Menuju konten utama

Direktur Indofood: Teknologi akan Geser Peran Distributor

Kemajuan teknologi, yang menumbuhkan perdagangan online, diperkirakan akan menggilas para pedagang grosir atau distributor di Indonesia. Meskipun demikian, peran warung tetap signifikan dalam menjangkau konsumen.

(Ilustrasi) Petugas merapikan barang dagangan di pasar perkulakan atau pusat penjualan langsung komoditas pangan JakGrosir di Pasar Induk Kramatjati, Jakarta, Jumat (8/9/2017). ANTARA FOTO/Galih Pradipta

tirto.id - Direktur PT Indofood Sukses Makmur Tbk Franciscus Welirang memprediksi peran pedagang grosir atau distributor akan hilang karena faktor perkembangan teknologi pemasaran. Oleh karena itu, Franciscus mengimbau agar distributor barang dari industri ke ritel bisa mengantisipasi arus perubahan tersebut.

“Di Indonesia, grosir yang akan pertama kali hilang. Industri akan tetap ada, warung juga. Tetapi di tengahnya itu (grosir/distributor) yang terjadi disruptive,” kata Franciscus dalam Seminar Nasional Hari Statistik Nasional 2017 yang berlangsung di Jakarta pada Selasa (26/9/2017).

Meskipun demikian, menurut dia, keberadaan warung atau ritel bakal tetap ada meskipun perkembangan teknologi semakin pesat, yakni tumbuhnya perdagangan online.

“Karena warung adalah yang paling dekat dengan konsumen. Untuk dari online ke konsumen pun tidak selalu begitu (dekat). Warung akan tetap ada dengan pola-polanya tersendiri, karena orang akan tetap datang berkunjung,” ujar Franciscus seusai seminar menjelaskan lebih lanjut terkait prediksinya.

Dia mencontohkan salah satu faktor daya tahan warung ialah kultur masyarakat Indonesia yang terbiasa berhutang ke para pedagang kecil. “Semacam itu masih ada, akhir bulan baru dibayar. Di digital sendiri masih bisa kasbon nggak?”

Teknologi memang memberi dampak perubahan serius bagi industri ritel. “Tapi nggak ada urusannya dengan daya beli konsumen,” ujar dia.

Adapun mengenai anggapan adanya penurunan daya beli masyarakat Indonesia akhir-akhir ini, Franciscus menilai belum ada jawaban pasti soal itu. Menurut dia, bukti mengenai indikasi itu belum jelas.

Kendati demikian, Franciscus tidak menampik apabila belakangan ini memang sedang ada fenomena peralihan konsumsi.

“Karena pola belanjanya berubah, maka tidak terdeteksi pada satu pola saja,” ujarnya. “Jadi pembelanjaan ini bisa beralih. Kami belum bisa mendapatkan data yang lebih cepat dan lebih riil.”

Sebelumnya, Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) sempat menyatakan bahwa perkembangan industri ritel di Indonesia tahun ini masih lesu. Berdasarkan analisis Ketua Aprindo Roy Mandey, ada sejumlah faktor yang memengaruhi lambatnya pertumbuhan industri ritel.

Perubahan pola belanja dari konvensional ke online, menurut Roy, menjadi salah satu penyebabnya. Selain itu, faktor-faktor lain yang memengaruhi adalah usia produktivitas masyarakat yang lebih cepat, sikap menahan belanja karena situasi yang tidak kondusif, gemar berplesiran, serta pengalokasian dana masyarakat untuk deposito jangka panjang.

Baca juga artikel terkait BISNIS ONLINE atau tulisan lainnya dari Damianus Andreas

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Damianus Andreas
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Addi M Idhom
-->