Menuju konten utama

IHSG Ditutup Melemah 6 Hari Beruntun, Apa Penyebabnya?

Ratih Mustikoningsih menilai, pergerakan IHSG saat ini masih dibayangi oleh kebijakan The Fed.

IHSG Ditutup Melemah 6 Hari Beruntun, Apa Penyebabnya?
Pekerja membersihkan lantai di samping grafik pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (26/8/2020). ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/aww.

tirto.id - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah pada perdagangan Jumat (9/12/2022). IHSG berada di level 6.715 (-1,31 persen). Level tertinggi hari ini tercatat pada posisi 6.804 dan level terendah indeks tercatat di 6.695.

Indeks hampir terkoreksi selama enam hari beruntun pada Desember 2022. Penurunan IHSG salah satunya dipicu oleh terkoreksinya saham GOTO dan perusahaan afiliasi yang memiliki bobot besar di IHSG.

Financial Expert Ajaib Sekuritas, Ratih Mustikoningsih menilai, pergerakan IHSG saat ini masih dibayangi oleh kebijakan The Fed. Hal ini tercermin pada capital outflow (jual bersih asing) di pasar reguler mencapai Rp6,6 triliun dalam seminggu terakhir.

The Fed berpotensi menaikan suku bunga di pekan depan tepatnya pada FOMC tanggal 14-15 Desember 2022 yang diproyeksikan meningkat 50 bps. Namun tidak menutup kemungkinan akan lebih hawkish jika pengumuman inflasi pada minggu yang sama masih tercatat tinggi.

Kekhawatiran akan inflasi yang masih tinggi juga didorong oleh indikator ekonomi Amerika Serikat di bulan November, seperti Unemployment Rate sebesar 3,7 persen dan Non Farm Payroll di level 263 ribu (lebih tinggi dari konsensus sebesar 200 ribu) menandakan pasar tenaga kerja masih solid, serta PMI Non-Manufaktur Amerika Serikat yang terakselerasi.

"Jika inflasi dan kebijakan suku bunga The Fed sesuai dengan ekspektasi pasar, maka peluang window dressing di tahun 2022 akan terbuka," katanya kepada Tirto, Jumat (9/12/2022)

Secara historis dalam tahun 10 terakhir IHSG selalu mengalami penguatan di akhir tahun khususnya pada bulan Desember dengan probabilitas 100 persen. Biasanya saham yang akan mendapatkan euforia window dressing adalah saham dengan kapitalisasi pasar tinggi serta didorong oleh kinerja keuangan yang solid.

Berikut saham-saham pilihan yang bisa dicermati investor untuk menyambut window dressing diantaranya :

BBCA

Buy di area Rp8.450-Rp8.500 dengan target harga pada resistance terdekat di level Rp8.900 serta pertimbangkan cut loss apabila break support di level harga Rp8.100.

BMRI

Buy di area Rp10.000 dengan target harga pada resistance terdekat di level Rp10.600 serta pertimbangkan cut loss apabila break support di level harga Rp9.800.

MDKA

Buy di area Rp4.350-Rp4.400 dengan target harga pada resistance terdekat di level Rp4.600 serta pertimbangkan cut loss apabila break support pada area MA-50 nya di level harga Rp4.050.

MAPI

Buy di area Rp1.430-Rp1.450 dengan target harga di level Rp1.550 serta pertimbangkan cut loss apabila break support pada area MA-20 nya di level harga Rp1.360.

KLBF

Buy di area Rp2.050-Rp2.100 dengan target harga pada di level Rp2.300 serta pertimbangkan cut loss apabila break support di level harga Rp1.940.

Disclaimer: Artikel ini merupakan rekomendasi dan analisis saham dari analis sekuritas yang bersangkutan, bukan untuk mengajak membeli atau menjual saham tertentu. Tirto tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul. Apabila akan membeli/menjual saham, pelajari lebih teliti dan tiap keputusan ada di tangan investor.

Baca juga artikel terkait DATA IHSG atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - Bisnis
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Anggun P Situmorang