Menuju konten utama
Sejarah Indonesia

Sejarah Perlawanan Rakyat Aceh Terhadap Portugis: Sebab & Kronologi

Sejarah perlawanan rakyat Aceh terhadap Portugis sudah terjadi sejak abad ke-14 Masehi.

Sejarah Perlawanan Rakyat Aceh Terhadap Portugis: Sebab & Kronologi
Benteng di Aceh Besar, Acehdibangun oleh Sultan Iskandar Muda untuk menahan serangan Portugis. ANTARA FOTO/Irwansyah Putra/aww/17.

tirto.id - Sejarah perlawanan rakyat Aceh terhadap Portugis sudah terjadi sejak abad ke-14 Masehi. Kronologi awalnya, kala itu Aceh menjadi tujuan perdagangan ketika Portugis menguasai Malaka pada 1511 di bawah pimpinan Alfonso de Albuquerque.

Portugis merupakan salah satu bangsa Eropa, selain Spanyol, pertama yang melakukan penjelajahan samudera dengan misi 3G, yakni Gold (kekayaan), Glory (kejayaan), dan Gospel (penyebaran agama).

Di wilayah-wilayah yang dikunjunginya, termasuk Malaka dan Aceh, Portugis berniat melakukan penaklukkan dan menguasai perdagangan rempah-rempah yang merupakan komoditas mahal di Eropa.

Bumi Serambi Mekkah yang kala itu merupakan wilayah kekuasaan Kesultanan Aceh Darussalam memiliki bandar perdagangan yang ramai, bahkan bersaing dengan Malaka.

Portugis menganggap Kesultanan Aceh Darussalam sebagai ancaman terhadap posisi mereka di Malaka. Maka, pada 1523 Portugis menyerang Aceh. Dikutip dari buku Perlawanan Tokoh-tokoh Masyarakat Aceh Terhadap Rezim Kolonial Belanda (2002), serangan tersebut dapat dipatahkan.

Penyebab Perlawanan Aceh Terhadap Portugis

Selama bertahun-tahun lamanya, Portugis menjadi musuh Kesultanan Aceh Darussalam yang saat itu dipimpin Sultan Ali Mughayat Syah (1514-1528). Penyebab terjadinya perlawanan rakyat Aceh terhadap Portugis adalah sebagai berikut:

  • Ambisi Portugis yang ingin memonopoli perdagangan di wilayah Aceh.
  • Portugis melarang orang-orang Aceh berlayar untuk berdagang melewati Laut Merah.
  • Penangkapan kapal-kapal Aceh oleh Portugis.

Portugis memburu kapal-kapak dagang Aceh di Laut Merah pada 1524-1525. Beberapa kapal Aceh tersebut ditangkap Portugis dan semakin memicu kemarahan rakyat Aceh.

Sebagai upaya pertahanan diri kapal-kapal dagang Aceh, dikutip dari buku Sejarah Indonesia Kelas XI (2014), berikut ini langkah-langkah yang dilakukan:

  1. Melengkapi kapal-kapal dagang Aceh dengan persenjataan seperti meriam dan menempatkan prajurit untuk pengawalan.
  2. Mendatangkan bantuan persenjataan, tentara, dan tenaga-tenaga ahli dari Turki.
  3. Mendatangkan bantuan persenjataan dari Kalikut (India) dan Jepara.
.

Pada 1568, pasukan Kesultanan Aceh Darussalam menyerang Portugis di Malaka pada. Namun, serangan ini gagal lantaran kekutan militer Portugis lebih tangguh. Setahun kemudian, gantian Portugis menyerang Aceh namun dapat digagalkan pasukan Aceh.

Kesultanan Aceh Darussalam beserta rakyatnya terus melakukan perlawanan kepada Portugis yang memonopoli perdagangan dan pelayaran di Selat Malaka.

Kronologi Perlawanan di Era Sultan Iskandar Muda

Rakyat Aceh kembali menyerang Portugis pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1636). Serangan di tahun 1629 itu mampu membuat Portugis di Malaka kewalahan.

Kesultanan Aceh Darussalam mempersiapkan armada laut yang memiliki kapasitas mengangkut prajurit sampai 800 orang.

Armada Kesultanan Aceh merapat di Sumatera Timur dan Sumatera Barat saat melakukan serangan ke Malaka. Kendati semua kekuatan telah dilancarkan, namun serangan ini belum mampu mengusir Portugis.

Dikutip dari Modul Pembelajaran SMA: Sejarah Indonesia Kelas XI (2020), Aceh tidak hanya melakukan serangan fisik. Sultan Iskandar Muda juga melakukan blokade perdagangan agar kekuatan Portugis di Malaka goyah karena ketiadaan barang yang bisa dibawa ke Eropa.

Hanya saja, rencana ini terkendala dengan adanya beberapa raja kecil yang tetap berdagang dengan Portugis. Mereka melakukan itu dengan diam-diam karena memerlukan uang.

Lantaran kebijakan blokade tidak berhasil sepenuhnya, maka Kesultanan Aceh Darussalam melakukan langkah-langkah lanjutan, yakni:

  • Aceh menjalin hubungan dengan Turki, Persia, dan Gujarat (India).
  • Aceh memperoleh bantuan yaitu kapal, prajurit, dan makanan dari komunitas muslim di Jawa.
  • Kapal-kapal dagang Aceh dilengkapi persenjataan yang memadai dan prajurit tangguh.
  • Meningkatkan kerja sama dengan Kesultanan Demak di Jawa dan Kesultanan Gowa di Makassar.

Sebenarnya tidak ada pemenang dalam pertikaian antara Aceh kontra Portugis. Pada 1641, kekuasaan Portugis di Malaka melemah seiring kehadiran VOC dari Belanda yang kemudian merebut wilayah itu.

Baca juga artikel terkait KESULTANAN ACEH DARUSSALAM atau tulisan lainnya dari Ilham Choirul Anwar

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Ilham Choirul Anwar
Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Iswara N Raditya