Menuju konten utama

Dihantam Corona, Hotel Beralih ke Pesan Antar Hingga Paket Isolasi

Banyak hotel memutar otak demi tetap mendapat pemasukan mulai dari pesan antar makanan, paket isolasi mandiri, hingga jasa laundry.

Dihantam Corona, Hotel Beralih ke Pesan Antar Hingga Paket Isolasi
Salah satu hotel di Yogyakarta menyalakan lampu berbentuk love sebagai kampanye bangkit dari pandemi Corona. Foto/Dok. IHGMA DPD Yogyakarta

tirto.id - Industri perhotelan menjadi salah satu yang terpukul selama masa pandemi virus Corona atau COVID-19. Tingkat okupansi anjlok tajam, pendapatan seret hingga mereka harus merumahkan karyawannya.

Di Yogyakarta ada puluhan hotel yang sementara harus menghentikan operasional karena pandemi COVID-19. Ketua Indonesia Hotel General Manager Association (IHGMA) Yogyakarta Herryadi Bain menyebut saat ini ada sekitar 38 hotel yang menghentikan operasional.

"Kondisinya sangat drop. Okupansi berkisar 0-3 persen," kata Bain kepada Tirto, Rabu (15/4/2020).

Dengan kondisi demikian manajemen hotel kata Bain mulai putar otak demi memperoleh pendapatan. Di tengah pandemi dan anjuran jaga jarak mereka menawarkan jasa yang memungkinkan untuk dijual.

"Hotel-hotel yang tidak tutup tetep menjual kamar secara online kemudian juga menjual food delivery. Kemudian juga membuat paket menginap satu sampai dua pekan, hingga satu bulan," kata dia.

Food delivery atau layanan pesan-antar makanan sebetulnya tak bisa menghasilkan banyak pendapatan atau hanya untuk sekadar menutup biaya operasional hotel. Namun, hal itu dilakukan agar hotel tetap beroperasi.

Layanan pesan-antar, kata dia, rata-rata per hari hanya menghasilkan pendapatan Rp1 juta. Pembeli tak banyak lantaran mereka harus bersaing dengan warung, restoran, dan cafe yang juga menyediakan food delivery.

"Yang penting masih ada [pemasukan] lumayan. Artinya masih ada yang order satu sampai tiga orang sudah senang," kata dia.

Salah satu hotel yang menyediakan layanan pesan-antar makanan adalah hotel Melia Purosani Yogyakarta. Tingkat okupansi hotel yang saat ini hanya sekitar 1-9 persen membuat manajemen selain berhemat juga mencari cara lain untuk tetap memperoleh pendapatan.

"Kami menyediakan food delivery dengan harga bersaing. Per hari lumayan paling banyak bisa sampai 20 pesanan," kata Direktur Marketing Melia Purosani Yanita Kusumasari kepada Tirto, Rabu (15/4/2020).

Selain food delivery mereka menyediakan voucher menginap yang bisa digunakan dalam jangka panjang. Mereka juga menjual promo kamar-kamar mereka untuk digunakan dalam waktu satu pekan sampai satu bulan.

"Itu juga alternatif hotel jadi tempat isolasi mandiri," kata dia.

Tak hanya layanan pesan-antar makanan dan paket isolasi mandiri. Berbagai cara juga dilakukan hotel untuk tetap memperoleh pendapatan. Grand Tjokro Hotel Yogyakarta misalnya, mereka menyediakan layanan dari perawatan air conditioner (AC) hingga jasa laundry.

Karyawan hotel di masing-masing bagian yang selama ini bertugas melakukan perawatan AC hingga kelistrikan lain dialihkan jika ada yang membutuhkan jasa mereka. Begitu juga laundry yang biasa hanya untuk tamu kini dibuka secara umum.

"Kita lebih jual servis, jual laundry terus servis AC dan cleaning service," kata Publik Relation Grand Tjoko, Lodevica Virgoani Putri kepada Tirto, Rabu (15/4/2020).

Isolasi Mandiri di Hotel untuk Tarik minat Pengunjung

Tak hanya di Yogyakarta, sejumlah hotel di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) juga mulai menawarkan paket isolasi mandiri dengan tarif murah sebagai salah satu cara untuk menarik minat pengunjung di tengah pandemi.

General Manager Hotel Aruna Senggigi, Weni Kristanti di Lombok Barat, Rabu (15/4/2020) menyebutkan, pihaknya menurunkan tarif menginap sebesar 50 persen bagi tamu yang memanfaatkan paket isolasi mandiri selama 14 hari dan 30 hari.

"Untuk paket isolasi mandiri selama 14 hari tarifnya Rp5,8 juta, sedangkan 30 hari sebesar Rp12,3 juta. Harga tersebut sudah turun 50 persen dari harga normal. Bahkan, kami memberikan manfaat tambahan untuk paket isolasi mandiri tersebut," katanya seperti dikutip dari Antara.

Ia menjelaskan penurunan tarif menginap hingga 50 persen tersebut terpaksa dilakukan karena dalam situasi pandemi COVID-19 saat ini, tingkat hunian kamar sangat rendah, yakni di bawah 10 persen.

Di satu sisi, kata Weny, pihaknya belum merumahkan karyawan seperti hotel lainnya. Dengan cara memberikan potongan harga yang relatif besar, diharapkan bisa direspons positif oleh pasar.

Selain Hotel Aruna Senggigi, paket isolasi mandiri dengan tarif murah juga ditawarkan Hotel Jayakarta Senggigi. Salah satu hotel ternama di Kabupaten Lombok Barat itu memberikan tarif sebesar Rp2 juta untuk paket isolasi mandiri selama enam hari lima malam.

"Harga yang kami tawarkan sudah turun sebesar 40 persen dari tarif normal. Kamar yang kami berikan kelas deluxe. Ada 171 kamar, tapi hanya 10 kamar deluxe yang kami buka di saat kondisi saat ini. Semuanya juga tetap disemprot disinfektan sekali dalam sepekan," katanya.

Hotel Merugi & Rumahkan Karyawan

Herryadi Bain tak menampik bahwa kondisi hotel-hotel khususnya di Yogyakarta sedang tidak baik. Industri perhotelan sedang babak belur di tengah pandemi COVID-19.

Selain merugi, banyak di antaranya yang kesulitan untuk sekadar menutup biaya operasional hingga akhirnya memilih untuk menghentikan operasional sementara.

"Dengan hotel sepi pastinya kita tidak full operasional. Otomatis jumlah karyawan harus kita kurangi," kata Bain.

Pengurangan karyawan itu dilakukan dengan mekanisme dirumahkan sementara waktu selama situasi pandemi.

"Tetapi sejauh ini belum ada mengambil tindakan PHK. Hanya jadinya karyawan itu dirumahkan dengan tidak dibayar. Istilahnya cuti tidak dibayar," kata dia.

Opsi merumahkan karyawan ini tidak lepas dari minimnya pendapatan hotel karena sepinya kunjungan. Sebagian hotel bahkan mengalami kerugian hingga miliaran.

General Manager Hotel Dafam Rohan Yogyakarta Asmoro Handriyanto kepada Tirto, Rabu (15/4/2020) mengatakan kerugian hotel akibat COVID-19 cukup besar.

"Yang bisa kami hitung itu bulan Maret 2020. Estimasi kerugian bisa sampai Rp1,1 miliar," kata Asmoro.

Sejak pertengahan bulan Maret 2020 saat pandemi virus Corona mulai menjangkit di Yogyakarta sejumlah acara yang terjadwal akhirnya dibatalkan. Akibatnya potensi pemasukan hilang.

"Itu baru acara yang sudah terdaftar, belum dari acara-acara yang dadakan yang biasanya juga banyak dan tamu-tamu yang pesan [dadakan]" katanya.

Jika dikalkulasikan total kerugian kata dia bisa mencapai Rp2 miliar hanya pada bulan Maret 2020.

Baca juga artikel terkait BISNIS HOTEL atau tulisan lainnya dari Irwan Syambudi

tirto.id - Bisnis
Reporter: Irwan Syambudi
Penulis: Irwan Syambudi
Editor: Restu Diantina Putri