tirto.id -
"Yang jelas mungkin harusnya yang berbeda latar belakang dengan Pak Sudirman Said, misalnya bisa dari kalangan NU," kata Fadli di Kompleks DPR, Senayan, Jakarta Pusat, Jumat (15/12/2017).
Terkait sarannya ini, Fadli mengumpamakannya dengan pemisahan kelas sosial santri dan abangan di Jawa ala Clifford Gertz. "Kalau misalnya nomor satu santri ya nomor dua abangan. Kalau satunya latar belakang religius ya yang kedua nasionalis kebangsaan," kata Fadli.
Meski begitu, Fadli menyatakan perihal pendamping Sudirman Said juga tergantung dengan siapa partai yang akan berkoalisi dengan Gerindra. "Tergantung hasil pembicaraan dengan mitra koalisi kita nanti," kata Fadli.
Gerindra pun menurut Fadli menyerahkan nama pendamping kepada Sudirman Said untuk memilih sosok yang tepat.
"Tapi kriteria komplementer. Jangan yang latar belakang kiranya sama gitu," kata Fadli.
Saat deklarasi Sudirman Said sebagai Cagub Jateng di Kertanegara hadir juga Gus Wafi, putra dari tokoh NU KH Maimoen Zubair.
Dalam kesempatan itu Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto menyatakan kehadiran Gus Wafi sebagai sebuah bentuk dukungan golongan NU kepada Sudirman Said.
Saat itu, Prabowo pun tidak menutup peluang akan berkoalisi dengan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan menyandingkan Sudirman Said dengan mantan Mendes Marwan Jafar.
"Berkoalisi dengan semua partai kan memang harus," kata Prabowo di Kertanegara, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (13/12/2017).
Gerindra hanya memiliki 11 kursi di Jateng. Sementara PKB memiliki 13 kursi. Kalau dua partai ini bergabung, maka Gerindra punya kursi yang cukup di Jateng untuk mengusung Sudirman Said.
Penulis: M. Ahsan Ridhoi
Editor: Dipna Videlia Putsanra