Menuju konten utama

KAI Ungkap Alasan Kereta Jarak Jauh Tak Punya Gerbong Wanita

Dirut PT. KAI Edi Sukmono menyatakan bahwa gerbong khusus wanita memang tidak ada untuk kereta api jarak jauh karena tidak ada penumpang yang berdiri selayaknya di KRL.

KAI Ungkap Alasan Kereta Jarak Jauh Tak Punya Gerbong Wanita
Sejumlah peserta dari komunitas Sahabat Kereta Api Indonesia Daop I Jakarta membersihkan gerbong Kereta Api Kertajaya di Stasiun Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (25/5). ANTARA FOTO/Wahyu Putro A.

tirto.id - Dari liputan Tirto kepada sejumlah penumpang kereta api yang datang di Stasiun Pasar Senen kemarin (20/6), sejumlah penumpang wanita mengeluhkan minimnya fasilitas. Sejumlah fasilitas itu misalnya, tidak adanya fasilitas gerbong khusus untuk wanita, tidak ada ruang khusus bagi ibu menyusui, tidak ada ruang kesehatan, dan tidak ada fasilitas bagi penyandang disabilitas yang memadai.

Menanggapi hal itu, Dirut PT. KAI Edi Sukmono saat dihubungi Tirto menyatakan bahwa gerbong khusus wanita memang tidak ada untuk kereta api jarak jauh. Karena, menurutnya, di kereta api jarak jauh tidak ada penumpang yang berdiri selayaknya di KRL.

"Begini, untuk gerbong wanita kami sudah ada di KRL. Tapi memang untuk kereta jarak jauh tidak ada. Kami juga belum memikirkan untuk mengadakan itu. Karena di luar negeri juga tidak ada gerbong khusus wanita di kereta jarak jauh," kata Edi, Rabu (21/6/2017).

Meski begitu, dirinya pun merencanakan untuk membuat gerbong khusus wanita bagi kereta lokal, seperti kereta jurusan Jakarta-Bandung. "Kalau lokal mungkin ya, nanti," katanya.

Pernyataan yang senada juga disampaikan Edi terkait tidak adanya ruang laktasi di gerbong kereta api jarak jauh bagi ibu menyusui. Menurutnya, di luar negeri pun tidak ada kereta api jarak jauh yang memiliki ruang laktasi khusus.

"Sama. Di luar negeri juga tidak da ruang khusus menyusui bagi ibu. Kami pun tidak ada untuk itu. Belum dipikirkan juga," katanya.

Namun, kata Edi, untuk ibu menyusui telah ada panduan khusus yang telah disosialisasikan oleh pihaknya kepada calon penumpang kereta api.

"Sesuai dengan guideline, para ibu itu meletakkan asinya di dalam botol sebelum perjalanan. Sehingga anak tetap bisa mendapatkan ASI dan ibu tidak malu," katanya menerangkan.

Selanjutnya, yang menurut Edi juga tidak mungkin direalisasikan adalah ruang khusus kesehatan bagi penumpang kereta api. Karena, seperti halnya dua fasilitas sebelumnya, menurutnya ruang semacam itu juga tidak ada di luar negeri.

Untuk itu, menurutnya, pemeriksaan kesehatan telah disediakan bagi calon penumpang kereta api di stasiun-stasiun besar yang ada sebelum keberangkatan.

"Misalnya untuk yang hamil, terutama yang di atas empat bulan kami lakukan pemeriksaan boleh atau tidak untuk melakukan perjalanan. Kalaupun ada sesuatu di perjalanan, bisa berhenti di stasiun besar dan kami lakukan pertolongan," jelasnya.

Dalam masa mudik ini, menurut Edi, pihaknya telah bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan untuk menyiapkan posko-posko kesehatan di sejumlah stasiun kereta api.

Menurut pantauan, di stasiun Pasar Senen terdapat dua posko kesehatan yang berada di luar stasiun. Salah satunya diisi oleh petugas Puskesmas Johar Baru.

Pada Selasa (20/6), Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek pun telah melakukan tinjauan kesehatan di Stasiun Pasar Senen. Menurutnya, posko-posko tersebut diperuntukkan bagi para pemudik yang memiliki keluhan kesehatan dan bagi para pemudik yang hamil sebelum berangkat.

Berbeda dengan tiga fasilitas tersebut, Edi menyatakan di gerbong kereta api jarak jauh telah terdapat fasilitas untuk penyandang disabilitas. Meskipun, menurutnya tidak semua kereta memilikinya.

"Untuk itu kami ada. Seperti di kereta Jayabaya itu ada kamar mandi untuk penyandang disabilitas. Kereta yang baru-baru semua kami berikan fasilitas untuk penyandang disabilitas. Kalau kereta lama itu tidak memungkinkan ya perbaikannya," katanya.

Meskipun, dirinya tetap mengakui bahwa di stasiun fasilitas untuk penyandang disabilitas pun belum ada. Tirto sendiri memantau di toilet Stasiun Pasar Senen belum ada toilet khusus penyandang disabilitas.

"Ya, di stasiun memang belum ada fasilitas untuk penyandang disabilitas. Pada intinya kami terus mengusahakan. Tidak bisa dong semuanya harus ada sekaligus. Semua bertahap," kata Edi.

Menyoal fasilitas untuk penyandang disabilitas, Menko PMK Puan Maharani yang hari ini mengunjungi Stasiun Pasar Senen dalam rangka melepas mudik gratis PDIP meminta kepada Dirut PT KAI agar menyediakan jalur khusus kursi roda untuk naik ke kereta api.

"Tadi saya meminta kepada Pak Dirut KAI untuk bisa menyiapkan jalur khusus kursi roda untuk pengguna disabilitas agar bisa langsung naik ke kereta," kata Puan di Stasiun Pasar Senen, hari ini (21/6/2017).

Puan pun memuji adanya posko pemeriksaan bagi ibu hamil yang ada di Stasiun Pasar Senen. Dirinya pun mengimbau kepada calon pemudik yang sedang hamil agar memeriksakan kandungan mereka sebelum berangkat.

"Ibu hamil yang sudah berada di tri semester pertama wajib memeriksakan kandungannya untuk mendapat rekomendasi dari petugas kesehatan," tutur Puan.

Sementara itu, Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi menyatakan perihal fasilitas bagi penyandang disabilitas baik di kereta api maupun di stasiun wajib ada.

"Itu sudah diatur oleh undang-undang. Di setiap fasilitas publik dan transportasi publik memang harus ada fasilitas untuk penyandang disabilitas," kata Tulus saat dihubungi Tirto.

Meski begitu, Tulus mengaku tidak bisa memastikan apakah kereta-kereta api jarak jauh lama bisa direnovasi atau tidak untuk mendukung penyandang disabilitas.

"Kalau yang lama itu saya tidak tahu bisa diperbaiki atau tidak. Kalau yang baru seharusnya bisa ya dibikin," katanya menjelaskan.

Selama ini, Tulus mengaku pihaknya terus mengadvokasi konsumen penyandang disabilitas di berbagai moda transportasi. Meskipun, menurutnya, untuk moda transportasi tertentu tidak mungkin.

"Seperti mikrolet itu kan enggak mungkin. Tapi kalau seperti kereta api itu sangat mungkin menurut saya. Apalagi kereta api adalah transportasi publik paling massal," katanya.

Sedangkan, untuk fasilitas gerbong khusus wanita dan ruang menyusui di kereta api jarak jauh, Tulus mengaku tidak bisa mengomentari lebih jauh soal itu. Karena, dirinya belum tahu apakah ada mandat peraturan untuk itu.

"Kalau disabilitas kan ada mandatory-nya. Jelas juga. Kalau soal gerbong wanita dan ruang laktasi saya kurang tahu. Di luar negeri ada atau tidak juga saya tidak tahu. Tapi, kalau bisa ada bagus," ujarnya.

Baca juga artikel terkait ARUS MUDIK atau tulisan lainnya dari M. Ahsan Ridhoi

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: M. Ahsan Ridhoi
Penulis: M. Ahsan Ridhoi
Editor: Yuliana Ratnasari