tirto.id - Sosok Virgin Mary yang berdiri di atap gereja katedral kota Milan (atau "Madonnina" dalam Bahasa Itali) merupakan saksi bisu atas perseteruan abadi antara dua klub sepakbola kebanggaan kota Milan. Para tifosi menyerukannya sebagai “Derby della Madonnina”.
Hingar bingar teriakan kemenangan dan kekecewaan yang selalu digaungkan oleh para tifosi setia masing-masing tim, tak pernah absen terdengar dalam setiap pertandingan derby. Keriuhan ini sudah berlangsung selama lebih dari satu abad sejak peluit pertama ditiupkan pada Oktober 1908 hingga pertandingan terakhir per Januari 2016. Ketika itu, AC Milan berhasil meraih kemenangan 3-0 atas Inter Milan, sekaligus menorehkan sejarah dalam 216 kali pertandingan kedua klub.
Lalu apa hubungannya dengan Trojan Panda v3.0?
Cina sebagai salah satu negara adijaya dengan populasi penduduk lebih dari 1 miliar, telah sukses menyebarkan virus Trojan. Mereka tidak tanggung-tanggung melakukannya dengan terus meng-update-nya sampai dengan versi tiga agar tidak tertinggal roda zaman yang terus berputar.
Sebelum membahas lebih lanjut apa yang Cina lakukan, mari kita napak tilas ke era saat pasukan Yunani begitu frustrasi menghabiskan bertahun-tahun tetapi tetap gagal mengambil alih kota Troya. Kegagalan itu akhirnya memunculkan ide cemerlang di benak Odisseus untuk membangun sebuah kuda kayu raksasa yang hanya untuk selanjutnya ditinggalkan begitu saja di depan benteng saat pasukan Yunani mundur tergesa-gesa dari medan perang.
Pasukan Troya begitu girang dan tanpa berpikir panjang langsung membawa masuk kuda kayu tersebut sebagai pampasan perang. Di saat penghuni kota Troya terlarut dalam perayaan pesta kemenangan, tanpa disangka-sangka sekelompok prajurit elit muncul dari dalam patung kuda. Para prajurit itu kemudian berhasil melumpuhkan penjaga pintu gerbang sehingga pasukan Yunani lainnya yang setia menunggu di luar berhasil masuk dan sukses menaklukkan kota Troya hanya dalam satu malam.
Peninggalan siasat legendaris ini menginspirasi para hacker untuk mengelabui para pengguna komputer dengan menyisipkan beberapa baris kode atau bahkan program malware. Tampak dari luar tak berbahaya tapi akibatnya dapat menjadi sangat fatal.
Well… Trojan-trojan apa saja yang telah disebarkan oleh Cina? Mari kita mulai dengan versi pertama dengan tingkat keberhasilan penetrasi malware cukup tinggi ke benak sebagian besar orang. Hal ini terlihat dari tingginya top of mind asosiasi dari kata komunis dengan negara Cina (meskipun seperti yang kita ketahui bahwa yang mencetuskannya pertama kali bukanlah orang Cina).
Trojan versi dua disebarkan tidak lagi menyasar orang-orang melainkan objek yang populasinya lebih banyak lagi, yaitu barang-barang. Saat ini barang apa sih yang tidak bisa dibuat oleh Cina? Produk sekelas Apple yang “sangat Amerika” pun ternyata “Made in China”. Begitu akutnya penularan malware Trojan v2.0 ini, sampai-sampai Donald Trump, salah satu pengusaha tersukses sekaligus calon presiden Amerika dengan semangat menggebu-gebu sampai rela mempromosikannya berulang kali (tanpa bayaran satu sen pun) dengan menjadikannya salah satu materi utama kampanyenya: “Reclaim millions of American jobs and reviving American manufacturing by putting an end to Cina’s illegal export subsidies and lax labor and environmental standards”.
Versi yang paling update yaitu Trojan v3.0 digadang-gadang sebagai proyek yang tidak kalah prestisius, bahkan dengan harapan dapat mengalahkan pamor dua versi sebelumnya. Sang Odisseus modern dari Cina, Xi Jinping telah memimpikan hal ini sejak lama (mungkin sudah terinspirasi sejak Chelsea FC berhasil dimiliki oleh Roman Abramovich, kakak seperguruan dari negara Marxis-Leninis-akar rumput Trojan versi pertama).
Pada tahun 2011 dideklarasikanlah visi untuk mulai membangun kekuatan sepakbola Cina agar dapat meraih prestasi sepakbola tertinggi sebelum 2050,yaitu: pertama, kesebelasan nasional Cina dapat berlaga kembali di Piala Dunia (setelah sebelumnya lolos di tahun 2002 dengan hasil tiga kekalahan). Kedua, menjadi tuan rumah Piala Dunia. Ketiga sebagai pamungkasnya dengan menjadi juara Piala Dunia, yang mana baru timnas Eropa atau Amerika Selatan yang berhasil meraihnya. Menurut pandangan penulis, hal yang ingin dicapai Cina adalah menaikkan brand-nya agar sejajar dengan negara-negara yang lebih maju, terutama brand-brand eksklusif yang berasal dari Eropa.
Mengingat kekuatan ekonomi yang dimiliki Cina, untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia sebelum tahun 2050 bukanlah hal yang sulit. Hanya soal waktu dan perlu sedikit lobi ke beberapa pihak yang tepat. Apalagi ada rekam jejak keberhasilan Cina menyelenggarakan Olimpiade 2008 yang bisa dijadikan dasar pertimbangan tersendiri. Saat berhasil menjadi tuan rumah maka otomatis tujuan nomer satu langsung tercapai, akan tetapi menjadi juara Piala Dunia adalah lain cerita. Hingga muncullah anekdot berikut:
Seorang pria warga negara Cina meninggal dan sampailah dia di surga.
Tuhan menawarkan kepadanya: “Saya akan mengabulkan satu permintaanmu”
Mengingat penderitaan warga Cina pada masa pendudukan Jepang, pria ini bertanya: “Apakah mungkin bila negara Jepang ditenggelamkan saja ke dasar lautan?”
Tuhan berkata: “Hal ini terlalu sulit,apakah kamu punya permintaan lain?”
Pria ini menjawab: “Baiklah, kalau begitu saya ingin timnas Cina dapat jadi juara Piala Dunia.”
Tuhan terdiam sesaat, lalu berkata: “Hmm, tolong ulangi permintaanmu yang pertama.”
Terlepas dari jokes di atas, sejak deklarasi yang disampaikan oleh Presiden Xi Jiping Pemerintahan Cina langsung bergerak menginisiasi beberapa program andalan diantaranya: program nasional untuk mendirikan 20,000 sekolah yang berfokus pada sepakbola,membangun sedikitnya dua lapangan sepakbola di setiap kota agar tercapai rasio 0,5 – 0,7 lapangan per 10,000 penduduk serta mulai meng-upgrade kualitas Chinese Super League.
Berbagai pemain-pemain sepakbola terkenal mulai direkrut agar dapat membagikan pengetahuan dan pengalaman mereka baik di level klub maupun di tim nasional, salah satu kloter awal yang tiba adalah Nicolas Anelka yang merupakan anggota timnas Perancis saat menjuarai Piala Eropa tahun 2000. Titik kulminasi pertama terjadi tanggal 17 Mei 2012 saat Guangzhou Evergrande berhasil mengontrak Marcello Lippi sebagai pelatih, yang notabene merupakan pelatih yang membawa Italia menjuarai Piala Dunia 2006.
Lippi langsung membawa timnya meraih juara liga dan juga piala domestik di akhir musim, dan tren positif ini berlanjut di tahun berikutnya saat Guangzhou Evergrande berhasil menjuarai AFC Champions League 2013.
Marcelo Lippi memang sudah tidak lagi melatih tetapi kontribusi pencapaiannya membantu proses bug fixing Trojan versi 3 agar lebih siap untuk disebarkan dengan cakupan yang lebih luas. Dan, Voila… titik kulminasi ke-2 terjadi pada tahun ini saat gerhana menimpa 2 matahari yang menjadi sosok barometer sepakbola Italia: Massimo Moratti, konglomerat minyak sang pemilik Inter Milan dan Silvio Berlusconi, mantan Perdana Menteri sang pemilik AC Milan. Penyebab gerhana tersebut adalah dua grup Cina yang berhasil mengambil alih komando dua klub kebanggaan kota Milan.
Bulan Juni 2016, Suning Grup,raksasa bisnis ritel asal Cina setuju untuk membayar mengambil alih 68,5 persen saham Inter Milan dengan keseluruhan nilai kesepakatan 750 juta euro dan dua bulan kemudian Changxing Grup,yang diwakili oleh Han Li setuju mengambil alih 99,93 persen kepemilikan AC Milan dengan keseluruhan nilai kesepakatan 740 juta euro. Ada satu fakta menarik bahwa hal ini terjadi di tahun 2016 dan Derby Milan telah berlangsung 216 kali (percayalah kawan-kawan ini bukan kebetulan semata tetapi masyarakat Cina memang fans berat angka cantik, buktinya pesta pembukaan Olimpiade Beijing dilangsungkan tanggal 8 bulan 8 tahun 2008 jam 8 lewat 8 menit).
Setelah yang diutarakan di atas, apakah ada suatu pembelajaran yang dapat kita petik sebagai bahan pembelajaran? Ada sebuah peribahasa di Indonesia “Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina”. Dalam hal ini, justru Cina yang harus menuntut ilmu ke Indonesia. Sebuah grup bisnis Cina patut belajar satu sosok fenomenal asal Indonesia, dialah Erick Thohir. Erick Thohir tidak hanya lebih dulu berhasil melakukan pembelian saham mayoritas Inter Milan di tahun 2013 tetapi juga berhasil menggantikan sosok Signore Moratti sebagai Presiden Klub Inter Milan.
Akhir kata, bersama-sama dengan para tifosi lainnya semoga Derby della Madonnina tetap menjadi Big Match yang akan selalu untuk dinantikan (meskipun mungkin nanti kita akan mengenalnya sebagai Derby della Made in China dalam kamus Bolapedia) serta semoga saya dapat melihat epilog dari Trojan Panda v3.0
Baca juga artikel terkait.
*) Isi artikel ini menjadi tanggung jawab penulis sepenuhnya.