tirto.id - Ibu negara Iriana Joko Widodo melepas para peserta Lomba Lari Kartini Run 2018 pada Minggu (22/4/2018). Lomba lari dimulai dari pintu barat daya, Lapangan Silang Monas, Jakarta.
Acara dibuka pada pukul 06.00 WIB dengan lebih dulu menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Iriana melepas para peserta pada sekitar pukul 06.00 WIB untuk kategori lari 10 kilometer. Sepuluh menit kemudian, Mufidah Jusuf Kalla melepas peserta lomba lari 5 kilometer.
Dalam acara itu, Iriana dan Mufidah didampingi oleh Ibu OASE Organisasi Aksi Solidaritas Era (OASE) Kabinet Kerja.
Sementara itu pada pukul 06.20 WIB, Iriana dan Mufidah didampingi Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yembise serta ibu OASE mengibarkan bendera start pelepasan lomba lari Difabel 2 kilometer.
Selain lomba lari, perhelatan Kartini Run juga menyediakan acara tambahan yaitu pemeriksaan IFA untuk mencegah kanker serviks, donor darah, serta pemeriksaan kanker payudara yang dilakukan secara gratis.
Terdapat juga pameran Bhayangkari di lapangan Silang Monas Jakarta. Sejumlah peserta lomba lari 10K mulai memasuki garis finish pada sekitar pukul 06.30 WIB.
Penyerahan medali dan hadiah lomba akan dilakukan oleh Iriana bersama Mufidah pada pukul 07.15 WIB.
Selain melepas lomba lari, agenda Iriana bersama Mufidah pada Minggu juga akan melakukan olah raga bersama di Lapangan Bhinneka Tunggal Ika, Kementerian Pertahanan.
Hari Kartini, merupakan peringatan bagi sosok pahlawan nasional Kartini, yang lahir pada 21 April 1879. Kartini merupakan perempuan yang menempatkan pendidikan modern sebagai kunci kemajuan.
Kartini tumbuh sebagai warga dunia yang percaya bahwa pendidikan bagi kaum perempuan adalah kunci penting emansipasi manusia—atau, paling tidak, bagi masyarakat Jawa tempatnya tinggal.
Semasa lajang sebagai perempuan mandiri, Kartini telah melahirkan sejumlah tulisan, seperti “Upacara Perkawinan pada Suku Koja” yang terbit di Holandsche Lelie saat berusia 14 tahun. Begitupun ide-ide yang tertuang dalam surat-menyurat dengan sahabat penanya.
Sayang usia Kartini pendek saja. Ia meninggal pada usia 25 tahun, tak lama setelah melahirkan seorang bayi lelaki yang sehat pada 17 September 1904. Segala rencana untuk tulisan mewakili pemikirannya yang matang tidak sempat terwujud.
Meski begitu, cahaya kehidupan Kartini semakin bersinar setelah kematiannya. Setelah terbentuknya negara republik Indonesia yang merdeka, ia hadir sebagai model utama yang memberi inspirasi bagi gerakan perempuan Indonesia.
Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani) menamakan buletin resmi mereka sebagai Api Kartini, sebagai penghormatan terhadap cita-cita emansipasi perempuan yang diimpikannya. Atas perjuangan organisasi perempuan itu, Kartini secara resmi ditetapkan menjadi pahlawan nasional pada 1964.
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Dipna Videlia Putsanra