Menuju konten utama

Dikritik Soal Jalan Tol, Jokowi: Sulit Kalau Tak Paham Ekonomi

"Kalau memang benci dan enggak senang, dijelaskan kayak apa ya enggak nyambung," kata Jokowi.

Dikritik Soal Jalan Tol, Jokowi: Sulit Kalau Tak Paham Ekonomi
Calon Presiden petahana Joko Widodo (tengah) menyampaikan sambutan saat Silaturahmi Paguyuban Pengusaha Jawa Tengah di Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (2/2/2019). ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari/pd.

tirto.id - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut mereka yang mengkritik pembangunan infrastruktur, terutama jalan tol tidak paham teori ekonomi makro. Hal itu disampaikannya saat acara Temu Silaturahmi Paguyuban Pengusaha Jawa Tengah dengan Calon Presiden RI Periode 2019-2024 di MG Setos, Semarang, Sabtu (2/2/2019).

"Silakan ada orang ngomong kepada saya, 'Pak kita enggak mau makan jalan tol'. Ya kalau enggak mengerti teori ekonomi makro sulit saya menjelaskan," kata calon presiden nomor urut 01 ini.

Ia menambahkan, mereka yang memang sudah terlanjur benci atau tidak senang maka kebijakan apapun sulit untuk diterima. Bahkan, untuk menerima penjelasan saja sulit untuk dilakukan.

"Kalau memang benci dan enggak senang, dijelaskan kayak apa ya enggak nyambung," katanya.

Di hadapan sekitar 1.500 pengusaha dari berbagai wilayah di Jawa Tengah itu, Jokowi menceritakan soal jalan tol dimana pada 1978, Indonesia memulai pembangunan jalan tol Jagorawi sepanjang kurang lebih 50 km.

"Negara lain melihat kita semuanya, Malaysia lihat jalan tol apa sih, manajemennya seperti apa, konstruksinya seperti apa, kelolanya seperti apa. Pada nengok, Malaysia lihat, Thailand lihat, Vietnam lihat, China lihat, Filipina lihat. Lihat semuanya," katanya.

Tapi setelah 40 tahun sampai 2014, kata dia, Indonesia baru membangun sepanjang 780 km.

"Sudah 40 tahun baru 780 km. Kita sampai akhir 2018 sudah 782 km. Tetapi akhir tahun ini hitungan kita akan mendapatkan angka 1854 km. Itu jangan ditepuktangani, karena saya anggap ini masih lambat, ini masih lambat, meski sudah kerja pagi malam pagi, tiga shift," katanya.

Ia meminta semuanya untuk melihat Tiongkok yang dalam periode singkat mampu membangun jalan 280.000 km.

Jika Indonesia telah memiliki jalan tol yang lebih banyak kata dia maka kecepatan distribusi barang, mobilitas orang akan bersaing dengan negara lain.

Ia menambahkan jika proyek infrastruktur telah rampung maka langkah selanjutnya adalah pembangunan SDM secara besar-besaran.

"Jangan sampai kalau yang infrastruktur kita bangun tapi SDM-nya tidak, kita akan masuk pada jebakan 'middle income trap'. Berbahaya sekali," katanya.

Baca juga artikel terkait PROYEK INFRASTRUKTUR

tirto.id - Ekonomi
Sumber: Antara
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Maya Saputri