tirto.id - Jelang Ramadan yang kian dekat, Dompet Dhuafa mengirimkan para pendakwah terbaik dari seluruh Indonesia untuk melaksanakan tugas syiar ke berbagai negara selama bulan suci.
Misi dakwah ‘welas asih’ bermurah hati dan berbelas kasih ini dimulai serentak setelah para pendakwah menerima pelatihan dalam kurun satu pekan hingga satu bulan. Para pendakwah yang disebut sebagai Dai Dompet Dhuafa ini kemudian dilepaskan melalui seremonial “Dai Melintas Batas” yang dihelat di Kantor Dompet Dhuafa, Jakarta, Kamis (27/2).
Wakil Menteri Luar Negeri, Muhammad Anis Matta, berkesempatan memberikan pengarahan. Ia mengatakan, perhelatan ini menandai pelaksanaan program dakwah guna menjalankan perintah Al-Quran.
“Perintah berjalan di muka bumi itu perintah Al-Quran. Jadi pengiriman dai ke seluruh negeri ini perintah Al-Quran,” ujar Anis Matta.
Menurut dia, sifat nomaden yang menjadi landasan perjalanan dai Dompet Dhuafa ke berbagai negara adalah faktor yang mendukung penyebaran Islam. Karenanya, Anis Matta mendorong Dompet Dhuafa beserta dainya untuk melebarkan sayap dakwah Islam.
“Sudah saatnya bagi Dompet Dhuafa untuk menjadi organisasi kemanusiaan internasional dan mulai bekerja di wilayah yang lebih luas karena yang membutuhkan kontribusi kita ini luar biasa banyaknya. Dan saya kira, pengiriman dai ini merupakan suatu tradisi yang luar biasa membangun di kalangan para dai di Indonesia,” tegasnya.
Kontribusi Dompet Dhuafa untuk Dakwah Islam
Melalui program bertajuk “Dai Melintas Batas”, Manager Program Layanan Dakwah Dompet Dhuafa, Ahmad Pringgono, menyoroti upaya pengembangan dakwah dalam cakupan yang lebih luas. Pasalnya, syiar ini akan melintasi perbatasan Indonesia menuju ranah internasional.
“Dai melintas batas ini adalah pengejawantahan dari visi Dompet Dhuafa untuk menyebarkan Islam yang welas asih dengan cara mengirimkan duta-duta Islam, baik itu ke luar negeri maupun ke dalam negeri,” tutur Ahmad.
Dalam tugasnya, dai yang mengemban tugas untuk melancarkan misi ke luar negeri disebut sebagai dai ambassador. Mereka akan menetap selama satu bulan sebelum kembali sebagai amplifier Dompet Dhuafa.
“Kalau dai ambassador ini ke luar negeri, dan tugasnya satu bulan. Setelah satu bulan, mereka kembali ke tempat masing-masing dan menjadi amplifier programnya Dompet Dhuafa,” jelas Ahmad.
Di antara daftar negara tujuan, dai ambassador akan menjadi representasi dakwah dari Indonesia di Hongkong, Thailand, Australia, Jepang, Filipina, Noumea (Kaledonia Baru), dan Yunani.
Kemudian untuk dalam negeri, rentang waktu tugas dai akan berbeda-beda. Misi dakwah ini memakan waktu sampai dengan satu tahun, guna menjangkau sasaran syiar hingga ke daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar).
Dai yang mengemban tugas dakwah sampai dengan bagian pedalaman Indonesia ini disebut dengan Bina Sahabat Pedalaman (BSP). Dai BSP diutus ke lima kawasan masyarakat berdaya (Madaya) Dompet Dhuafa.
“Dompet Dhuafa punya lima kawasan Madaya, yaitu masyarakat berdaya, di mana salah satunya adalah dakwah masuk situ,” ungkap Ahmad.
Dirinya menambahkan, dai Dompet Dhuafa juga akan membawa tanggung jawab keilmuan yang berkaitan dengan kesehatan, pendidikan, ekonomi, sampai dengan transformasi.
“Kalau dai transformatif itu betul-betul Dai yang mencoba untuk mentransformasikan masyarakat dari yang asalnya dhuafa menjadi berdaya,” ujarnya.
Kendati demikian, Ahmad menekankan bahwa tugas tersebut akan dilaksanakan di daerah yang mempunyai tantangan. Pasalnya, dai transformatif akan bertugas di kawasan 3T. Sama halnya dengan dai lainnya, yaitu dai Bina Rohani Pasien (BRP) yang bertugas menyentuh rohani pasien rumah sakit, dai komunitas untuk kelompok marginal, dai pemulihan untuk pembinaan mualaf yang saat ini telah tersebar di 12 lokasi di seluruh Indonesia, hingga dai Bina Sahabat Lapas.
Dengan adanya berbagai kategori dai untuk menuntaskan isu yang berbeda, Ahmad menegaskan misi utama yang tetap sama. Secara garis besarnya, para dai diharapkan mampu memberikan pelayanan zakat terhadap masyarakat, khususnya pada bulan Ramadan mendatang.
“Artinya, kita ingin mengatakan bahwa di bulan Ramadan ini ada sekitar 300 dai yang terlibat dalam pelayanan zakat kepada masyarakat. Karena itu memang visinya, terutama di bulan Ramadan, adalah mengajak masyarakat untuk melakukan salat dan melakukan zakat,” tukas Ahmad.
Dai Ambassador untuk Luar Negeri
Meskipun sama-sama melakoni syiar, ada tantangan berbeda bagi para dai ambassador yang akan berangkat ke luar negeri di bulan Ramadan. Sebabnya, dai ini melalui proses seleksi yang panjang dan ketat untuk sampai pada tahap penugasan.
Solahuddin Al-Ayubi, dai yang telah memulai dakwahnya sejak 2010, membagikan cerita proses seleksinya yang dimulai dari seleksi berkas. Menurut Solahuddin, tahapan awal ini sudah terbilang pelik sebab Dompet Dhuafa telah menetapkan kriteria bagi kandidat yang dicari. Salah satunya, kandidat dai haruslah memiliki bukti kegiatan berdakwah.
“Proses yang dilalui mulai dari seleksi berkas administrasi di mana terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, di antaranya adalah membuat CV berdasarkan permintaan Dompet Dhuafa di mana terdapat beberapa karya, seperti bukti kegiatan dalam berdakwah. Kemudian hafalan Al-Quran, kemampuan bahasa, tulisan dan ceramah bahasa Arab dan bahasa Inggris di-upload di video,” ungkap Solahuddin.
Setelah berhasil melalui proses seleksi bersama 165 pendaftar yang disaring hingga 16 orang, Solahuddin menyampaikan bahwa dai ambassador terpilih kembali disesuaikan dengan kebutuhan dari mitra negara.
“Pemilihan negara itu ditentukan bukan dari dai, tapi dari kebutuhan mitra di sana. Di negara dan hasil musyawarah dengan mitra yang ada di sana. Permintaan mitra, misalnya, membutuhkan dai yang memiliki hafalan 30 juz,” jelasnya.
Bertolak dari kebutuhan tersebut, dai ambassador akan ditugaskan ke negara-negara mitra. Namun sebelum itu, Solahuddin menyampaikan bahwa para dai dibekali terlebih dahulu dengan berbagai materi yang berkaitan dengan dakwah dan politik luar negeri.
Selepas mendapatkan cukup pembekalan dan pelepasan dari Dompet Dhuafa, Solahuddin mengaku telah mulai merencanakan program dakwahnya. Dia menyebut telah berkomunikasi dengan mitra yang berada di Selandia Baru.
“Mulai berkomunikasi dengan mitra di sana, dan para mitra pun sudah membuatkan jadwal kunjungan dan dakwah di setiap tempat yang mereka inginkan. Misalnya adalah mengadakan pengajian di majelis ta’lim, mengadakan kultum sebelum tarawih atau kultum subuh, mengadakan kegiatan, misalnya pengajaran bahasa Arab, tahsin Al-Quran, tahsin qiraah, ceramah Ramadan, dan kegiatan-kegiatan lain yang bersifat keagamaan,” ujarnya.
Dari berbagai rencana kegiatan ini, Solahuddin mengungkapkan fokusnya adalah keberhasilan syiar yang akan dilakukan. Dirinya berharap, muslim diaspora Indonesia ataupun muslim lokal di Selandia Baru dapat menambah keilmuan dari dakwah yang dibawakannya.
“Mudah-mudahan dengan adanya kontribusi dakwah kita di sana, mereka muslim diaspora Indonesia maupun muslim setempat bisa mendapatkan bagaimana Islam sebagai agama yang menjadikan pemeluknya dari hasil berpuasa itu menjadi orang-orang yang bertakwa pada akhirnya,” tukasnya.
(INFO KINI)
Penulis: Tim Media Servis