tirto.id - Bonus atlit Pekan Olahraga Nasional (PON) lebih besar nilainya dari bonus atlit yang meraih medali dalam SEA Games sehingga menyebabkan atlit lebih memilih PON daripada kejuaraan internasional tersebut.
Seperti dikutip dari kantor berita Antara, hal ini kemudian memicu Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) mengeluarkan peraturan menteri tentang nilai bonus untuk atlit-atlit daerah yang meraih medali dalam PON.
"Kami tidak bermaksud menghalang-halangi hak atlit untuk mendapatkan rezeki. Selama ini ada kecenderungan atlit lebih memilih PON dibanding kejuaraan internasional," kata Deputi IV Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Kemenpora Gatot S. Dewa Broto selepas menerima kunjungan mahasiswa IKIP PGRI Bali di Jakarta, Rabu, (28/9/2016).
Kepindahan atlit ke daerah ini terjadi karena menurut Gatot sejumlah daerah seringkali memberikan bonus kepada atlitnya yang meraih medali dalam PON melebihi nilai bonus atlit yang meraih medali dalam SEA Games.
"Bonus medali emas Olimpiade itu Rp5 miliar, medali emas Asian Games Rp400 juta, medali emas SEA Games Rp200 juta. Bonus PON maksimal tidak lebih dari bonus SEA Games itu," ujar Gatot.
Dikarenakan bonus yang besar itulah, atlit-atlit seringkali pindah daerah karena dijanjikan bonus medali yang sangat besar.
"Janji bonus itu tidak mendidik dan tidak ada tidak ada pembinaan atlit di daerah-daerah," paparnya.
Oleh karena itu, Kemenpora akan membahas sejumlah aturan terkait PON selain bonus atlit bersama Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI), Komite Olimpiade Indonesia (KOI), dan cabang-cabang olahraga.
"Kami akan mengajak mereka setelah penyelenggaraan Peparnas 2016 nanti," katanya.
Aspek lain yang akan menjadi pembahasan Kemenpora dalam peraturan tentang PON adalah kelompok umum atlit yang berlaga. Aturan pembatasan kelompok umur bertujuan mencegah keikutsertaan atlit-atlit senior dalam kejuraan PON.
"Paling lambat peraturan tentang PON itu sudah ada rancangannya pada akhir 2016," kata Gatot.
Penulis: Mutaya Saroh
Editor: Mutaya Saroh