Menuju konten utama

EIA Prediksi Konsumsi Energi AS Turun pada 2023

EIA memprediksi total konsumsi energi AS turun tahun depan. Hal itu mengacu pada ketidakpastian kondisi ekonomi makro.

EIA Prediksi Konsumsi Energi AS Turun pada 2023
Sebuah kapal kargo berbendera asing memuat bungkil inti sawit (palm kernel meal) di terminal curah cair Dermaga C Pelabuhan PT. Pelindo I Dumai di Dumai, Riau, Sabtu (11/1/2020). ANTARA FOTO/Aswaddy Hamid/pd

tirto.id - Badan Informasi Energi AS (EIA) memprediksi total konsumsi energi AS turun tahun depan. Hal itu mengacu pada ketidakpastian kondisi ekonomi makro yang dapat secara signifikan mempengaruhi pasar energi.

Dikutip dari Antara dalam laporan prospek energi jangka pendek November berdasarkan model ekonomi makro S&P Global, produk domestik bruto (PDB) AS diperkirakan akan sedikit turun pada 2023. Nantinya akan berkontribusi pada penurunan konsumsi energi

Menurut laporan itu, persediaan gas alam AS yang berakhir Oktober 2022 mencapai lebih dari 3,5 triliun kaki kubik (Tcf), empat persen di bawah rata-rata lima tahun. EIA memperkirakan angka tersebut akan turun 2,1 Tcf musim dingin ini menjadi 1,4 Tcf pada akhir Maret 2023, ketika persediaan akan delapan persen di bawah rata-rata lima tahun.

EIA juga memperkirakan harga gas alam akan turun setelah Januari karena defisit persediaan rata-rata lima tahun turun. Tingkat penyimpanan gas alam menuju musim dingin lebih tinggi dari yang diperkirakan EIA sebelumnya.

Sumber terbarukan diharapkan menyediakan 22 persen pembangkit listrik AS tahun ini dan 24 persen di tahun mendatang, karena pembangkitan dari gas alam menurun dari 38 persen pada 2022 menjadi 36 persen pada 2023, kata laporan itu.

Lonjakan pembangkit energi terbarukan di negara itu sebagian besar berasal dari penambahan kapasitas tenaga surya dan angin.

Persediaan bahan bakar sulingan AS mencapai 104 juta barel pada akhir bulan lalu, tingkat akhir Oktober terendah sejak 1951. Lalu 17 persen di bawah rata-rata lima tahun dalam perkiraan EIA untuk 2023. Larangan Uni Eropa atas impor produk minyak melalui laut dari Rusia menciptakan ketidakpastian pasokan untuk pasar sulingan pada awal 2023.

Musim dingin ini, rata-rata rumah di AS yang menggunakan minyak pemanas sebagai bahan bakar pemanas ruangan utamanya akan mengalami peningkatan pengeluaran sebesar 45 persen dibandingkan dengan musim dingin lalu. EIA memperkirakan harga dan konsumsi minyak pemanas yang lebih tinggi karena perkiraan suhu yang lebih dingin.

EIA juga memperkirakan bahwa produksi minyak mentah Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) akan turun dalam dua bulan terakhir tahun ini. Produksi tahunan OPEC akan rata-rata 28,9 juta barel per hari pada 2023, naik 0,3 juta barel per hari dari 2022, EIA memperkirakan.

Kemudian dalam laporan tersebut pertumbuhan produksi minyak OPEC dan non-OPEC, yang terutama di Amerika Serikat, membuat harga minyak mentah Brent dalam perkiraan EIA lebih rendah secara rata-rata tahunan pada 2023 dibandingkan pada 2022. Lalu memperkirakan harga minyak mentah Brent akan mulai meningkat pada kuartal kedua tahun depan.

Baca juga artikel terkait ENERGI

tirto.id - Ekonomi
Sumber: Antara
Editor: Intan Umbari Prihatin