tirto.id - Jahe merah merupakan komoditas pertanian unggulan dari kelompok tanaman rempah. Beragam manfaat bisa diperoleh dari tanaman ini, salah satunya adalah meningkatkan daya tahan tubuh.
Selain itu, manfaat lain dari jahe merah, yakni dapat digunakan sebagai bahan masakan, jahe merah juga dapat digunakan pada industri obat, minyak wangi, industri jamu tradisional hingga diolah menjadi sirup.
Di dunia kesehatan, jahe bermanfaat sebagai obat anti muntah, pereda kejang, anti pengerasan pembuluh darah, peluruh keringat, anti inflamasi, anti mikroba dan parasit, anti piretik, anti rematik, serta merangsang pengeluaran getah lambung dan getah empedu.
Sejak ratusan tahun yang lalu, jahe merah sudah diperjualbelikan secara internasional. Budidaya jahe merah memang menjadi salah satu peluang usaha yang sudah banyak dikembangkan.
Hal ini karena jahe dianggap memiliki prospek yang besar dan penanamannya relatif mudah. Budidaya jahe tidak banyak memperhitungkan faktor-faktor lokasi, cuaca, dan faktor-faktor lain.
Terdapat tiga langkah penting dalam budidaya jahe merah, yakni proses penanaman, proses perawatan atau pemeliharaan, dan proses pemanenan.
Jahe merah biasanya memang di tanam di lahan yang luas, tapi siapa sangka jahe merah juga tumbuh dengan baik ketika ditanam di polybag.
Sebelum memulai menanam jahe merah, Anda sebaiknya harus memastikan beberapa hal berikut:
- Media tanam
Cara menyiapkan media tanam jahe merah yakni dengan memastikan tanah yang digunakan sudah digemburkan, sebaiknya berasal dari pinggiran kota dan memiliki bahan organik tinggi.
Tanah pinggiran dan gembur yang dicangkul dengan baik akan menghasilkan rimpang jahe merah yang besar dan banyak.
Gunakan pupuk kandang untuk campuran tanah. Jika mengggunakan media tanam polybag, perbandingan tanah dan pupuk kandang adalah 1:1. Media yang sudah diberi pupuk kandang tersebut dibiarkan kurang lebih 7 hari agar tanah siap untuk ditanami jahe merah.
- Bibit jahe merah
Syarat bibit jahe yang baik adalah bibit yang berasal dari tanaman yang tumbuh subur, segar, sehat, berdaun banyak hijau, kokoh dan terhindar dari serangan hama penyakit.
Ciri-ciri bibit jahe yang baik, yakni ukuran rimpangnya besar, rimpangnya masih segar dan tidak keriput, tidak menghadapi hama, dan merah cerah menyala.
Selanjutnya, berikut ketiga proses budidaya jahe merah, berikut:
1. Penanaman
Periode penanaman jahe merah paling baik dilakukan di awal musim penghujan, sekitar September atau Oktober.
Hal ini dimungkinkan karena tanaman muda akan membutuhkan air cukup banyak untuk pertumbuhannya, sehingga tanaman jahe membutuhkan curah hujan relatif tinggi.
Cara penanaman jahe merah, yakni,
- Masukkan bibit jahe yang sudah bertunas ke lubang tanam yang sudah dibuat
- Jika sudah dimasukkan ke dalam lubang, tutup lagi dengan tanah
- Jangan tutup terlalu rapat terutama pada bagian tunasnya, agar bibit jahe merah bisa tumbuh lebih leluasa
- Tunas jahe merah akan mulai tumbuh dan berkembang setelah 2 minggu
2. Perawatan
Selain harus memperhatikan pemilihan bibit dan penanaman bibit dengan benar, tahapan perawatan atau pemeliharaan jahe merah juga harus dilakukan dengan benar agar memberikan hasil yang optimal.
Perawatan tanaman jahe merah dilakukan dengan penyiraman sehari sekali pada pagi atau sore hari. Penyiraman tidak boleh membuat tanaman tergenang, cukup membuat tanah lembab saja. Apabila bibit tidak tumbuh selama satu minggu, segera sulam dan ganti dengan bibit lain.
Untuk pengendalian hama dan penyakit pada tanaman, dapat dilakukan dengan menaburkan fungisida (anti jamur), juga melakukan pemupukan. Pemupukan dapat menggunakan pupuk organik, yang dilakukan pada awal penanaman dengan mengisi tiap-tiap lubang tanam sebanyak 0.5 hingga 1kg.
Pupuk tambahan juga dapat diberikan saat tanaman berumur 3 bulan. Pemupukan dilakukan guna menyediakan unsur hara mikro bagi tanaman, serta menjaga kesehatan akar dan mempercepat pertumbuhan tanaman.
Sementara untuk penyemprotan pestisida sebaiknya dilakukan mulai dari penyimpanan bibit yang untuk disemai dan pada saat pemeliharaan. Penyemprotan pestisida biasanya dicampur dengan pupuk organik cair atau vitamin-vitamin yang mendorong pertumbuhan jahe.
3. Pemanenan
Jahe merah memerlukan waktu sekitar 8 bulan setelah masa tanam, untuk dapat dipanen.
Pemanenan dilakukan langsung dengan mencabut jahe yang tertanam di dalam tanah dengan menggunakan alat garpu atau cangkul, diusahakan agar rimpang jahe tidak terluka. Setelah panen selesai dilakukan, rimpang dan sisa tanah kotoran perlu dibersihkan.
Waktu panen sebaiknya dilakukan sebelum musim hujan, yaitu di antara Juni hingga Agustus. Jahe siap panen ditandai dengan mengeringnya bagian atas tanah.
Pemanenan pada musim hujan dapat menyebabkan rusaknya rimpang dan menurunkan kualitas rimpang, sehingga menurunkan pula bahan aktif karena lebih banyak kadar airnya.
Sementara itu, Dinas Kesehatan Pangan dan Perikanan Kabupaten Buleleng memberikan tips untuk meningkatkan hasil panen budidaya jahe merah hingga tiga kali lipat. Hal tersebut dilakukan dengan penanaman jahe merah yang menggunakan media tanam polybag.
Caranya yakni dengan melakukan penanaman tiga buah bibit langsung dalam satu polybag. Penanaman dapat dilakukan sekaligus saat awal penanaman rimpang, atau bisa juga dilakukan secara bertahap setiap 2 bulan sejak penanaman pertama.
Pada sistem penanaman, penanaman pertama membutuhkan media tanam setebal 15 cm. Penanaman kedua dilakukan dengan menambahkan media tanam setebal 10 cm. Selanjutnya, dua bulan kemudian bibit ketiga ditanam dengan menambahkan media tanam setebal 10 cm.
Proses pemeliharaan 3 bibit jahe yang ditanam bersamaan dengan menambahkan media tanam pada setiap penanamannya. Lebar minimal polybag yang harus digunakan sebesar 60 cm dengan jarak tanam dalam polybag antar bibit sebesar 5 hingga 10 cm.
Selanjutnya, pemanenan jahe merah dilakukan sesuai dengan umur yang ditanam paling akhir, yakni pada bulan ke 10 hingga 12. Dengan cara tersebut, dalam satu polybag dapat menghasilkan 3 hingga 4 kilogram, padahal biasanya hanya menghasilkan 1 hingga 2 kilogram per polybag.
Penulis: Nirmala Eka Maharani
Editor: Nur Hidayah Perwitasari