Menuju konten utama

Cara Mengatasi Diare pada Anak Agar Tak Berakibat Fatal

Pastikan anak tidak dehidrasi saat diare agar tidak berakibat fatal.

Cara Mengatasi Diare pada Anak Agar Tak Berakibat Fatal
Ilustrasi Sakit perut. foto/istocphoto

tirto.id - Mengatasi diare pada anak kecil atau orang dewasa sebenarnya mudah dilakukan. Pemberian obat anti-diare kepada penderita dengan umur di atas lima tahun akan menghentikan penyakit tersebut. Namun, obat anti-diare tidak berlaku bagi bayi dan balita.

Dilansir dari fda.gov, Benjamin Ortiz, seorang dokter anak di Kantor Pediatric Therapeutics dari Administrasi Makanan dan Obat-obatan mengatakan, pemberian obat anti-diare kepada bayi atau balita bisa berakibat fatal.

Berdasarkan data yang dipublikasikan World Health Organization (WHO), diare merupakan salah satu penyakit yang masuk dalam daftar penyebab kematian di dunia. WHO menyebutkan 1,5 juta kematian yang ada di dunia disebabkan oleh diare pada 2012.

Data Institute for Health Metrics and Evaluation yang dipublikasikan ourworldindata.org memaparkan setengah juta dari 5,4 juta anak yang meninggal pada 2017 disebabkan diare. Lebih dari itu, sepertiganya adalah anak dengan umur di bawah 5 tahun.

Diare pada anak tidak dapat dipastikan secara pasti penyebabnya. Ada berbagai macam faktor yang mengakibatkan anak mengalami diare. Dilansir dari Healthline, diare pada anak dapat disebabkan karena banyak konsumsi buah, penggunaan antibiotik atau obat tertentu, alergi, atau perubahan pola makan. Selain itu, diare yang parah bisa juga disebabkan oleh parasit, malnutrisi, infeksi bakteri, dan sebagainya.

Guna mempermudah mengatasi diare pada bayi dan balita, mengetahui gejalanya adalah hal yang penting. Salah satunya adalah mengenali dehidrasi yang menimpa anak. Dehidrasi dapat dialami oleh anak yang sedang diare karena banyak cairan yang mengandung garam dan mineral telah keluar dari tubuh bersama feses. Gejala-gejala dehidrasi tersebut harus dikenali oleh orang tua untuk menentukan langkah tepat merehidrasi anak.

Gejala awal dehidrasi pada bayi dan balita dapat dilihat dari kondisi bibir, mulut, lidah yang kering dan bayi yang tidak keluar air mata saat menangis. Selain itu, popok yang tidak basah selama 3 jam lebih dan detak jantung lebih cepat dari pada biasanya juga salah satu hal gejala awal bayi mengalami dehidrasi. Jika dibiarkan, dehidrasi yang parah akan menyebabkan kejang, koma, kegagalan organ, dan kematian.

Rehidrasi untuk Meminimalisir Dampak Diare

Pemberian makanan, ASI, atau susu formula harus tetap dilakukan. Apabila diare masih berlanjut, perubahan dalam pola makan dan perawatan dengan solusi rehidrasi oral mungkin diperlukan. Larutan rehidrasi oral disebut juga sebagai larutan elektrolit. Larutan tersebut akan menggantikan garam dan air yang hilang selama diare. Beberapa produknya adalah Pedialyte, Naturalyte, Enfalyte, dan Ceralyte yang dapat dibeli secara bebas.

Pemberian larutan elektrolit sebaiknya dilakukan selama 15-30 menit sekali sesuai dengan tingkat keparahan diare. Bila anak muntah, segera kunjungi dokter anak terdekat untuk mengantisipasi dehidrasi yang lebih parah.

Orang tua harus berdiskusi dengan dokter apabila terjadi gejala buruk dan dehidrasi yang tidak kunjung membaik. Terlebih apabila diare anak tidak kunjung mereda dalam 24 jam, feses berwarna hitam hingga berdarah, dan panas demam yang tidak turun.

Baca juga artikel terkait DIARE atau tulisan lainnya dari Dinda Silviana Dewi

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Dinda Silviana Dewi
Penulis: Dinda Silviana Dewi
Editor: Dipna Videlia Putsanra