tirto.id - Fistula, adalah salah cara atau eksperimen dalam dunia peternakan, yang dilakukan oleh para peternak di Swiss, dengan melubangi perut sapi.
Cara ini disebut dengan Fistula atau Kanula. Lubang di perut sapi akan diberi selang eksternal untuk dihubungkan ke bagian pencernaan sapi.
Perut sapi yang dilubangi sekitar 20 cm itu bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses pencernaan sapi dan makanan apa yang masuk ke perutnya.
Menurut laporan yang dilansir dari Modern Farmer, teknik fistula terbukti mampu membantu para peternak untuk mendesain pakan sapi yang lebih baik, yang dapat meminimalkan emisi gas rumah kaca dari sapi. Hal ini juga akan membuat sapi menjadi lebih sehat dan prima.
Cara ini pun bukan hanya akan berlaku pada sapi, tapi juga binatang lain seperti domba dan kambing, karena mereka memiliki sistem pencernaan yang serupa.
Proses fistula atau pembuatan lubang akan kerap dilakukan pada saat sapi berdiri. Pembiusan biasanya dilakukan terlebih dahulu untuk mencegah rasa sakit yang ditimbulkan dalam pembuatan lubang di di dinding perut sapi itu.
Kemudian, sebuah tabung plastik tebal dimasukkan untuk menjaga lubang tetap melebar, yang kemudian pada prosesnya plastik tersebut memiliki penutup, yang dapat dilepas jika peternak sedang memeriksa isi perut sapi.
Dengan fistula inilah peternak kerap melakukan mengecek rumen yang terdapat dalam lambung sapi.
Sehingga, sapi terjaga nutrisinya, bertambah nafsu makan dan memproduksi susu jauh lebih besar lagi.
"Orang-orang telah melihat umur panjang hewan dengan fistula dan mereka melakukannya dengan sangat baik," kata Brian Aldridge, profesor klinis dan spesialis kedokteran penyakit dalam hewan di College of Veterinary Medicine di Illinois.
Sapi fistulasi yang menjadi contoh saat ini adalah Brooke, sapi yang dirawat di di University of Illinois.
Brooke sudah bertahan hingga lima tahun dan dia tampak baik-baik saja. Bahkan Brooke membantu sapi-sapi yang lain untuk lebih produktif lagi.
Brooke memproduksi rumen yang baik. Rumen adalah salah satu bagian lambung ternak ruminansia (memamah biak) yang di dalamnya hidup berbagai mikroba seperti bakteri, protozoa, fungi dan yeast. Mikroba ini bertugas sebagai pelancar atau fermentor di dalam rumen tersebut.
"Luar biasa seberapa cepat pasokannya berubah. Kadang-kadang kita akan mengambil sampel rumen dua atau tiga hari berturut-turut, tetapi dia selalu memilikinya,” jelas Aldridge.
Dengan biosekuriti yang menjadi perhatian abadi di peternakan, sapi fistulasi harus dalam kondisi sehat dan berasal dari kawanan yang sehat secara historis.
Tetapi harus penuh hati-hati, penyakit umum seperti Salmonella dapat ditularkan lewat sapi yang sakit melalui isi rumen, serta penyakit lain seperti penyakit Johne dan penyakit bakteri kronis pada usus.
"Penularan penyakit selalu berisiko. Namun, kami belum pernah melihatnya sebagai komplikasi. Kami berusaha menjaga kesehatan hewan donor, dan melakukan tes darah rutin,” jelas Aldridge
Teknologi fistulasi ini terus berkembang. Penelitian berjudul Congenital nasolacrimal duct fistula in Brown Swiss cattle menjelaskan bahwa fistula secara klinis signifikan pada 12 hewan.
Artinya, kesehatan yang dimiliki oleh sapi fistula bisa ditularkan ke anak-anak mereka.
Editor: Yandri Daniel Damaledo