tirto.id - Para pentolan perusahaan teknologi mampu sukses membangun bisnisnya. Namun, sebagian dari mereka justru gagal menuntaskan studinya saat kuliah di kampus ternama. Bill Gates contohnya, sang pendiri Microsoft ini drop-out dari Harvard University pada 1975. Mark Zuckerberg juga mengalaminya di kampus yang sama pada 2005.
Zuckerberg memutuskan drop-out demi mengembangkan Facebook, platform media sosial paling berkibar saat ini. Selain mereka berdua, ada nama-nama seperti Michael Dell, Steve Jobs, Jan Koum, dan Travis Kalanic yang menjadi tokoh-tokoh penting dalam dunia teknologi juga tidak menyelesaikan pendidikan mereka di bangku kuliah.
Selain mereka yang drop-out lalu kemudian menjadi tokoh teknologi dunia, ada pula nama-nama lain yang sukses menamatkan kuliahnya. Sergey Brin dan Larry Page, merupakan tokoh yang bersama-sama mengembangkan Google sekaligus sebagai bagian dari karya ilmiah mereka di Stanford University.
Kini, bisa bergabung di Microsoft, Google, Apple, Facebook, dan perusahaan teknologi lainnya jadi impian anak-anak muda di seluruh dunia. Iming-iming gaji besar dan dekat dengan sumber kekuatan teknologi dunia, merupakan daya tarik yang sangat beralasan. Namun, untuk bisa masuk ke perusahaan teknologi papan atas tentu tak mudah.
Salah satu caranya dengan memilih kampus-kampus yang disukai oleh perusahaan-perusahaan teknologi dunia. Ini bisa dilacak dari kampus-kampus yang menyumbang banyak alumni yang berkarya di Microsoft, Google, Apple, Facebook, dan lain-lain.
Times Higher Education (THE) mengungkapkan 80 persen pekerja Facebook dan Google berasal dari 200 perguruan tinggi teratas, terutama dari peringkat 10 besar. Kampus-kampus dengan predikat 10 besar di Amerika Serikat (AS), menurut Forbes 2015 adalah: Pomona College, Williams College, Stanford University, Princeton University, Yale University, Harvard University, Swarthmore College, Brown University, Amhers College, dan Massachusetts Institute of Technology.
Berdasarkan pelacakan THE dari profil para karyawan di jejaring LinkedIn. Lebih dari setengah pegawai Facebook berasal dari kampus dengan predikat 10 besar. Sekitar 30 persen karyawan Google, berasal dari perguruan tinggi yang masuk kategori yang sama. Apple dan Microsoft memang jauh lebih sedikit, masing-masing hanya 10 persen dan kurang dari itu.
Kampus mana yang paling dilirik perusahaan teknologi? Masih menggunakan data pelacakan LinkedIn, sebanyak 3,56 persen karyawan Google berasal dari Stanford University. Selebihnya 3,09 persen berasal dari Berkeley, dan karyawan yang berasal dari Massachusetts Institute of Technology mencapai 1,46 persen. Sementara itu, Facebook memiliki proporsi 4,82 persen karyawannya merupakan alumni dari Stanford University. Harvard University, menyumbang 1,39 persen, dan MIT menyumbang 1,06 persen. Lulusan MIT juga sebagian berkarier di Apple meski hanya 0,38 persen dari total karyawan Apple.
Bila mengacu data profil di LinkedIn, Stanford University, adalah kampus yang menyumbang lulusan terbanyak untuk bekerja pada perusahaan-perusahaan teknologi. Kampus ini menyumbang 26.040 lulusannya bagi perusahaan teknologi.
“Secara khusus perusahaan dengan nama besar seperti Google, Facebook, Twitter, dan Square telah memiliki saluran dari semua perguruan tinggi (terbaik). Bakat terbaik mereka datang dari sana (perguruan tinggi terbaik), sehingga mereka pun memiliki semua koneksi (untuk mendatangkan talenta terbaik lainnya)," kata Scott Purcell dari Jobspring Partners, salah satu firma perekrutan para profesional di bidang IT.
Namun, selain merekrut karyawan dari kampus-kampus kelas wahid, perusahaan-perusahaan teknologi dunia, merekrut karyawan yang berasal dari “party schools”. Party Schools merupakan istilah yang merujuk bagi kampus-kampus dengan prevalensi mahasiswanya sering dilaporkan atas tindakan penyalahgunaan narkoba dan minuman keras. Selain itu, kampus-kampus yang termasuk kategori party schools, sering dianggap memiliki tingkat belajar di kalangan mahasiswa yang terbilang minim. Salah satu kampus yang masuk kategori ini adalah University of Illinois at Urbana-Champaign.
Contoh yang memakai pendekatan ini adalah IBM. Salah satu perusahaan teknologi dunia, memiliki jumlah karyawan yang berasal dari kampus party schools sekitar 6.135 orang. Sementara itu, 3.289 alumni dari party school, bekerja di Microsoft.
Tentu, angka-angka tersebut hanyalah perkiraan semata yang merujuk data LinkedIn para karyawan perusahaan teknologi dunia. Mereka, tentu tidak secara terbuka mengungkapkan asal-muasal para karyawannya. Namun, data LinkedIn cukup klop dengan kenyataan bahwa Stanford University sebagai kampus favorit perusahaan-perusahaan teknologi.
Lulusan Stanford diiming-imingi gaji yang cukup tinggi jika mereka mau bekerja pada perusahaan-perusahaan teknologi dunia tersebut. Lulusan Stanford, jika bekerja pada Facebook atau Google akan digaji antara $100.000 hingga $150.000. Tak cuma itu, terkadang, para talenta terbaik Stanford, bakal diiming-imingi lembar saham perusahaan tempatnya bekerja hingga lebih dari $100.000. Snapchat bahkan menawarkan lembar saham yang nilainya mencapai $400.000 untuk lulusan Stanford.
Selain itu, sebelum lulus pun mahasiswa Stanford terbilang istimewa. Kampus mereka berada di dekat markas-markas perusahaan teknologi di Lembah Silikon, peluang untuk magang sangat terbuka lebar bagi mahasiswa Stanford. Jika seorang mahasiswa berhasil ikut magang di perusahaan teknologi di sana, mereka setidaknya akan mengantongi uang senilai $4.500-$7.000 per bulan selama 3 bulan masa magang.
Untuk bisa sampai ke tahap itu tentu tak mudah, karena bisa berkuliah di Stanford University sudah jadi tantangan tersendiri, terutama soal biaya kuliah. Gelar ilmu komputer Stanford University misalnya, seorang mahasiswa harus membayar biaya awal perkuliahan hingga $90.000. Biaya sebesar itu tentu akan sebanding dengan apa yang akan mereka terima kelak bila diterima di korporasi teknologi.
Korporasi teknologi Google, Apple, Microsoft, Facebook, atau perusahaan teknologi dunia lainnya tentu punya standard untuk merekrut para pekerjanya. Menjadi bagian perusahaan-perusahaan itu jadi impian banyak orang. Namun, belajar dari pengalaman Bill Gates, Mark Zuckerberg, kesuksesan tak melulu bermodal lulus studi di kampus, termasuk dari perguruan tinggi ternama dan papan atas.
Penulis: Ahmad Zaenudin
Editor: Suhendra