Menuju konten utama

Epidemiolog FKM UI: Puncak Kasus COVID-19 di Minggu Pertama Juli

Epidemiolog Pandu Riono menilai bahwa puncak kasus COVID-19 sudah terjadi di minggu pertama Juli 2022. Ia meminta masyarakat tak perlu khawatir.

Epidemiolog FKM UI: Puncak Kasus COVID-19 di Minggu Pertama Juli
Petugas memeriksa kesehatan warga saat vaksinasi COVID-19 untuk pedagang dan sopir angkot di Pasar Induk Rau, Serang, Banten, Kamis (18/11/2021). ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman/wsj.

tirto.id - Epidemiolog dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), Pandu Riono menilai bahwa puncak kasus COVID-19 sudah terjadi di minggu pertama Juli 2022.

Hal ini merespons prediksi Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang menyebut puncak kasus COVID-19 di tanah air akan muncul di minggu kedua atau minggu ketiga bulan Juli ini.

“Jadi loncakan tertinggi tuh namanya puncak, sekarang sudah di puncak. Minggu pertama ini sudah di puncak, tinggal turun gitu,” ucap Pandu saat dihubungi Tirto pada Rabu (6/7/2022).

Akan tetapi dia tidak khawatir dengan kondisi saat ini karena menurut dia puncak kasusnya berbeda dengan sebelumnya. “Jadi ini sebenarnya cuma riak aja, naik sedikit nanti kemungkinan turun. Enggak perlu khawatir,” kata Pandu.

Menurut dia, lonjakan kasus saat ini terjadi karena subvarian Omicron BA.4 dan BA.5. Dan alasannya mengapa tidak berdampak tinggi, karena imunitas penduduk Indonesia sudah tinggi.

Berbeda dengan Pandu, Epidemiolog dari FKM UI lainnya, Iwan Ariawan justru sependapat dengan prediksi Jokowi yaitu puncak kasus akan terjadi di minggu kedua atau ketiga Juli 2022.

“Memang puncak kenaikan kasus COVID-19 saat ini akan tercapai dalam 1-2 minggu ke depan,” tutur dia.

Sementara itu, Epidemiolog dari Griffith University, Dicky Budiman mengatakan bahwa untuk memprediksi puncak kasus COVID-19, itu tergantung bagaimana kapasitas, kualitas, dan strategi dari upaya melakukan tes COVID-19 (testing) dan penelusuran kontak erat (tracing). Di Indonesia, testing dan tracing-nya terbatas dan pasif.

“Yang kita tahu ini terbatas di Indonesia. Artinya, juga strategi testing kita nih pasif ya, selalu saya sampaikan pasif ya bukannya masif. Sehingga, ini yang akan mengurangi kemampuan kita dalam menemukan kasus,” jelas dia ketika dihubungi Tirto, Rabu (6/7/2022).

Dia juga sependapat oleh Pandu bahwa penyebab banyaknya kasus COVID-19 ini adalah karena subvarian Omicron BA.4 dan BA.5. Lalu dia memandang testing di negeri ini tidak selalu bisa memotret kondisi yang sebenarnya di masyarakat. “Kasus yang terinfeksi di masyarakat jauh lebih besar,” ungkap Dicky.

Terkait bagaimana mengantisipasi puncak kasus COVID-19, para epidemiolog tersebut menerangkan bahwa caranya yaitu dengan meningkatkan cakupan vaksinasi COVID-19 dosis ketiga (booster) dan disiplin protokol kesehatan (prokes).

Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 mengumumkan penambahan kasus sebanyak 2.577 pada kemarin, Selasa (5/7/2022). Jumlah ini lebih banyak dari hari sebelumnya yaitu 1.434. Adapun total angka COVID-19 sejak 2 Maret 2020 hingga kemarin secara kumulatif sebanyak 6.097.928.

Sementara kasus aktif kemarin mengalami kenaikan sebanyak 878. Sedangkan hari sebelumnya mengalami penurunan 443 kasus aktif. Secara kumulatif, kasus aktif kemarin sebanyak 17.354.

Baca juga artikel terkait LONJAKAN KASUS COVID-19 atau tulisan lainnya dari Farid Nurhakim

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Farid Nurhakim
Penulis: Farid Nurhakim
Editor: Restu Diantina Putri