Menuju konten utama
Premier League

Bukan Cuma Blunder, MU Kalah dari Wolves karena Rotasi Berlebihan

Selain kecerobohan Fred dan Ashley Young, kekalahan Manchester United dari Wolves juga disebabkan kelewat banyaknya rotasi pemain yang dilakukan Ole.

Bukan Cuma Blunder, MU Kalah dari Wolves karena Rotasi Berlebihan
Scott McTominay dari Manchester United, kanan, bereaksi pada akhir pertandingan sepak bola Liga Premier Inggris antara Wolverhampton Wanderers dan Manchester United di Stadion Molineux di Wolverhampton, Inggris, Selasa, 2 April 2019. AP / Rui Vieira

tirto.id - Manchester United menelan kekalahan ketiga dalam empat pertandingan terakhirnya, Rabu (3/4/2019) dini hari waktu Indonesia. Bertandang ke Molineux Stadium untuk menantang tuan rumah Wolves dalam lanjutan Premier League, Setan Merah tunduk 1-2.

Kekalahan tersebut kian menyakitkan bagi tim tamu karena jadi deja vu dari pertemuan terakhir kedua kesebelasan di Piala FA, 17 Maret 2019. Kala itu skor juga 2-1 untuk kemenangan Wolves. Hasil dini hari tadi juga menjadi kekalahan comeback pertama MU sejak 2016. Paul Pogba dan kawan-kawan tak beranjak dari peringkat lima klasemen sementara Liga Inggris.

Pelatih Ole Gunnar Solskjaer bukannya tak berbenah. Alih-alih bermain dengan 4-3-1-2 seperti pertemuan terakhir dengan Wolves, juru taktik asal Norwegia itu pilih memakai skema 3-5-1-1.

Perubahan skema ini awalnya mujarab. Sepanjang 20 menit pertama, Setan Merah menguasai alur pertandingan. Data Whoscored menunjukkan dalam kurun itu mereka membuat enam tembakan, unggul telak atas Wolves yang cuma bisa berupaya satu kali.

"Kami sempat bermain fantastis, di 20 menit awal seharusnya kami bisa membuat dua atau tiga gol. Saya bukannya melebih-lebihkan, tapi faktanya kami gagal memaksimalkan momen besar dalam pertandingan," ungkap Ole seperti dilansir laman resmi klub.

Tumpulnya penyelesaian akhir mulanya bukan masalah besar karena MU masih mampu memimpin lewat gol tunggal Scott McTominay pada menit 13. Segalanya baru jadi petaka besar menyusul kelengahan mereka saat memainkan bola di daerah sendiri.

Tepatnya pada menit 25, Fred melakukan kesalahan fatal dalam menyentuh umpan kiriman David De Gea. Blunder itu dimanfaatkan Raul Jimenez yang langsung melakukan intersep dan mengirim umpan matang untuk terciptanya gol Diogo Jota.

Gol balasan Wolves membuat konsentrasi tim tamu buyar. Hingga peluit paruh waktu, dominasi jadi berbanding terbalik. Berdasarkan data Whoscored, dari menit 26 sampai babak pertama usai Wolves melancarkan empat tembakan, sementara MU tak melakukan sekali pun.

Di babak kedua, MU menerapkan pressing lebih ketat. Kendali nyaris mereka pegang seutuhnya, dan Wolves seperti tak diberi ruang berimprovisasi. Total 11 tembakan dilepaskan para penggawa Setan Merah selama 45 menit kedua, unggul jauh dari lawannya (2).

Sialnya, statistik itu malah seperti tak berguna. Alih-alih mencetak gol, gawang MU kecolongan lewat sebuah gol bunuh diri yang dicetak Chris Smalling pada menit 77.

Skema Dibuyarkan Kartu

Jika dianalisis lebih mendalam, titik yang menjadi pembalik nasib Setan Merah bukan semata saat Fred melakukan blunder yang berujung gol penyama kedudukan, tapi juga kejadian di menit 57. Fullback kanan MU, Ashley Young melakukan tekel keras yang membuatnya diganjar kartu kuning kedua (kartu merah).

Secara aspek menyerang, sepintas bermain dengan 10 orang tak terlihat berpengaruh karena toh MU tetap mendominasi. Namun, hilangnya Young punya andil besar dalam formasi yang diterapkan Ole.

Soalnya, sejak menit 57, Ole dipaksa mengubah skema permainan MU jadi 3-1-4-1. Formasi ini prematur karena menempatkan Scott McTominay sebagai satu-satunya gelandang bertahan. Padahal, di sisi lain Wolves tampil dengan pemain-pemain tengah yang terus melakukan tekanan.

"Solskjaer dipaksa memutar kepala karena tiga pemain tengahnya, Fred, McTominay, dan Pogba dijaga ketat oleh Joao Moutinho, Ruben Neves, dan Leander Dendoncker," tulis Oliver Kay dalam analisisnya di The Times.

Kesenjangan dalam formasi itu dimaksimalkan dengan baik oleh Wolves yang hanya perlu sekali serang. Di menit 77, kepanikan di lini belakang MU yang kalah jumlah akhirnya membuat Smalling membikin gol bunuh diri.

Solskjaer sempat melakukan perubahan setelah gol itu tercipta. Dia mengganti formasi jadi 4-3-2 untuk meredam bola-bola cepat Wolves. Trik ini sedikit membuat tim tamu tampil lebih tenang, namun segalanya sudah terlambat. Dengan 12 menit saja pertandingan tersisa, MU akhirnya gagal mengejar gol penyama kedudukan.

Kebanyakan Bongkar Pasang

Jika bicara realitas di atas lapangan, kekalahan MU memang banyak disebabkan oleh kecerobohan-kecerobohan mereka sendiri. Dua yang paling besar yakni blunder Fred dan kartu merah Ashley Young.

Kendati demikian, dalam lanskap yang lebih luas, Paul Hirst punya pandangan lain. Menurut kolumnis sepakbola The Times itu, biang kegagalan MU semalam adalah kurang beraninya Ole Gunnar Solskjaer dalam memainkan pemain-pemain andalannya.

Jika dibandingkan dengan saat melawan Watford pekan lalu, di laga semalam total Solskjaer melakukan enam perubahan pada starting line-up. Marcus Rashford, Anthony Martial, Juan Mata, Ander Herrera, Nemanja Matic, dan Phil Jones yang sebelumnya jadi starter kini menepi. Di sisi lain, Romelu Lukaku, Jesse Lingard, Scott McTominay, Fred, Diego Dalot, dan Victor Lindelof jadi andalan baru sejak menit pertama.

Tingkat rotasi yang begitu kontras ini, kata Hirst, membuat stabilitas performa Setan Merah turun drastis. Menurut Hirst, rotasi adalah hal yang baik, namun melakukan perubahan drastis dengan lebih dari setengah skuat dibongkar pasang adalah langkah yang gegabah.

"Satu dari sekian banyak alasan MU gagal mengejar gelar musim ini adalah kegagalan mereka merumuskan starting XI yang reguler. Di balik layar, Mourinho maupun Solskjaer sama-sama kelewat main-main dengan timnya," tulis Hirst.

Pada konferensi pers, Ole berdalih kalau perubahan komposisi di laga kontra Wolves dilakukan agar ada sosok yang dapat tampil lebih bugar saat duel Liga Champions melawan Barcelona pekan depan. Namun, bagi Hirst alasan ini tampak sebagai pembelaan semata.

Soalnya, bukan hanya jelang Liga Champions, jika dilihat musim ini MU memang ajeg melakukan bongkar pasang. Mereka tercatat sudah melakukan 106 perubahan pemain di setiap transisi dua pertandingan Liga Inggris. Angka ini adalah salah satu yang paling tinggi, bahkan lebih besar dibanding 18 klub lain.

Secara statistik hanya ada dua pemain yang jadi starter di 28 laga atau lebih bagi MU, yakni Paul Pogba dan David De Gea.

Di sisi lain, Wolves yang bahkan harus menghadapi laga tak kalah penting (semifinal Piala FA) pada akhir pekan nanti sama sekali tak ketakutan untuk tetap memasang line-up terbaik mereka. Pelatih Nuno Espirito mengamininya dengan mengatakan kalau semua kompetisi sama pentingnya.

"Karena pada akhirnya semua butuh perjuangan lebih, dan para pemain saya menunjukkannya hari ini, saya sangat bangga," imbuh Espirito seperti dilansir laman resmi klub.

Atas dasar itu, menurut Hirst, dalam komposisi pemain MU memang lebih baik, namun skor akhir 2-1 adalah sesuatu yang layak didapat kedua kesebelasan.

Baca juga artikel terkait LIGA INGGRIS atau tulisan lainnya dari Herdanang Ahmad Fauzan

tirto.id - Olahraga
Penulis: Herdanang Ahmad Fauzan
Editor: Gilang Ramadhan