tirto.id -
Strategi yang bisa dilakukan pemerintah, kata dia, adalah mendorong penanaman modal asing atau foreign direct investment serta menjaga konsumsi domestik.
"Pemerintah harus fokus untuk meningkatkan konsumsi [rumah tangga], dan investasi," ujarnya dalam diskusi Menara BCA, MH Thamrin, Jakarta Pusat, Jumat (18/10/2019).
Dia memaparkan ekspor tak bisa lagi diharpakan karena kinerja manufaktur indonesia juga terus menurun dalam beberapa tahun terakhir.
Untuk itu, investasi yang jadi penopang perekonomian harus digenjot karena multiplier effect-nya dapat berkontribusi signifikan pada pertumbuhan produk domestik bruto (PDB).
Konsumsi rumah tangga juga perlu dijaga dengan cara menstabilkan inlasi bahan-bahan pokok. Di saat bersamaan, kata Piter, belanja pemerintah juga harus diarahkan pada sektor-sektor produktif serta mendorong daya beli masyarakat.
Piter juga merekomendasikan pemerintah untuk merelaksasi pajak untuk para pengusaha. Sehingga bisa membuat biaya operasional bisa ditekan dan pada gilirannya dapat membuat harga menurun.
"Nah sekarang kita harapkan kebijakan moneter yang lebih longgar. Untuk menaikan konsumsi pemerintah harus memberikan insentif pajak yang lebih besar," paparnya.
Setelah diberikan insentif fiskal, maka strategi selanjutnya yaitu memperkuat sektor rill alias manufaktur.
16 paket kebijakan ekonomi yang dimiliki Jokowi pada periode I bisa dilanjutkan dengan kerangka yang lebih spesifik.
"Sebenarnya itu bisa mempermudah investasi [masuk]. Tapi itu kan belum nendang kan belum efektif. Kemudian pemerintah akan menerbitkan kebijakan yang namanya omnisbus law. Nah ini kalau konsumsi dan investasi digenjot," jelasnya.
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Hendra Friana