tirto.id - Korea Utara bersedia mengirimkan delegasi ke Olimpiade Musim Dingin 2018 mendatang yang akan diadakan di PyeongChang, Korea Selatan. Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un dalam pidato Tahun Baru, Senin (1/1/2018) juga menyatakan terbuka untuk melakukan pembicaraan dengan Seoul mengenai hal tersebut.
"Olimpiade Musim Dingin yang akan diadakan di Korea Selatan akan menjadi kesempatan yang baik bagi negara ini. Kami sangat berharap pertandingan ini akan berjalan sukses," kata Jong-un dalam pidatonya yang disiarkan oleh stasiun TV milik pemerintah, seperti dilansir Yonhap News Agency.
"Kami siap mengambil berbagai langkah, termasuk pengiriman delegasi. Untuk tujuan ini, kami harap Korea Uara dan Korea Selatan bisa segera bertemu," kata dia menambahkan.
Pesan Jong-un ini menggembirakan sebab Seoul menyematkan harapan tinggi akan partisipasi Korea Utara dalam Olimpiade ini. Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in percaya langkah tersebut dapat membantu meredakan ketegangan di semenanjung Korea.
Pidato Kim Jong-un ini menandai pernyataan pertama niat Korea Utara untuk menghadiri Olimpiade Musim Dingin, yang akan diadakan di PyeongChang, 180 kilometer di timur Seoul, pada 9-25 Februari. Setelahnya, Paralimpiade akan diadakan dari tanggal 9-18 Maret.
Pyongyang melewatkan tenggat waktu bulan Oktober untuk mengkonfirmasi apakah akan mengirim tim skating berpasangan. Meski begitu, kesempatan masih terbuka untuk Korea Utara, karena Komite Olimpiade Internasional dapat memberikan entri kartu wildcard.
Pesan konsiliator Kim Jong-un ini cenderung memberi dukungan kepada Presiden Moon Jae-in, yang berharap dapat melihat lebih banyak keterlibatan dengan Korea Utara.
Korea Selatan mengusulkan pada bulan Juli untuk mengadakan pembicaraan antar-Korea untuk meredakan ketegangan militer dan mengadakan reuni keluarga-keluarga terpisah, namun Korea Utara terus mendesak tawaran tersebut.
Berharap untuk mendapatkan partisipasi dari Korea Utara, Moon Jae-in kemudian mengusulkan kepada AS untuk menunda latihan militer tahunan gabungan yang akan berlangsung bersamaan dengan pertandingan tersebut. Korea Utara telah lama mengecam hal itu sebagai latihan perang dan menggunakannya sebagai alasan provokasinya.
"Tahun ini menandai ulang tahun ke-70 pembentukan rezim Korea Utara, dan Korea Selatan akan menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Dingin. Tahun ini memiliki arti penting bagi kedua negara Korea," kata Kim Jong-un.
Berbeda dengan nada lembutnya terhadap Seoul, penguasa Korea Utara itu dalam pidatonya memperingatkan bahwa AS tidak dapat melawan Pyongyang karena memiliki pencegahan nuklir yang kuat.
"AS harus sadar bahwa kekuatan nuklir Korea Utara adalah kenyataan, bukan ancaman," kata dia seperti dikutip Yonhap.
"Kami perlu memproduksi massal hulu ledak nuklir dan rudal balistik, dan mempercepat penyebaran senjata itu. Kami harus selalu menjaga kesiapan untuk melakukan serangan balik nuklir langsung melawan skema musuh untuk perang nuklir," tambahnya.
Korea Utara mengintensifkan tindakan provokatifnya tahun lalu yang bertentangan dengan kecaman internasional. Ia melakukan uji coba nuklir keenam dan paling kuat pada bulan September dan meluncurkan tiga rudal balistik antarbenua (ICBM).
Korea Utara mengumumkan penyelesaian persenjataan nuklirnya setelah menembaki ICBM Hwasong-15 yang baru pada bulan November, yang dikatakannya menempatkan seluruh daratan AS dalam jangkauan.
Dewan Keamanan PBB telah menjatuhkan serangkaian sanksi keras terhadap Pyongyang, termasuk yang terakhir yang bertujuan untuk mengurangi ekspor produk minyak mentah ke Korea Utara sebesar 89 persen. Analis mengatakan bahwa sanksi tersebut kemungkinan besar akan dirasakan pada awal tahun ini.
Para ahli mengatakan bahwa Korea Utara tampaknya berusaha memperbaiki hubungan antar-Korea untuk memecahkan kebuntuan saat menghadapi sanksi ketat tersebut.
"Korea Utara tampaknya memilih untuk mencari hubungan yang lebih baik dengan Korea Selatan untuk tujuan menormalisasi hubungan dengan AS," kata Kim Hyun Wook, seorang profesor di Akademi Diplomat Nasional Korea. "AS tidak dapat menanggapi pembicaraan antar-Korea mengenai Olimpiade."
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari