tirto.id - Anak perusahaan Alphabet Inc., Google, dan United Nations Children's Emergency Fund (UNICEF) saat ini sedang bekerja sama menganalisis data untuk memetakan sekaligus mengantisipasi penyebaran virus Zika, yang diduga berkaitan dengan cacat lahir pada anak-anak di Brasil.
Google, pada hari Kamis, (3/3/2016), mengatakan telah memberikan hibah sebar satu juta dolar Amerika Serikat kepada UNICEF untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap Zika, mengurangi populasi nyamuk, serta menyokong inisiatif lain terkait Zika terutama di kawasan Amerika Latin, seperti dikutip oleh kantor berita Antara dari Reuters.
Google juga telah memperbarui produk-produk mereka agar informasi mengenai Zika lebih mudah diakses.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), virus Zika, yang menular melalui gigitan nyamuk, kini menyebar cepat di benua Amerika. Organisasi itu pada bulan lalu telah menyatakan wabah Zika sebagai kondisi darurat kesehatan global.
Hibah dari Google akan membantu menjangkau 200 juta orang di wilayah yang terdampak atau rentan terdampak Zika dengan informasi tentang bagaimana mereka bisa melindungi diri mereka, kata Caryl M. Stern, presiden dan pemimpin eksekutif U.S. Fund for UNICEF.
Wabah Zika di Brasil, yang pertama dideteksi tahun lalu, dikaitkan dengan 4.863 kasus yang diduga dan sudah dikonfirmasi sebagai mikrosefali, satu kondisi yang ditandai dengan ukuran kepala yang tidak biasa akibat masalah perkembangan pada anak.
Namun masih banyak yang belum diketahui tentang Zika, termasuk apakah virus itu benar-benar menyebabkan mikrosefali.
Salah satu kesulitan melacak penyebaran wabah Zika adalah tidak adanya mekanisme pemeriksaan yang dapat diandalkan untuk mengetahui keberadaan virus itu, dan dalam banyak kasus korban tidak menunjukkan gejala apapun.
Raksasa internet dari Amerika Serikat itu juga mengatakan telah membentuk sebuah tim relawan yang terdiri atas insinyur, perancang, dan ilmuwan data mereka untuk membantu UNICEF mengembangkan platform untuk memproses data dari berbagai sumber, termasuk cuaca dan pola perjalanan virus, untuk memvisualisasikan potensi wabah.
Chris Fabian, Innovation Co-Lead UNICEF, mengatakan platform terbuka itu bisa digunakan secara global dan dimanfaatkan untuk antisipasi wabah di masa mendatang.
“Tujuan dari platform sumber terbuka ini adalah untuk mengidentifikasi risiko penularan Zika di kawasan-kawasan berbeda dan membantu UNICEF, pemerintah-pemerintah, dan LSM untuk memutuskan bagaimana dan di mana mereka harus memusatkan waktu dan sumber dayanya,” kata Google seperti dilansir kantor berita Reuters.