasisme di media sosial]. Pertama adalah orang yang melakukannya, di mana pun mereka bersembunyi,” kata Frank Lampard, dikutip SkySport.
Menurut juru taktik Chelsea itu, orang yang melakukan tindakan rasisme harus ditangkap dan mempertanggungjawabkan perbuatannya. Ia pun berharap platform media sosial memperbaiki sistem mereka supaya pelaku pelecehan dapat diidentifikasi.
“Kedua kita harus melihat media sosial dan platform dan memberi mereka akuntabilitas untuk benar-benar memiliki orang yang mendaftar yang dapat bertanggung jawab [atas tindakannya],” tambah manajer The Blues tersebut.
Berdasarkan catatan dari whoscored, Kurt Zouma, berhasil memenangi 8 kali duel sepanjang laga, dan turut membantu serangan, dengan melakukan satu upaya mencetak gol. Ia pun berhasil menutup ruang bagi penyerang Sheffield United, untuk mengancam pertahanan The Blues.
Namun, sebuah antisipasi yang salah jelang berakhirnya laga membuat dirinya menjadi target rasisme pendukung Chelsea di Twitter.
Juru taktik berkebangsaan Inggris itu menyebut banyak orang yang sesuka hati melakukan tindakan-tindakan tidak terpuji di media sosial, dan merugikan orang lain. Ujaran itu pun bisa bersifat apa saja, dan bisa mengarah kepada siapa saja, sehingga ia berpendapat pelakunya harus ditangkap.
"Sampai ada beberapa kesalahan, siapa pun bisa mengatakan apa pun kepada siapa pun. Ini bukan hanya rasisme, itu bisa memanggil mereka [dengan] nama hewan, homofobia, seksisme, itu bisa apa saja,” tambahnya.
Ia pun mengonfirmasi klubnya akan melakukan pertemuan dengan petinggi sejumlah platform media sosial untuk membicarakan hal tersebut. Mereka pun kemungkinan akan mengikuti langkah Manchester United, yang menggandeng badan amal anti-rasime Kick Out.
Penulis: Permadi Suntama
Editor: Dipna Videlia Putsanra