Menuju konten utama
Dwi Budhi Martono

"Jika Esemka Jadi Besar, Mobil yang Dipakai Jokowi ini Jadi Ikon"

Kami mewawancarai guru teknik otomotif yang tahu seluk-beluk prototipe Esemka, mobil produksi anak sekolah yang pernah memopulerkan Jokowi.

Ilustrasi Dwi Budhi Martono, Guru Teknik Otomotif SMKN 2 Surakarta yang membimbing siswa membuat mobil Esemka. tirto.id/Sabit

tirto.id - Mobil Esemka kembali mencuat menjelang Pemilihan Presiden 2019. Calon Wakil Presiden Ma'ruf Amin yang mendampingi Calon Presiden Joko Widodo menyebut pabrik mobil kreasi siswa sekolah menengah kejuruan (SMK) yang pernah melambungkan nama Jokowi itu bakal segera diresmikan.

Enam tahun silam, saat menjabat Wali Kota Solo, Jokowi menyita perhatian dengan membuat kebijakan menggunakan mobil Esemka sebagai kendaraan dinas. Kebijakan itu direspons positif oleh masyarakat hingga membuat elektabilitas Jokowi melejit.

Namun, proyek Esemka yang digadang-gadang bakal menjadi "mobil nasional" itu seolah menguap tatkala Jokowi hengkang dari Solo. Esemka tak lagi mendapatkan sorotan ketika Jokowi naik panggung di Pilkada DKI 2012 dan Pilpres 2014 hingga akhirnya ia menjadi presiden.

Bagaimana sebetulnya proyek yang tak pernah lagi terdengar gaungnya itu berjalan hingga akhirnya memiliki pabrik, dan ujug-ujug bakal diresmikan itu? Berikut wawancara dengan Dwi Budhi Martono, Guru Teknik Otomotif SMKN 2 Surakarta yang menjadi pembimbing siswa untuk proyek mobil Esemka.

Bagaimana awal mula pembuatan prototipe mobil Esemka?

Program mobil Esemka itu sebetulnya diawali program yang namanya teaching factory, pembelajaran berbasis produksi [yang] tidak hanya mobil, [tapi] mulai dari laptop, komputer SMK, LCD Proyektor SMK.

Misinya waktu itu memang program pembelajaran berbasis produksi sehingga tentunya menghasilkan produk. Salah satunya menghasilkan komponen mobil secara manual. Program itu diawali pada 2007, digulirkan oleh Direktorat Pembinaan SMK [Kemendikbud].

Kemudian untuk teaching factory di bidang otomotif diawali dari lima SMK: di Solo (tiga SMK), di Borobudur (SMK Muhammadiyah), satu lagi di Malang [SMK Singosari]; masing-masing sekolah punya SK tentang penunjukan menjadi sekolah teaching factory.

Setelah membuat satu unit mobil secara manual, kemudian belajar membuat komponen mesin bersama PT AIK [Autocar Industri Komponen] di Cikampek, lalu belajar membuat komponen mesin bersama PT Enka [Enka Tehnindo] di Ceper [Klaten]. Akhirnya, jadilah mobil Esemka.

Tahun 2010 pertama kali kami ujikan, uji layak jalan; tidak lulus. Tetapi, begitu tidak lulus, ya sudah.

Kemudian, kami belajar tentang lini bisnis otomotif itu seperti apa. Ternyata untuk … apa namanya ... untuk membangun bisnis otomotif itu ternyata banyak sekali yang harus dibuat, termasuk harus punya entitas bisnis. Makanya kemudian membangun PT Esemka (Solo Manufaktur Kreasi].

Yang terlibat siapa saja ketika dibangun entitas bisnis PT SMK?

Banyak pihak, dari membangun bodi [mobil] ada di lima SMK itu.

Lima itu dibagi-bagi tugasnya atau bagaimana?

Belajar bersama. Yang membuat komponen mesin di PT AIK itu ya sama-sama.

Peran kelima SMK apa?

Sebetulnya tidak ada pola distribusi pekerjaan. "Kamu bikin ini. Kamu bisa apa lakukan? Ya lakukanlah."

Misalnya di tempat kami, SMKN 2 Surakarta, kami tidak bisa produksi komponen, bodi. Kami hanya bisa essembling, makanya kami punya essembling land.

Konsepnya produksi mobil Esemka tetap berbasis sekolah sehingga dari lima SMK memiliki lima mini assembling land. Sehari bisa merakit satu mobil dari komponen yang sudah ada, ataupun satu minggu satu mobil; begitu tidak masalah.

Nah, ini dikembangkan. Tahun 2010 dari lima SMK menjadi 33 SMK yang memiliki mini essemling land, dari Lampung sampai Bali.

Lima SMK itu awalnya berupaya membuat prototipe. Tapi SMK Borobudur yang juga membuat prototipe tapi tidak diregistrasikan ke PT Esemka, termasuk SMK Singosari yang membuat Esemka Digdaya itu embrionya dari sana.

Ketika pameran SMK-SMK itu ikut juga?

Ikut. Pameran dibawa ke Jakarta. Kalau kami yang lebih banyak dipamerkan itu yang SUV Rajawali.

Kalau yang kecil-kecil mini MPV itu SMK Borobudur [punya dua atau tiga tipe], tapi tidak teregistrasi karena mereka akan mencoba berbisnis dengan karya mereka sendiri. Sampai sekarang SMK Borobudur terus berjalan untuk membuat mini bus Elf untuk wilayah Sumatera, mobil roti toko roti, ambulans. Memproduksi setel dan jalan sendiri.

Kalau komponen mesin?

Bersama-sama membuat mesin 1.5i bersama dengan PT AIK, kasting di Klaten bersama PT Enka targetnya 1.200 unit mesin. Setelah jadi, dibagi-bagikan ke sekolah untuk bahan ajar. Di sini ada lima atau enam mesin.

Itu perjalanan dari 2007-2012.

Nah, setelahnya, bersama Pak Jokowi ke Jakarta. Legalitasnya sudah sejak 2010, hak paten merek, termasuk izin membuat nomor rangka sendiri, dimiliki oleh PT Solo Manufaktur Solo [Esemka] sampai sekarang.

Sehingga, nanti kalau di pabrik Boyolali keluar nomor rangka yang diawali MKJ, itu pasti mobil Esemka. [MKJ bukan akronim, tapi koding internasional.]

Anda sebagai apa waktu itu?

Saya sebagai salah satu pembimbing siswa. Kedua, saya sendiri perlu mengenal bisnis otomotif. Untuk membuat fisik kendaraan mudah, ternyata bisa dilalui. Tetapi lini bisnisnya yang tidak bisa; justru dokumentasinya harus membangun PT Esemka. Kemudian izin produksi membuat nomor rangka sendiri.

Dukungan dari Direktorat Pembinaan SMK dalam bentuk apa saat itu?

Maksimal dari koneksitas ke industri, lalu konsep-konsep bisnis itu dari direktorat semua.

Berapa biaya yang dikucurkan untuk proyek ini?

Waduh, saya tidak tahu, tidak mengerti banget. Cuma itu urusannya antar-lembaga. Kalau saya sebatas masalah teknis di lapangan.

Asal Nama 'Kiat Esemka'

Cerita berkolaborasi dengan Sukiat bagaimana?

Hubungan kami dengan Pak Kiat sebetulnya begini: Pak Kiat pada saat mobil Esemka itu akan digunakan sebagai kendaraan operasional pemerintah Kota Surakarta, dalam hal ini oleh Pak Jokowi, berdasarkan hasil pengujian sebelumnya dari tahun 2010. Itu banyak hal yang perlu diperbaiki dan dibenahi, salah satunya memfokuskan lampu. Nah, memfokuskan lampu ini harus mengubah kap mesin, mengubah gril, mengubah bamper secara fisik. Nah kami mengirim 18 siswa ke [bengkel] Pak Kiat tahun 2011.

Jadi tidak dari awal ya berkolaborasi dengan Sukiat?

Tidak. Kami mengirim 18 siswa ke Pak Kiat dalam bentuk pelatihan selama 3 bulan dengan kompensasi biaya Rp156 juta. Itu Surat Perjanjian Kerjanya pelatihan, sehingga tidak ada hubungannya dengan Pak Kiat untuk perintisan [Esemka]. Hubungan kami dengan Pak Kiat melatih 18 siswa untuk membentuk bodi dan finishing.

Di banyak media Sukiat berkata sebagai inisiator Esemka?

Itu terserah saja dia ngomong. Kenyataannya seperti itu dan semuanya ada buktinya, bukti dokumennya, surat perintah kerjanya, seperti apa kompensasinya Rp156 juta, seperti apa sebagai bentuk biaya pelatihan itu; ada semua.

Memang keluar dari sana mereknya menjadi Kiat Esemka dan Pak Jokowi tidak menghendaki itu karena hak paten merek, hak paten logo, dan semuanya mengatakan mereknya Esemka, logonya seperti yang di sini. Itu sudah dipatenkan dari awal sejak pendirian PT Esemka tahun 2010. Semua patennya mengatakan seperti itu sehingga dikembalikan ke itu sajalah.

Walaupun sejak saat itu Pak Kiat ngomong apa, terserah beliau saja. Waktu itu saya diinstruksikan untuk tidak menanggapi.

Menjadi Mobil Dinas Jokowi di Solo

Cerita menjadi kendaraan operasional Jokowi, saat itu Wali Kota Solo, bagaimana?

Pak Jokowi tahu SMK punya program teaching factory karena jalinan Direktorat Pembinaan SMK dengan Pemerintah Kota Surakarta, sehingga ia mendeklarasikan Solo Kota Vokasi. Pak Jokowi tahu produk-produk anak SMK, mengambi 400 unit laptop Esemka, dibagikan kepada anak-anak SD, SMP, SMA, SMK yang tidak mampu. Dan, pada saat serah terima secara simbolis itulah mobil Esemka kami serahkan sebagai kendaraan operasional bersama dengan laptop.

Saat awal kami pameran, Pak Jokowi tahu, 'Oh ini karya SMK.' Maka, Pak Jokowi menyatakan ini "karya anak bangsa", harus diapresiasi dan layak digunakan sebagai kendaraan operasional.

Statusnya saat dipakai Jokowi?

Pinjam pakai karena itu aset SMKN 2 Surakarta. Tidak boleh dipindahkan, tidak boleh dihibahkan dan dipindahtangankan.

Alasan Jokowi waktu itu?

Kebetulan ada dua mobil yang tipenya sama: Rajawali punya kami dan punya SMK Warga. SMK 2 [AD 1 A] dipakai Pak Jokowi, SMK Warga [AD 2 A] dipakai wakilnya, Pak Hadi Rudyatmo.

Ada asalan khusus mengapa Jokowi lebih suka tipe SUV Asemka Rajawali?

Pak Jokowi tidak milih-milih tipe. Cuma waktu itu yang dipamerkan itu Rajawali. Jadi kebetulan aja Pak Jokowi bilang, 'Saya mau pakai yang ini.' Gitu aja karena barangnya siap dan warnanya hitam.

Saat pameran Anda ada di sana?

Pak Jokowi sudah dekat dengan SMKN 2 Surakarta sebelum jadi wali kota karena Pak Jokowi itu usahanya mebel, sementara kami punya jurusan perkayuan. Sehingga beberapa pekerjaan dari Pak Jokowi, kami garap. Dan teman-teman yang di Jurusan Teknik Perkayuan juga dekat dengan Pak Jokowi sebagai sesama industri mebel.

Sehingga kadang Pak Jokowi memberikan pekerjaan kepada kami, sebelum jadi wali kota. Dan setelah jadi wali kota juga Pak Jokowi sering nongkrong di sini.

Sudah ada inisiatif dari Jokowi ketika mendeklarasikan Solo Kota Vokasi?

Iya, mendeklarasikan Solo Kota Vokasi bersama Pak Jokowi dengan Pak Joko Sutrisno [Direktort Pembinaan SMK tahun 2010]. Pak Jokowi tahu tahu salah satunya dari pameran-pameran di Solo termasuk [pameran] Kreasso [Kreatif Anak Sekolah Solo].

Pak Jokowi mengatakan, "Mas, yen iki dienggo kendaraan operasional Wali Kota [Solo] koro-kiro boleh enggak?'

"Lho bisa. Boleh, silakan."

Itu omongan Pak Jokowi waktu pameran Kreasso 2011 [di Mangunegaran, di depan Ngarsopuro].

Jokowi langsung omong begitu?

Betul. Kami langsung formalitaskan antar-lembaga juga, antara SMK 2 Surakarta dan Pemerintah Kota Surakarta. Kami serahterimakan pada 2 Januari 2012. Dicoba Pak Jokowi untuk operasional di wilayah Surakarta. Kemudian, Pak Jokowi menghendaki uji ulang karena pada 2010 ada uji yang tidak lulus, salah satunya lampu, emisi, dan sebagainya.

Pak Jokowi menghendaki pengujian lagi, tanggal 26 Februari 2012, kami berangkat ke Jakarta bersama-sama.

Dari uji sebelumnya lampu dan emisi tidak lulus. Lampunya sudah kami betulkan bersama pelatihan di tempatnya [bengkel] Pak Kiat itu.

Nah, karena ini akan dipakai oleh wali kota, akhirnya kami mempelajari ulang bagaimana dan apa yang menyebabkan emisi tidak lulus. Salah satu [hasil kajian] adalah karena beban kendaraan. Sehingga, pada pengujian keenam lolos uji emisi.

Setelah Pak Jokowi menjadi gubernur DKI Jakarta [tahun 2014], Esemka tetap dikembangkan ke protipe-prototipe yang lain di bawah PT Esemka Solo Manufaktur Kreasi, seperti Esemka Rajawali PT2MT, Esemka Bima [pikap], Esemka Borneo minibus dengan 13 kursi, Esemka Digdaya dobel kabin 2000 cc 4x4, Esemka Bima 1.3 dan 1.8 disen.

Merek mobil Esemka tahun 2013. Untuk yang pikap ini kami ujikan untuk layak jalan, dan lolos. Saya coba untuk daftarkan di Ditlantas Polda Jateng, keluar BPKB [buku pemilik Kendaraan bermotor]. Saya pakai sampai sekarang.

Sebelum digunakan Jokowi, ada berapa mobil Esemka yang dibuat?

Produksi awal itu cuma dua Esemka Digdaya dan Esemka Rajawali; keduanya ada di sini [SMKN 2 Surakarta]. Ketika Pak Jokowi menjadi Gubernur Jakarta, kendaraan dikembalikan ke sini.

Dari keterangan Sukiat: ada sekitar 9 mobil merek Esemka sampai 2010?

Enggak. Sampai 2012 itu dua varian itu kok: dua Esemka Rajawali; tiga Esemka Digdaya [masing-masing ada di SMKN 2 Surakarta, SMK Warga, dan SMKN 5 Surakarta].

Barulah pada 2012 kami mulai mengembangkan prototipe-prototipe baru. Ada yang diproduksi ketika PT Esemka berkantor di Solo Technopark—sampai 2013 kalau tidak salah. Sampai terakhir prototipe Esemka Borneo dan Esemka Digdaya 2 dibuat tahun 2014 di Solo Technopark dan sempat pindah di SMK Pancasila.

Setelah tidak boleh lagi di Solo Technopark, kami tidak punya tempat lagi dan sering pindah-pindah.

Sampai akhirnya pada 15 Maret 2015, PT Esemka diundang Pak Jokowi ke Istana untuk berkolaborasi dengan investor PT Adiperkasa Citra Lestari [dikabarkan milik Hendropriyono, mantan kepala BIN dan orang lingkaran dalam Jokowi di Istana].

Setelah berkolaborasi itu membuat entitas bisnis baru, namanya PT Adiperkasa Citra Esemka Hero, , dengan profit share 20-80 persen: 20 persen PT Esemka dan 80 persen PT Adiperkasa. Kami tidak ikut-ikut lagi ke bisnis ini.

Maksudnya tidak ikut-ikut lagi?

Kami sebagai lembaga pendidikan support eksternal saja karena manajemen full harus ada di perusahaan ... karena masuk ranah ke bisnis murni.

Apa yang bisa kami lakukan untuk memproduksi komponen, dan apa yang kami bisa lakukan untuk menyiapkan SDM ... itu yang kami support ke PT ACEH.

Sekarang sedang berjalan di pabrik Esemka yang ada di Boyolali, kira-kira sudah ada 500 sampel produk.

Harapan Pak Jokowi begini: untuk perintisan awal, yang penting itu mereknya Indonesia; kemudian [secara] prinsipal, pemilik perusahaannya [orang] Indonesia. Awalnya begitu. Kalau bisa komponennya dibuat di Indonesia.

Sampai 2015 ada berapa unit Esemka yang diproduksi?

Untuk Esemka Rajawali S2MT ada 200-an unit yang mengaspal, diproduksi di sekolah-sekolah. Di Wonogiri ada 2 unit, Pati 2 unit, Jakarta 2 unit, Lampung 29 unit. Lainnya ada di Jawa timur, banyak sekali.

Sebetulnya ketika banyak pesanan kami sudah seriusi sebelum ada entitas bisnis yang besar. Cuma permintaannya tidak banyak.

SDM Siswa SMK di Pabrik Boyolali

Siswa SMK diarahkan ke pabrik Esemka di Boyolali?

Ada program SMK 3+1: 3 tahun di sekolah, 1 tahun di industri. Sehingga punya kompetensi yang betul-betul dimaui.

Yang dimaui PT Esemka misalnya perakitan, [maka] ya orang-orang berkompeten di bidang perakitan itulah [yang mengisi].

Untuk industri komponen, misalnya kalau SMK bisa men-support memproduksi komponen—walaupun volumenya tidak besar tapi SMK yang diharapkan untuk menyiapkan bagian komponen—maka kami support.

Walaupun nanti tulang punggung yang diharapkan Pak Jokowi itu IKM [industri kecil menengah], maka 'Ayo IKM bergabung untuk siapa membuat apa.' Yang penting punya keterlibatan.

Siswa SMK yang ditarik ke pabrik Boyolali berstatus apa?

Mereka bekerja dengan gaji, dan di sana tidak ada istilah mau masuk diseleksi begitu; tidak ada. Pokoknya kamu daftar, diterima di sana, dalam satu tahun dievaluasi.

Masih sekolah?

Tidak. Mereka sudah lulus. Tetapi, kalau anak sekolah mau praktik kerja lapangan di sana, boleh. Tapi jangka waktunya pendek, 3-6 bulan.

Siwa dari SMKN 2 Surakarta ada yang bekerja di sana?

Alumni dari sini ada 40 anak.

Termasuk siswa yang membuat prototipe Esemka?

Kalau siswa yang awal-awal dulu itu sudah diambil oleh orang-orang karena mereka punya kompetensi lebih tinggi, direkrut industri lebih besar, semacam Astra dan sebagainya.

Menjadi Omongan Politis pada Pilpres 2018

Bagaimana menjawab pertanyaan di luar sana yang mempertanyakan kabar Esemka yang muncul lagi jelang Pilres?

Kalau menurut saya bukan tidak ada kabarnya. Kabarnya ada, dan selalu mengabarkan ke Pak Jokowi.

Tapi pekerjaan Pak Jokowi bukan hanya Esemka saja, banyak sekali hal-hal yang lebih penting setelah menjadi Gubernur DKI.

Setelah menjadi RI-1, pekerjaannya banyak sekali. Sehingga Pak Jokowi pada 2015 memanggil PT Esemka untuk diajak bicara itu sudah istimewa, sudah sangat bagus. Dalam arti, kami juga masuk dalam skala prioritas untuk diajak rembukan.

Apakah waktu itu Anda ikut ke Istana?

Tidak. Waktu itu yang berangkat Pak Joko Sutrisno (Direktorat Pembinaan SMK tahun 2010].

Bagaimana menjawab, 'Kok baru muncul lagi sekarang'?

Memang baru dimunculkan sekarang. Kemarin-kemarin ya jalan, tapi silent, Berjalan terus tanpa dipublikasikan ada nilai tambahnya, tidak banyak dikritisi orang. Biar berjalan dululah PT Esemka.

Bagaimana menjawab kritik mesin Esemka dari Cina dan segala macam?

Ya kalau [mesin] sebetulnya dari mana saja. Seperti mobil Esemka dobel kabin kita itu mesinnya VM dari Italia, ada yang dari Cina. Komponennya dari Cina ada. Semua kendaraan Esemka tidak 100 persen dari satu lokasi, karena masih prototiping.

Nanti, dari protipe setelah diurai bisa dilokalkan semua. Sementara ini komponen dari mana-mana: Jerman, Cina, Italia, Thailand, Korea. Sehingga banyak sekali komponen yang belum dibuat di Indonesia. Harapannya 90 persen dari Indonesia.

Kontainer-kontainer yang masuk ke pabrik Boyolali itu membawa komponen dari luar negeri?

Tidak semuanya dari luar. Ada yang dari Bekasi, Tangerang, Cileungsi. Macam-macam.

Terakhir ke pabrik di Boyolali kapan?

Lama sekali saya tidak ke sana. Kami lebih banyak berkomunikasi di luar pabrik dengan manajemen. Misalnya konsultasi bidang teknis ke sini, meskipun mereka punya tim teknis sendiri.

Siapa yang biasanya berkomunikasi langsung dengan Anda?

Pak Joko [Sutrisno] dan Pak Sabar itu manajemen di Boyolali. Tim teknisnya mereka sering ngomong-ngomomg urusan teknis. Sehingga komunikasi antara SMK dan PT Adiperkasa sesungguhnya tidak berhenti.

Mobil Esemka yang dulu dipakai Jokowi di mana?

Di sana, malah saya hujan-hujankan. Sebetulnya saya cuci tapi tidak sempat memasukkan, malah kehujanan jadi kotor lagi.

Dipakai?

Tidak. Biarkan menjadi histori di sini, bagian dari sejarah, semacam ikon. Kelak mungkin mobil Esemka menjadi besar, itu embrionya.

Apakah tidak dibongkar pasang untuk belajar siswa?

Tidak. Tidak lagi. Untuk belajar siswa lebih banyak menggunakan mobil di jalan seperti merek lain seperti Toyota, Honda, Suzuki, Daihatsu. Kami punya alat dan bahan praktik yang lebih banyak di pasar.

Mungkin nanti kalau Esemka sudah banyak mengaspal, nanti kami gunakan sebagai bahan praktik.

Baca juga artikel terkait ESEMKA atau tulisan lainnya dari Irwan Syambudi

tirto.id - Indepth
Reporter: Irwan Syambudi
Penulis: Irwan Syambudi
Editor: Fahri Salam