tirto.id - Bagi warga Jakarta, nama Sylviana Murni tentu tidak asing saat ini. Perempuan kelahiran 11 Oktober 1958 ini merupakan salah satu kandidat Calon Wakil Gubernur DKI Jakarta 2017. Kandidat yang diusung koalisi Cikeas ini sering berkampanye di berbagai daerah Jakarta seperti Cengkareng, Rawa Bebek, hingga keliling kawasan Cipinang. Beragam kegiatan warga hingga “bergerilya” dengan mengelilingi kampong menjadi kegiatan sehari-hari Sylvi sejak dicalonkan sebagai wakil gubernur dalam Pilkada DKI Jakarta.
Dalam informasi kegiatan yang dihimpun Tirto dari Senin (16/1/2017) hingga Sabtu (21/1/2017), rencana giat Syvli selama masa kampanye mayoritas mengikuti kegiatan perayaan maulid nabi atau pun kegiatan keagamaan lain. Dalam 6 hari terakhir, mantan Deputi Gubernur Bidang Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta itu bergerilya dari satu acara maulid nabi ke acara maulid nabi lain.
Sebut saja aksi gerilya di MT Al Amien, Kel. Srengseng kembangan, Jakarta Barat, Senin (16/1/2017), MT. Nurul Iman, Kel. Susukan, Kec. Ciracas, Jakarta Timur pada Selasa (17/1/2017), Maulid Nabi MT Nurul Fajri, Pesanggrahan, Jakarta Selatan, Kamis (19/1/2017) hingga Maulid Nabi di Jl. Play 2 RT 002 RW 01, Kelurahan Makassar, Jakarta Timur, Jumat (20/1/2017). Dalam kegiatan maulid, Sylvi berdialog bersama para ibu-ibu di daerah kunjungan.
Sementara itu, Sylvi jauh lebih serius saat bergerilya. Tirto sempat mengikuti kegiatan gerilya Sylvi di daerah Semanan, Jakarta Barat, Senin (16/1/2017). Sebelum gerilya, warga sudah menunggu di titik awal kedatangan mantan Walikota Jakarta Pusat itu. Beberapa warga mengenakan pakaian Agus-Sylvi dan ibu-ibu penabuh rebana sudah siap sedia begitu Sylvi turun dari mobil. Beberapa ibu-ibu pun sempat ngerumpi tentang pasangan calon yang diusung oleh PKB, PPP, Partai Demokrat, dan PAN itu.
Begitu tiba dan turun dari mobil, warga langsung menghampiri Sylvi, baik tua maupun muda. Sejumlah warga meminta selfie saat bertemu dengan calon wakil gubernur nomor urut satu itu. Hal yang sama terjadi saat Sylvi mulai menyusuri kampung demi kampung di Semanan.
Ia mengajak warga bersalaman selama menyusuri gang sempit di Semanan. Sesekali dirinya berusaha berdialog dengan pengusaha Unit Mikro Kecil Menengah (UMKM). Dalam dialog dengan pengusaha, mantan None Jakarta tahun 1981 hanya bertanya jumlah modal dan asal barang. Sylvi pun sempat berdialog dengan pengurus RW sekitar tentang keadaan lingkungan. Perempuan berjilbab ini berusaha serius saat mendengar keluhan warga.
Cara Sylvi bergerilya tidak jauh berbeda dengan Agus Harimurti Yudhoyono, Calon Gubernur DKI Jakarta nomor 1 sekaligus pasangannya dalam Pilkada DKI Jakarta. Mayoritas aktivitas Sylvi lebih berbentuk menyapa, bersalaman, serta mengajak warga untuk memilih pasangan nomor urut nomor 1.
Istri dari Gde Sardjana ini juga menerima permintaan warga untuk selfie dan cerita pendek saat gerilya. Uniknya, kampanye Sylvi lebih menjadi magnet bagi perempuan, mayoritas ibu-ibu. Tidak sedikit ibu-ibu berduyun-duyun mengikuti perempuan yang pernah menjabat sebagai Kepala Dinas Pendidikan Dasar DKI pada 2004-2008 silam.
Salah satu pembeda lain adalah cara kampanye. Sylvi menjual atribut dirinya saat berkampanye. Dalam kunjungan di Semanan, Sylvi menyanyikan yel-yel tentang memilih dirinya dalam Pilkada DKI. Salah satu yel yang diubah liriknya adalah lagu "Indung-indung". Sylvi mengubah lirik "anak siapa pakai kerudung, mata melirik kaki kesandung" menjadi "pilih satu, jangan bingung, coblos aje yang kerudung". Ibu-ibu yang mengikutinya selama berkampanye pun riuh sambil mengelu-elukan suara nomor 1. Ia tak lupa untuk mengajak warga untuk memilih dirinya saat berada di bilik suara.
Juru Bicara Tim Pemenangan Agus-Sylvi Rachland Nashidik menegaskan, kegiatan kampanye Sylviana Murni yang mayoritas kunjungan majelis ta’lim bukan lah kegiatan kampanye. “Itu undangan. Jadi bukan kita datang bikin acara dengan mereka,” ujar Rachland kepada Tirto, Sabtu (21/1/2017).
Rachland mengatakan, hampir setiap hari kegiatan kampanye berasal dari undangan majelis ta’lim di wilayah-wilayah Jakarta. Wasekjen Partai Demokrat ini menuturkan, undangan-undangan pengajian yang diterima untuk Sylvi umumnya adalah undangan dari masyarakat Betawi. Sylvi yang merupakan warga keturunan Betawi tentu dekat dengan beragam pengajian sejak lama.
Rachland mengaku, momen ini tidak dilepaskan begitu saja oleh tim Agus-Sylvi. Oleh karena itu, kegiatan Sylvi yang lebih mengarah kepada kegiatan majelis ta’lim sebagai langkah untuk mendekatkan mantan Walikota Jakarta Pusat itu kepada rakyat. Selama berada di majelis ta’lim, Sylvi tidak melakukan kampanye untuk mendukung dirinya. Apalagi, pengundang merupakan masyarakat Betawi yang notabene penduduk kedua terbesar di DKI Jakarta.
“Harapan berubah jadi suara ya tentu,” ujar Rachland.
Rachland pun tidak memungkiri penggunaan sejumlah medley dan lagu juga menjadi cara untuk menggaet publik dalam kampanye Agus-Sylvi. Pengubahan medley dan lagu dilakukan tidak hanya atas kreativitas tim, tetapi juga kreativitas Sylvi saat berkampanye.
Rachland mengaku, metode kampanye Sylvi dengan mengikuti kegiatan majelis ta’lim atau blusukan dari kampung ke kampung. Mereka akan terus bergerilya, bertemu warga di setiap tempat, baik di basis sendiri maupun basis lawan. Politikus Partai Demokrat ini tidak merinci titik mana yang menjadi konsentrasi, tetapi ia membocorkan kalau mereka akan menggarap suara dari kaum minoritas dan kelas menengah dalam Pilkada DKI Jakarta.
“Yang kami garap saat ini kalangan menengah dan minoritas,” tutur Rachland.
Berupaya Menggaet Suara Perempuan
Metode pendekatan Sylviana Murni kepada para ibu-ibu diikuti dengan yel-yel ternyata dapat dikategorikan sebagai cara Koalisi Cikeas untuk mendulang suara dalam Pilkada DKI Jakarta. Pengamat politik LIPI Siti Zuhro tidak memungkiri strategi masuknya Sylvi lewat pengajian ibu-ibu atau bergerilya bertemu warga sebagai metode untuk menggaet pemilih ibu-ibu, apalagi jumlah pemilih maupun calon pemilih perempuan di Jakarta.
“Tidak tertutup kemungkinan dia (Sylviana Murni) ingin mendapatkan dukungan yang meluas khsusunya dari kaum perempuan,” ujar Siti saat berbincang dengan Tirto, Sabtu (21/1/2017).
Siti melihat, ada kecenderungan paslon nomor 1 telah memahami target pemilih mereka. Ia mencontohkan kegiatan kampanye Agus yang lebih mengarah pada orang-orang muda, komunitas-komunitas yang ingin stabilitas politik. Dengan karakter Agus yang pernah di militer menjadi metode pencitraan sebagai pemimpin yang muda, lugas, tegas. Di sisi lain, Sylvi diarahkan untuk mengeruk suara dari perempuan dan pengajian.
Siti menambahkan, kegiatan kampanye Sylvi yang lebih mengarah pada acara majelis ta’lim bukan sebuah maneuver politik yang dilakukan baru-baru ini. Lulusan Universitas Indonesia ini sudah cukup lama aktif di kegiatan agama dan Betawi.
Siti bercerita, perempuan yang pernah menjabat sebagai Plt Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Pemprov DKI Jakarta pada 2013-2014 itu pernah berujar kepadanya kalau aktif di berbagai pengajian. Pendekatan pengajian bisa digunakan untuk masyarakat muslim, termasuk muslim Betawi dan Jawa. Siti menjelaskan, jumlah pemilih Betawi di Jakarta ada sekitar 28 persen dari total penduduk sementar masyarakat Jawa 35 persen dari total penduduk Jakarta.
Selain itu, Siti pun tidak memungkiri kalau sasaran pemilih perempuan bisa juga untuk mengarahkan satu keluarga untuk mendukung satu paslon. Ia tidak menutup kemungkinan perempuan mempengaruhi pemilih dalam satu keluarga karena ada kultur keluarga yang mendukung bersama-sama pada satu paslon dalam menggunakan hak pilih mereka. Pengaruh Sylvi bisa lebih kuat lagi mengingat mantan none Jakarta itu lama aktif di birokrasi.
“Politik itu a matter how to concerns. Bagaimana apakah sosok tadi itu baik tutur kata maupun perilakunya meyakinkan dan menjanjikan. Kalau 2 hal itu mampu ditrasnfer ketika door to door dan sebaginya, masyarkaat tidak ada alasan lagi ya selain memilih,” ujar Siti.
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Akhmad Muawal Hasan