Menuju konten utama

Kontroversi Penghapusan Video Prabowo Hadiri Acara Natal Keluarga

"Sekarang kalian sendiri yang sibuk klarifikasi kedatangan capres kalian ke acara Natal keluarga, sekarang terasa, kan," kata Raja Juli.

Kontroversi Penghapusan Video Prabowo Hadiri Acara Natal Keluarga
Calon Presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto melambaikan tangan kepada warga yang menghadiri peringatan 14 tahun bencana tsunami Aceh di Pelabuhan Pendaratan Ikan, Lampulo, Banda Aceh, Aceh, Rabu (26/12/2018). ANTARA FOTO/Irwansyah Putra/hp.

tirto.id - Rahayu Saraswati Djojohadikusumo, keponakan Prabowo Subianto, mengunggah video perayaan hari raya Natal keluarganya di Instagram story (instastory), Selasa malam (25/12/2018). Dalam video itu, Prabowo tampak hadir dalam perayaan tersebut.

Tak hanya sekadar hadir, Prabowo tampak berjoget poco-poco dan berbaur bersama sanak saudaranya yang lain. Selang beberapa jam kemudian, unggahan itu menghilang tapi video itu kadung viral di dunia maya.

Viralnya video itu bikin Saraswati berkomentar. Ia bilang, Prabowo tidak ikut dalam perayaan hari raya Natal. Pamannya itu hanya datang saat acara makan malam setelah ibadah Natal selesai. Itu hanyalah acara keluarga biasa, katanya.

"Saya take down sendiri karena melihat dipelintir oleh orang-orang yang tidak mengerti," ucap perempuan yang biasa disapa Sara ini kepada Tirto, Kamis (27/12/2018).

Reaksi Sara menghapus unggahannya ini ditanggapi Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma’ruf Amin, Abdul Kadir Karding. Menurut politikus PKB ini kubu Prabowo dan Sara seharusnya tak perlu takut unggahan tersebut dipelintir.

"Kalau memang berdansa itu bagian dari menghargai umat Kristiani dan lainnya, ya, jalan saja. Justru harus disampaikan secara terbuka," kata Karding kepada reporter Tirto.

Menghapus unggahan, kata Karding, bukan sikap seorang negarawan. Jika tindakan tersebut dianggap benar, Karding menyebut, Prabowo tak perlu takut dengan apa yang ia lakukan. Ia mencontohkan Joko Widodo yang selalu cuek meski sering diserang sebagai PKI.

Oleh karena itu, Karding menilai, Indonesia butuh pemimpin yang punya pemahaman agama yang baik agar bisa membedakan mana tindakan yang benar dan salah dalam toleransi beragama. Dia mengambil contoh mantan Presiden RI Abdurrahman Wahid yang banyak membela kaum minoritas.

"Menghapus itu, ya, malah yang disebut politik pencitraan. Harusnya enggak perlu dihapus," kata bekas Sekjen PKB ini.

Pendapat senada dikatakan Wakil Sekretaris TKN Raja Juli Antoni. Ia menganggap penghapusan video itu bentuk politik identitas yang memang sering diterapkan kubu Prabowo-Sandi.

"Sekarang kalian sendiri yang sibuk klarifikasi kedatangan capres kalian ke acara Natal keluarga, sekarang terasa, kan, kehidupan sosial-personal jadi enggak rileks karena ulah kalian sendiri,” ucap Antoni kepada reporter Tirto.

Fakta keluarga Prabowo beragama Kristen, menurut Antoni harusnya tak perlu disembunyikan, dan justru bisa membuktikan Prabowo hidup bertoleransi. Namun, Antoni menilai kubu Prabowo-Sandi kebingungan sendiri.

"Capres mereka akhirnya terjebak ke budaya hipokrit," tegasnya lagi.

Tidak Ada Teguran

Saraswati mengaku menghapus unggahannya tanpa tekanan. Anggota Komisi VIII DPR RI dari Fraksi Gerindra ini khawatir video tersebut memunculkan persepsi Prabowo yang seorang muslim mengikuti ibadah umat Kristiani. Kata dia, jelang Pilpres 2019 banyak pihak yang sengaja menyerang pribadi seseorang.

"[Takut] Disalahgunakan oleh orang-orang yang tidak mau mengerti dan memang menggoreng [isu]," kata Saraswati.

Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga, Andre Rosiade tidak merasa ada yang salah dari unggahan Saraswati. Baginya, sudah rahasia umum Prabowo punya keluarga besar beragama Kristen.

Andre menyatakan BPN dan Partai Gerindra tidak akan melayangkan teguran ataupun sanksi kepada Sara. Meski begitu, Andre khawatir unggahan itu dimanfaatkan lawan politik.

"Indonesia, kan, butuh toleransi. Prabowo enggak takut soal itu. Enggak ada yang salah. Memimpin Indonesia, kan, memimpin seluruh rakyat. Harus bisa berdiri di semua kalangan,” jelas Wakil Sekretaris Jenderal Partai Gerindra ini kepada reporter Tirto.

Andre menganggap kehadiran Prabowo di acara keluarganya bukan masalah. Ia yakin Prabowo masih memegang teguh ajaran Islam dan paham soal larangan mengikuti ibadah agama lain.

"Dia datang dalam rangka bersilaturahmi ke keluarganya yang lagi kumpul semua, nari poco-poco, makan-makan. Yang pasti, Pak Prabowo tidak mengikut prosesi ibadah. Salahnya di mana kalau menjaga silaturahim dengan keluarga?" kata Andre.

Dalam cuitannya di Twitter, Prabowo turut mengucapkan selamat Natal kepada mereka yang merayakan. Terkait cuitan ini, Andre tetap yakin Prabowo seorang muslim yang taat dan tidak anti-agama lain.

"Justru yang aneh yang enggak pernah ngucapin, sekarang ngucapin," ucap Andre, menyindir cawapres nomor urut 01 Ma’ruf Amin.

Langkah Tepat

Dosen Ilmu Politik di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Adi Prayitno menilai tindakan Saraswati mengunggah video Prabowo di perayaan Natal tergolong blunder jelang Pilpres 2019. Adi maklum melihat ketakutan kubu Prabowo-Sandi yang lekas menghapusnya.

Adi memperkuat argumennya pada momen beberapa waktu lalu ketika Prabowo mengakui tidak bisa menjadi imam salat. Menurutnya, pendukung Prabowo bisa goyah jika salah menafsirkan video tersebut.

"Pak Prabowo ini, kan, sudah susah-payah mempersonifikasi dirinya dekat dengan umat Islam dan ngerti Islam. Nanti ada anggapan bahwa secara keagamaan Prabowo juga tak lebih baik dari Jokowi. Itu yang mau dihindari," kata Adi kepada reporter Tirto.

Adi menilai Prabowo memang harus menjaga jarak dengan keluarganya demi menggaet suara Islam garis keras yang menentang Jokowi. Prabowo, kata dia, juga harus bisa mempertahankan narasi soal memperjuangkan kepentingan umat Islam meski keluarganya beragama Kristen.

"Terutama alumni 212," terang Adi.

Komentar senada disampaikan Direktur Eksekutif Indonesia Political Review Ujang Komarudin. Kata Ujang, kubu Prabowo-Sandi seharusnya lebih waspada terhadap hal-hal yang bisa menjatuhkan elektabilitasnya jelang pilpres 2019.

"Ini bisa menarik kontroversi di masyarakat. Justru kalau tidak dihapus ini akan digoreng pihak lawan. Sudah tepat itu dihapus. Tapi harusnya dia lebih waspada terhadap langkah sosmed (media sosial) kubu mereka sendiri,” imbuh Ujang.

Baca juga artikel terkait PILPRES 2019 atau tulisan lainnya dari Felix Nathaniel

tirto.id - Politik
Reporter: Felix Nathaniel
Penulis: Felix Nathaniel
Editor: Abul Muamar