Menuju konten utama

Hikmah Memperingati Hardiknas 2020 di Tengah Pandemi Corona

Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) tanggal 2 Mei 2020 dilakukan dengan cara yang berbeda, tanpa upacara bendera seperti biasa.

Hikmah Memperingati Hardiknas 2020 di Tengah Pandemi Corona
Nadiem Makarim, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Foto/Kemendikbud

tirto.id - Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) tanggal 2 Mei 2020 dilakukan dengan cara yang berbeda karena pandemi virus Corona atau COVID-19. Menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) RI Nadiem Makarim, ada banyak hikmah dan pelajaran yang dapat dipetik dalam peringatan Hardiknas 2020 kali ini.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menggelar upacara bendera untuk memperingati Hardiknas 2020 di Jakarta pada Sabtu (2/5/2020). Meskipun demikian, acara kali ini diselenggarakan secara terpusat serta terbatas demi mematuhi protokol kesehatan yang telah ditetapkan dalam masa pandemi.

Kemendikbud telah mengeluarkan Pedoman Penyelenggaraan Hardiknas Tahun 2020, yang di antaranya berisi imbauan agar meniadakan penyelenggaraan upacara bendera dalam peringatan Hardiknas tahun ini sebagai upaya untuk mencegah persebaran virus COVID-19.

“Saat ini kita sedang melalui krisis COVID-19. Krisis yang memakan begitu banyak nyawa. Krisis yang menjadi tantangan luar biasa bagi negara kita dan seluruh dunia,” kata Mendikbud Nadiem Makarim dalam sambutannya.

“Tetapi, dari krisis ini kita mendapatkan banyak sekali hikmah dan pembelajaran yang bisa kita terapkan saat ini dan setelahnya,” lanjutnya.

Situasi pandemi seperti sekarang ini justru membuka wawasan dan pengalaman baru bagi guru, murid, maupun orang tua. Proses pembelajaran bisa dilakukan di mana saja, tidak harus berada di dalam kelas atau sekolah karena metode dan perangkat yang digunakan bisa diterapkan melalui online atau daring berkat kecanggihan teknologi informasi.

“Guru, siswa, dan orang tua sekarang menyadari bahwa pendidikan itu bukan sesuatu yang hanya bisa dilakukan di sekolah saja," sebut Mendikbud.

Diperlukan kolaborasi yang bijak antara guru, peserta didik, serta orang tua murid untuk menumbuhkan sistem pendidikan yang efektif dan bermanfaat. "Tanpa kolaborasi itu, pendidikan yang efektif tidak mungkin terjadi,” lanjut Mendikbud.

Mendikbud menambahkan, orangtua murid akan turut merasakan peran guru dalam membimbing anak didiknya, dan hal tersebut dapat menimbulkan empati kepada profesi guru yang selama ini mungkin belum tersampaikan dengan baik.

“Timbulnya empati, timbulnya solidaritas di tengah masyarakat kita pada saat pandemi COVID-19 ini merupakan suatu pembelajaran yang harus kita kembangkan. Bukan hanya di masa krisis ini, tetapi juga di saat krisis ini telah berlalu,” papar Mendikbud.

Situasi ini hendaknya justru dimaksimalkan untuk menambah pengetahuan, keterampilan, dan mempelajari hal-hal yang baru, termasuk dalam menggunakan perangkat hasil teknologi, dengan memperbanyak eksperimen dan inovasi.

Selain itu, kondisi sulit seperti ini juga menjadi momen untuk mempererat hubungan antar-anggota keluarga, serta menumbuhkan rasa peduli terhadap sesama, meskipun tidak harus keluar dari rumah, dengan memanfaatkan segala fasilitas yang ada.

“Belajar memang tidak selalu mudah, tetapi inilah saatnya kita berinovasi. Saatnya kita melakukan berbagai eksperimen. Inilah saatnya kita mendengarkan hati nurani dan belajar dari COVID-19,” seru Mendikbud.

“Semoga kita semua diberikan kesehatan, kekuatan, dan semangat agar bisa melalui masa sulit ini,” tutupnya.

(JEDA)

Penulis: Tim Media Servis