tirto.id - Koalisi Pangan dan Tata Guna Lahan (FOLU Coalition) dan Indonesia Business Council for Sustainable Development (IBCSD) menggelar acara diskusi daring Bincang FOLU dalam rangka memperingati Hari Kesadaran Internasional tentang Susut dan Limbah Pangan yang jatuh pada 29 September.
Diskusi yang dilaksanakan pada Selasa, 28 September kemarin tersebut mengangkat tema “Sedikit yang Menjadi Bukit – Permasalahan dan Solusi Bersama terhadap Susut dan Limbah Pangan di Indonesia”.
Diskusi ini menghadirkan aktor penting dalam penyelesaian masalah susut dan limbah pangan (food loss and waste/FLW), mulai dari pemerintah, pihak swasta, serta masyarakat sipil, yang bisa disaksikan kembali melalui tautan berikut ini.
BAPPENAS dalam laporan terbarunya menyebutkan bahwa, terkait FLW ditemukan bahwa saat ini terdapat 115-184 kg/kapita/tahun timbulan susut dan limbah pangan yang sebagian besar dihasilkan dari sisi konsumsi.
FLW ini tidak hanya menimbulkan kerugian ekonomi hingga 4-5 % PDB Indonesia, tetapi juga kenaikan emisi gas rumah kaca (GRK).
Di sisi lain, timbulan FLW juga menyebabkan hilangnya kandungan zat gizi seperti energi, protein, vitamin A, dan zat besi yang bisa dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan gizi orang-orang yang kekurangan gizi di Indonesia.
Permasalahan susut dan limbah pangan saat ini membutuhkan penyelesaian yang terintegrasi antarsektor.
“Dibutuhkan kerja sama multipihak dalam mengintegrasikan manajemen pengurangan FLW, mulai dari hulu sampai hilir, dari rantai pasok pangan yang ada,” tutur Dr. Nirarta Samadhi selaku Co-Chair FOLU Country Platform, dalam rilis yang diterima Tirto, Rabu, 29 September 2021.
“Peran pemerintah, swasta, lembaga swadaya masyarakat, komunitas, maupun individu turut menjadi bagian dari solusi permasalahan FLW di Indonesia,” tambahnya.
Pengendalian susut dan limbah pangan telah menjadi agenda yang dimasukkan oleh pemerintah sebagai salah satu prioritas nasional.
“Di dalam kajian sirkular ekonomi kita, ternyata ada satu subsektor prioritas yaitu food and beverage sector, di mana aspek food loss and waste ini juga menjadi bagian yang tidak terlepas,” ujar Anggi Pertiwi Putri, Perencana Direktorat Lingkungan Hidup Bappenas, yang mewakili Dr. Medrilzam, Direktur Lingkungan Hidup Kementerian PPN/BAPPENAS dalam paparan kunci di awal diskusi.
“Pengolahan FLW secara tidak langsung akan mendukung kebijakan ekonomi sirkular kita di Indonesia," tangkasnya.
Sebagai wujud komitmen sektor swasta terhadap pengurangan FLW, IBCSD melalui inisiatif Gotong Royong Atasi Susut dan Limbah Pangan (GRASP) 2030 berkolaborasi dengan berbagai aktor dalam industri di sepanjang rantai pasok pangan untuk mengurangi masalah sampah dan menguatkan ketahanan pangan di Indonesia.
Aloysius Wiratmo selaku Program Development & Stakeholder Engagement Manager IBCSD mengatakan, “Pendekatan yang dilakukan adalah voluntary agreement untuk berbuat, mengambil initiasif dalam rantai nilai dari mulai produksi, distribusi dan manufaktur serta menghubungkan kolaborasi dengan kementerian Bappenas, Pertanian, Perindustrian, dan KLHK.”
Salah satu pelaku usaha yang telah berupaya mengurangi FLW adalah PT East West Seed Indonesia.
Dalam diskusi Bincang FOLU, Fransiska Fortuna selaku General Manager Corporate Affairs PT East West Seed Indonesia menceritakan kolaborasinya dengan komunitas lokal untuk mengelola limbah mereka.
“Kami bekerja sama dengan Universitas Jember salah satunya untuk mengolah limbah labu menjadi berbagai makanan olahan. Selain itu, PT East West Seed mengundang pihak lain untuk berkolaborasi untuk mengolah limbah produksi yang kami miliki,” katanya.
Di sisi lain, untuk mewujudkan perencanaan kebijakan pengurangan FLW yang berbasis data, saat ini Waste4Change sedang bekerja sama dengan FOLU Indonesia dalam pembuatan protokol FLW.
Dengan belajar dari negara lain yang telah berhasil mengurangi FLW, protokol ini diharapkan dapat menjadi acuan metode perhitungan FLW di Indonesia.
“Tujuan adanya protokol FLW adalah untuk membantu pemangku kepentingan dalam membuat intervensi atau strategi penanganan FLW yang berbasis data,” ujar Anissa Ratna Putri, Consulting Manager Waste4Change.
Kontribusi dari setiap individu juga sangat penting dalam mengatasi permasalahan susut dan limbah pangan. “Prioritas utama yang bisa dilakukan oleh individu adalah source reduction atau berusaha mengurangi sumber food waste dari awal,” ujar Eva Bachtiar selaku pendiri dan CEO Garda Pangan.
“Misalnya, jika kita punya left-over, nasi sisa makan kita bisa diolah menjadi nasi goreng. Atau bisa juga melakukan manajemen isi kulkas agar tidak ada bahan makanan yang dibuang,” ujarnya.
Mengatasi permasalahan susut dan limbah pangan memang bukan hal yang mudah karena melibatkan banyak pihak. Hanya dengan kolaborasi multisektoral, Indonesia bisa mengurangi FLW sekaligus meningkatkan ketahanan pangan dan gizi masyarakat.
Bincang FOLU adalah diskusi bulanan yang diselenggarakan oleh Koalisi FOLU untuk memperkenalkan isu-isu pangan dan tata guna lahan kepada publik di Indonesia, berkolaborasi dengan berbagai organisasi dan pakar terkait.
Editor: Addi M Idhom