Menuju konten utama

Bisakah Rabiot Menjadi 'Jorginho Baru' di Lini Tengah Juventus?

Datang ke Juventus dengan status bebas transfer dari PSG, bisakah Adrien Rabiot menjalankan peran yang biasa dimainkan Jorginho di tim-tim asuhan Maurizio Sarri?

Bisakah Rabiot Menjadi 'Jorginho Baru' di Lini Tengah Juventus?
Adrien Rabiot dari PSG mengontrol bola selama pertandingan sepak bola Liga Prancis antara Paris-Saint-Germain dan Reims di stadion Parc des Princes di Paris, Prancis. AP Photo / Michel Euler

tirto.id - "Adrien Rabiot telah tiba di Turin untuk melakukan tes medis," begitu tulis akun Twitter resmi Juventus, Senin (1/7/2019) siang waktu Indonesia. Tak ketinggalan, Juventus melampirkan foto sang gelandang berada di J Medical didampingi agen sekaligus ibunya, Veronique Rabiot.

Setelah kegagalan transfer ke Barcelona musim panas lalu, disusul berbagai rumor mentah yang mengaitkannya dengan Liverpool, Manchester United, hingga Manchester City, kepindahan Rabiot akhirnya menjadi kenyataan. Keseriusan Juventus mengejar tanda tangannya dan prospek baru Si Nyonya Tua di bawah asuhan manajer Maurizio Sarri bikin pemuda kelahiran 3 April 1995 itu tergiur hengkang ke Turin.

Belum ada pengumuman resmi mengenai perjanjian pasti antara pihak Juve dan Rabiot yang didatangkan dengan status free transfer. Namun sejumlah media Italia mengabarkan Rabiot bakal diikat selama lima musim serta gaji 7 juta euro per musim. Selain nominal tersebut, ibunya Veronique Rabiot dikabarkan juga menerima royalti dari Juventus senilai 10 juta euro.

"Juventus adalah klub besar, di mana setiap orang pasti ingin bermain untuk mereka," ungkap Rabiot.

Dengan keberadaan nama-nama seperti Aaron Ramsey, Blaise Matuidi, hingga Miralem Pjanic di lini tengah Juventus, hampir dipastikan Rabiot tidak akan mendapat peran sebagai pemain box-to-box. Artinya, peran paling mungkin untuknya adalah gelandang jangkar yang berdiri di kedalaman, seperti halnya yang dijalani Jorginho saat memperkuat tim Sarri di Napoli dan Juventus.

Peran ini sebenarnya bukan sesuatu yang asing bagi Rabiot. Hanya saja, pada musim terakhirnya di Paris, dia lebih kerap bermain di posisi yang lebih tinggi. Hitung-hitungan Transfermarkt menyebutkan dari 19 kali tampil musim lalu, 12 laga di antaranya dijalani Rabiot dengan peran sebagai box-to-box.

Butuh Waktu

Sarri sebenarnya bisa saja 'main aman' dengan memohon supaya manajemen Juventus menggaet anak emasnya, Jorginho dari Chelsea. Fakta bahwa Juventus belum banyak merogoh kocek untuk mendatangkan pemain musim panas ini membuat permintaan itu sangat mungkin terpenuhi. Namun, permintaan itu tidak diajukan Sarri.

Ada dua alasan yang jadi pertimbangan. Pertama, Jorginho sejak jauh-jauh hari telah meminta Sarri untuk tidak memboyongnya ke Turin, karena itu bisa bikin si pemain terkesan mengkhianati klub lamanya, Napoli. Kedua, Sarri tak menganggap merekrut Jorginho sebagai kebutuhan yang mendesak. Sebab, dia telah mengetahui rencana transfer Juventus, di mana sosok Rabiot, dirasanya bisa mengisi peran yang biasa dijalankan Jorginho.

Namun keyakinan Sarri saja tidak cukup. Faktanya, menurut hitung-hitungan Whoscoredmusim lalu, Rabiot cuma melakukan 67,7 umpan per 90 menit. Angka ini jauh berada di bawah torehan Jorginho yang bisa menciptakan rata-rata 78,8 umpan per pertandingan. Dalam hal menciptakan key-passes, catatan Rabiot (0,4 per laga) juga cuma berada setengah di bawah Jorginho (0,8 per laga).

Sisi baiknya, untuk menambal kekurangan-kekurangan tersebut, Rabiot sebenarnya cuma perlu beradaptasi dengan intensitas dalam pendekatan Sarri. Sebab, secara kualitas sebenarnya dia punya potensi untuk melampaui efektivitas Jorginho. Potensi kualitas ini bisa dilihat dari data lain Whoscored, yang menyebut akurasi umpan Rabiot di semua kompetisi menyentuh angka 92,4 persen. Angka ini bahkan lebih tinggi dari Jorginho yang berada di kisaran 89 persen.

Pada akhirnya yang dibutuhkan Rabiot adalah waktu untuk beradaptasi dengan taktik Sarri. Dan, Sarri mengetahui hal itu lebih dari siapapun. Sejak konferensi pers pertamanya setelah jadi pelatih Juve, pria yang mengantarkan Chelsea menjuarai Liga Eropa musim lalu itu selalu menekankan satu hal, dia tidak akan memaksakan kehendak pada para pemainnya.

"Bukan hak saya untuk mengubah atau memaksa pemain menjadi sesuatu yang bukan dirinya. Saya tahu klub ini [Juventus] punya pemain besar, dan hal-hal seperti itu hanya bisa dilakukan terhadap para pemain amatir," tutur Sarri dalam wawancara pertamanya setelah jadi allenatore Si Nyonya Tua.

Masalah Kelakuan di Luar Lapangan

Namun waktu bukan satu-satunya yang menentukan. Andaipun Rabiot bisa beradaptasi dan menjalankan peran yang diinginkan Sarri, masalah di luar lapangan bisa bikin segalanya berpotensi buyar.

Jika melihat rekam jejak, Rabiot memang bukan pemain yang punya reputasi bagus dalam mengatasi masalah di luar lapangan. Setidaknya itu menurut pengakuan beberapa orang yang pernah bekerja dengannya.

"Saya merasa kepribadian dan kurangnya profesionalitas pemain macam Adrien Rabiot terhadap klub, rekan-rekan setimnya, dan suporter selalu jadi sesuatu yang sulit diterima," tutur direktur olahraga PSG, Antero Henrique kepada The Guardian.

Rabiot memang bikin berang PSG karena mempermainkan kontraknya di klub asal Paris tersebut. Kendati demikian, keluhan Henrique bukan ditujukan untuk itu saja. Berbagai masalah luar lapangan dihadirkan Rabiot, misalnya saat dia terlibat dalam sebuah video pesta di klub malam sesaat sebelum kekalahan PSG dari Manchester United di Liga Champions.

Oleh sebagian suporter PSG, video tersebut disebut-sebut sebagai biang kerok di balik penurunan performa tim saat menghadapi Setan Merah. Saking besarnya dendam suporter Les Parisiens pada Rabiot, dalam laga Coupe de La Ligue beberapa waktu lalu, mereka membentangkan sebuah spanduk besar betuliskan "Rabiot get stuffed, kami tidak membutuhkanmu."

Masih segar di ingatan pula tindakan kontroversial Rabiot yang menolak bergabung dengan skuat Timnas Perancis lantaran cuma dimasukkan pelatih Didier Deschamps dalam waiting list untuk Piala Dunia 2018. Dengan arogan, dia berkata "tak akan pernah bersedia bergabung jika hanya dijadikan cadangan."

Akibat pernyataan itu, berbagai kecaman muncul, salah satunya dari legenda hidup sepakbola Perancis, Franck Ribery. Kejadian itu pula yang sempat bikin hubungan Rabiot dan Deschamps renggang.

"Itu adalah sebuah sikap yang berakibat buruk, apalagi akhirnya Perancis bisa juara dunia tanpa Rabiot. Orang-orang Perancis mengabaikannya karena kelakuannya yang seperti bocah, apalagi dia sendiri tak bermain sebagus itu untuk Timnas Perancis," ujar jurnalis senior Perancis, Dominique Severac seperti dikutip Bleacher Report.

Dan di atas semua itu, yang paling berbahaya adalah kebiasaan Rabiot melangkahi pelatih buat berbicara dengan petinggi klub. Hal ini tidak dia lakukan sekali saja. Rabiot diketahui pernah meminta kepada bos PSG, Nasser Al Khelaifi untuk dijual ke AS Roma, dan meralat permintaan itu sepekan kemudian.

Dua musim lalu, dia juga sempat bikin mantan Pelatih PSG, Laurent Blanc sakit hati karena melangkahinya dan meminta langsung pada Khelaifi agar dipinjamkan ke klub lain karena minim menit bermain.

Kebiasaan tersebut bisa saja menimbulkan konflik yang mengancam keharmonisan ruang ganti Si Nyonya Tua kelak, apalagi, Sarri dikenal tidak pandang bulu terhadap pemain-pemainnya yang membangkang.

Baca juga artikel terkait BURSA TRANSFER PEMAIN atau tulisan lainnya dari Herdanang Ahmad Fauzan

tirto.id - Olahraga
Penulis: Herdanang Ahmad Fauzan
Editor: Gilang Ramadhan