Menuju konten utama

Kisah Penyintas Kanker Serviks Melawan Sakit yang Diawali Keputihan

Gejala kanker serviks biasanya diawali dengan keputihan yang tidak kunjung berhenti meski sudah diobati.

Kisah Penyintas Kanker Serviks Melawan Sakit yang Diawali Keputihan
Dokter menunjukkan X-ray kanker serviks kepada pasien. SHUTTERSTOCK

tirto.id - Penyintas kanker serviks, Untung Endang Suryani (52) mengira keputihan yang dia alami beberapa hari merupakan tanda normal menjelang menopause.

Dia hanya meminum obat–obatan herbal atas saran teman–temannya yang mengalami hal serupa, tanpa bertanya pada pihak medis terlebih dahulu.

“Dua bulan minum tetapi tetap keputihan. Menstruasi tiga hari. Lalu dua bulan kemudian enggak menstruasi. Saya pikir menopause. Jamunya habis bikin sendiri. Saya juga minum obat herbal dari semua harga,” ujar dia di Jakarta, Rabu (13/2/2019).

Suatu waktu, Endang memutuskan berkonsultasi dengan dokter setelah dia kembali mengalami menstruasi disertai pendarahan yang hebat. Dia didiagnosa kanker serviks pada Mei 2017 dengan kadar hemoglobinnya yang juga rendah, hanya 2,6.

“Di biopsi, lalu di USG. Kanker sudah seperempat serviks,” kata dia.

Kemudian dokter menyarankan Endang menggunakan tampon untuk mengatasi pendarahannya. Tampon yang diimaksud terbuat dari kain kasa yang digulung dan ditaruh di dalam vagina.

Dia harus mengganti tampon yang ia pakai setiap hari selama 10 hari dengan menahan rasa sakit yang luar biasa saat tampon tersebut terpasang.

“Dipasang tampon pakai gulungan kain kasa ditaruh di vagina untuk hentikan pendarahan. Sakit sekali. Keluar darah sebesar batu bata. Waktu itu pakai tiga gulung kain kasa,” kata dia.

Namun, pendarahan masih terus dia alami. Akhirnya, dia disarankan oleh dokter untuk radiasi sambil menjalani kemoterapi. Dia mengatakan merasakan sakit yang kadang tak bisa ditahan sekaligus panas pada bagian perutnya saat menjalani radiasi .

Kemudian, Endang bergabung dengan komunitas Information and Support Center (CISC) untuk membantunya tetap semangat melawan kanker dan berbagi kisah dengan para anggota komunitas.

Dengan tekadnya, kini Endang telah selesai menjalani pengobatan kanker serviks dan bukan lagi berstatus pasien, namun penyintas.

Prof. Dr. Andrijon SpOG(K) dari Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia (HOGI) mengatakan setiap perempuan yang mengalami keputihan tak kunjung sembuh setelah pengobatan, sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter untuk mengetahui penyebabnya dan bisa segera mendapatkan penanganan medis agar tidak terjadi kasus serupa.

Kanker serviks bisa diawali gejala berupa keputihan (kanker menimbulkan lendir). Namun, biasanya ini baru muncul saat kanker sudah memasuki stadium dua atau lebih.

“Kalau keputihan, diobati lalu muncul lagi, segera periksaan diri agar tahu apa penyebabnya, bisa karena kuman atau apa. Pengobatan tergantung hasil pemeriksaan,” tutur dia.

Baca juga artikel terkait KANKER SERVIKS

tirto.id - Kesehatan
Sumber: Antara
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Yulaika Ramadhani