Menuju konten utama

BKSDA Selidiki Penyebab Kematian Buaya di Sungai Mentaya, Sampit

Warga menemukan bangkai buaya di pinggir Sungai Mentaya, Minggu (2/5/2021) pagi.

BKSDA Selidiki Penyebab Kematian Buaya di Sungai Mentaya, Sampit
Warga melihat buaya muara di Kantor Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSD) Kendari, Sulawesi Tenggara, Senin (20/3). Buaya muara atau Crocodylus porosus sepanjang lima meter ditangkap warga di Kelurahan Poasia saat menyantap hewan ternak dalam kandang. Kantor BKSDA Kendari berencana melepas satwa tersebut di penangkaran Rawa Aopa. ANTARA FOTO/Jojon/aww/17.

tirto.id - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Tengah menyelidiki penyebab kematian buaya yang bangkainya ditemukan di pinggir Sungai Mentaya, Sampit, Kotawaringin Timur.

"Masih kami selidiki penyebabnya. Tapi, dari hasil pemeriksaan kami tadi, dari mulai kepala sampai ekor bagian punggung tidak ditemukan bekas benda tajam di tubuh atau punggung buaya," kata Komandan Jaga BKSDA Pos Sampit Muriansyah di Sampit, Senin (3/5/2021), dikutip dari Antara.

BKSDA Pos Sampit menerima laporan mengenai penemuan bangkai buaya di Dusun Belanti, Desa Bangkuang Makmur, Kecamatan Mentawa Baru Ketapang, Minggu (2/5/2021) pagi.

Menurut keterangan warga setempat, bangkai buaya hanyut dari arah hulu Sungai Mentaya. Bangkai tersebut kemudian diikat oleh warga di sekitar Pelabuhan Belanti agar tidak terbawa arus sungai.

Bangkai buaya selanjutnya dibawa ke pinggir kawasan hutan yang jauh dari permukiman agar tidak mengganggu aktivitas warga.

BKSDA telah memeriksa bangkai buaya yang sudah mulai membengkak dan mengeluarkan bau busuk tersebut. Kulit pada bagian punggung buaya muara jantan sepanjang sekitar tiga meter itu mulai mengelupas. Namun tidak ada tanda bekas luka pada tubuhnya.

Populasi buaya di Sungai Mentaya diperkirakan masih cukup banyak, karenanya Muriansyah mengimbau warga waspada saat beraktivitas di kawasan sungai.

"Kami mengimbau masyarakat untuk selalu berhati-hati saat beraktivitas di sungai, terlebih saat gelap, karena rawan terjadi serangan buaya," kata Muriansyah.

Baca juga artikel terkait BUAYA

tirto.id - Sosial budaya
Sumber: Antara
Penulis: Gilang Ramadhan
Editor: Gilang Ramadhan