Menuju konten utama

Contoh Khutbah Jumat Menyambut Ramadhan 2022 soal Tingkatan Puasa

Contoh khutbah Jumat menyambut Ramadhan bahwa dalam puasa terdapat 3 tingkatan menurut Imam Al-Ghazali, yaitu puasa umum, khusus, dan khususnya khusus.

Contoh Khutbah Jumat Menyambut Ramadhan 2022 soal Tingkatan Puasa
Ilustrasi Salat. foto/istockphto

tirto.id - Khutbah Jumat hari ini 25 Maret 2022 yang bertepatan dengan 22 Syaban 1443 Hijriyah dapat diisi dengan tema menyambut Ramadhan. Berdasarkan kalender Muhammadiyah, bulan suci yang ditunggu-tunggu umat Islam tersebut akan tiba pada Sabtu, 2 April 2022. Apa yang harus dipersiapkan seorang muslim untuk menjalani ibadah puasa Ramadhan tahun ini?

Contoh Khutbah Jumat Menyambut Ramadhan 2022

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْه ُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اما بعـد
قال الله تعالى: اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.

Hadirin, jamaah shalat Jumat yang insyaallah selalu mendapatkan rahmat, taufik, dan hidayah Allah, marilah tidak henti-hentinya kita haturkan puja dan puji syukur kepada Allah Swt. yang sudah memberikan kita nikmat iman dan Islam. Semoga kita senantiasa mendapatkan hidayah dari Allah, selalu dalam keadaan iman dan Islam hingga akhir hayat.

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah saw., utusan Allah yang paling mulia, tempat kita selalu menengadah mencari teladan terbaik, yang kecintaannya kepada umat Islam tiada pernah putus hingga akhir zaman.

Pada kesempatan yang mulia ini, kami selaku khatib mengajak hadirin untuk senantiasa meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah. Semoga kita semua mendapatkan keberkahan untuk dapat menjalankan ibadah puasa Ramadhan yang insyaAllah akan dimulai pada Sabtu, 2 April 2022 mendatang.

Hadirin yang dirahmati Allah, sepanjang 30 hari bulan Ramadhan, seorang muslim akan ditempa untuk menahan lapar, haus, dan menjauhi hal-hal yang membatalkan puasa sejak terbit fajar shodiq hingga terbenamnya matahari.

Dalam Ihya' Ulumuddin, Imam Abu Hamid Al-Ghazali menerangkan, terdapat 3 tingkatan puasa untuk seorang muslim. Tingkatan tersebut adalah puasa umum (awam), puasa khusus, dan puasa khusunya khusus.

Puasa umum adalah puasa yang dikerjakan oleh orang awam. Puasa ini dilakukan demi mencegah perut dari makan, minum, dan menjaga diri dari godaan syahwat kemaluan. Jenis puasa ini terbilang tingkatan puasa paling dasar, karena seseorang hanya menjalakan puasa demi memenuhi persyaratan semata

Umat Islam mesti senantiasa berhati-hati menjaga puasanya agar tidak hanya sekadar rutinitas semata. Jangan pula kita hanya berpikir, bahwa puasa Ramadhan sekadar menggugurkan kewajiban saja. Jika demikian, akan disayangkan, dalam 30 hari berpuasa, kita tidak mendapatkan peningkatan kecintaan terhadap Allah atau pemahaman akan rahasia puasa.

Rasulullah saw. sudah memperingatkan umat Islam bahwa, "Berapa banyak orang yang berpuasa tidak mendapatkan pahalanya selain lapar, dan berapa banyak orang yang salat malam tidak mendapatkan selain begadang".

Puasa jenis kedua adalah puasa khusus. Dalam puasa ini, orang yang berpuasa tidak hanya sekadar menahan diri dari makan, minum dan berhubungan badan. Namun, dia juga membuat indera dan alat geraknya "berpuasa" dari melakukan hal-hal yang dilarang dalam agama.

Untuk bisa masuk ke dalam tingkatan puasa orang-orang shalih, seorang muslim mesti menjauhkan diri dari 6 perbuatan utama.

Pertama, terkait indera penglihatan atau mata, dia mesti menahan diri dari melihat dan memandang segala hal yang dicela dan dimakruhkan, yang dapat melalaikan hati dari mengingat Allah.

Kedua, terkait indera pencecap atau lidah, ia mesti menjaga lidah dari perkataan sia-sia seperti mengumpat, berbohong, berkata keji, ucapan yang dapat merenggangkan persaudaraan, ucapan kebencian, atau mengandung riya'. Lebih baik seorang muslim yang berpuasa memilih berdiam diri atau berzikir kepada Allah.

Ketiga, terkait indera pendengaran atau telinga, hendaklah seorang muslim menjaga pendengaran dari mendengar kata-kata yang tidak baik. Ucapan yang haram diucapkan, haram pula untuk didengarkan.

Keempat, terkait anggota tubuh, cegahlah setiap bagian tubuh kita dari perbuatan dosa, mulai dari tangan dan kaki atas segala yang makruh, juga mencegah perut untuk mengonsumsi hal-hal syubhat.

Kelima, tidak berlebih-lebihan dalam berbuka sehingga perut sampai kepenuhan makanan. Perut ang kekenyangan adalah hal berbahaya. Untuk apa seseorang berpuasa yang tujuannya menghancurkan hawa nafsu, jika kemudian saat berbuka, ia justru mengincar apa yang tidak didapatnya pada siang hari kala berpuasa? Bukankah hal itu menunjukkan bahwa dia tidak bisa mengendalikan hawa nafsunya?

Keenam, mempunyai hati yang diliputi rasa cemas dan harap terkait apakah puasanya diterima atau tidak oleh Allah. Dengan demikian, ia senantiasa berusaha untuk memperbaiki diri.

Berikutnya, terdapat puasa terakhir, yaitu puasa khusus dari khusus Ini adalah puasa nabi-nabi, orang-orang shiddiq dan orang-orang muqarrabin. Dalam puasa tingkat ini, hati berpuasa dari segala cita-cita yang hina, segala pikiran duniawi, juga mencegah hati berpaling kepada selain Allah 'Azza wa Jalla.

Demikianlah khotbah Jumat pada hari ini, semoga kita menjadi hamba Allah yang berhasil dalam menjalankan ibadah puasa Ramadhan yang sebentar lagi tiba, dan semoga kita mampu meningkatkan diri untuk bisa meningkatkan level puasa kita, seperti yang diungkapkan oleh Imam Al-Ghazali sebelumnya.

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فيِ القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنيِ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ وَتَقَبَّلْ مِنيِّ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ َإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ.
أَقُوْلُ قَوْليِ هذَا أَسْتَغْفِرُ اللهَ ليِ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ وَالمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

Khutbah Kedua

الْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ، وَبِفَضْلِهِ تَتَنَزَّلُ الْخَيْرَاتُ وَالْبَرَكَاتُ، وَبِتَوْفِيْقِهِ تَتَحَقَّقُ الْمَقَاصِدُ وَالْغَايَاتُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لَانَبِيَّ بَعْدَهُ. اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ المُجَاهِدِيْنَ الطَّاهِرِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا آيُّهَا الحَاضِرُوْنَ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ، وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى.
أعوذ بالله من الشيطان الرجيم. بسم الله الرحمن الرحيم. إنَّ اللهَ وملائكتَهُ يصلُّونَ على النبِيِّ يَا أيُّهَا الذينَ ءامَنوا صَلُّوا عليهِ وسَلّموا تَسْليمًا
اللّـهُمَّ صَلّ على سيّدِنا محمَّدٍ وعلى ءالِ سيّدِنا محمَّدٍ كمَا صلّيتَ على سيّدِنا إبراهيمَ وعلى ءالِ سيّدِنا إبراهيم وبارِكْ على سيّدِنا محمَّدٍ وعلى ءالِ سيّدِنا محمَّدٍ كمَا بارَكْتَ على سيّدِنا إبراهيمَ وعلى ءالِ سيّدِنا إبراهيمَ إنّكَ حميدٌ مجيدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ.
اللَّهُمَّ اغْفِرْلَنَا ذُنُوْبَنَا وَ ذُنُوْبَ وَالِدَيْنَا وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ .
عباد الله، ان الله يأمر بالعدل والاحسان وايتاء ذي القربي وينهي عن الفحشاء والمنكر والبغي لعلكم تذكرون فاذكروا الله العظيم يذكركم واسألوه من فضله يعطكم ولذكر الله اكبر

Baca juga artikel terkait KHUTBAH JUMAT atau tulisan lainnya dari Fitra Firdaus

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Fitra Firdaus
Editor: Iswara N Raditya