Menuju konten utama

BI: Utang Luar Negeri Indonesia Sentuh 408,5 Miliar USD per Q3 2020

Utang luar negeri Indonesia per Q3 2020 mencapai 408,5 miliar dolar AS. Posisi ini setara dengan 38,1 persen PDB.

BI: Utang Luar Negeri Indonesia Sentuh 408,5 Miliar USD per Q3 2020
Petugas menata tumpukan uang dolar AS di Cash Center Bank Mandiri, Jakarta, Rabu (18/4/2018). ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

tirto.id - Bank Indonesia (BI) mencatat utang luar negeri (ULN) Indonesia per Q3 2020 mencapai 408,5 miliar dolar AS. Angka ini naik 3,8 persen year on year (yoy). Pertumbuhan Q3 2020 ini melambat dari Q2 2020 yang mencapai 5,1 persen yoy.

Dengan posisi ini, maka utang luar negeri Indonesia sudah setara 38,1 persen Pendapatan Domestik Bruto (PDB). Naik dari bulan sebelumnya 37,4 persen PDB.

“Melambat dipengaruhi oleh transaksi pembayaran ULN swasta,” ucap Kepala Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko dalam keterangan tertulis, Senin (16/11/2020).

ULN senilai 408,5 miliar dolar AS ini terbagi menjadi dua. ULN sektor publik (Pemerintah dan Bank Sentral) sebesar 200,2 miliar dolar AS dan ULN sektor swasta (termasuk BUMN) sebesar 208,4 miliar dolar AS.

ULN pemerintah per Q3 2020 ini mencapai 197,4 miliar dolar AS tumbuh 1,6 persen yoy. Angka ini juga melambat dari Q2 2020 2,1 persen yoy.

BI mencatat perlambatan ini sedikit-banyak dipengaruhi oleh investor asing yang mengurangi kepemilikan atau melepas Surat Berharga Negara (SBN). Meski demikian, penurunannya masih tertahan penerbitan Samurai Bond di pasar keuangan Jepang.

ULN pemerintah utamanya masih digunakan sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial (23,7% dari total ULN Pemerintah), sektor konstruksi (16,6%), sektor jasa pendidikan (16,5%), sektor administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib (11,8%), serta sektor jasa keuangan dan asuransi (11,5%).

“Perlambatan pertumbuhan ini sejalan dengan penyesuaian portofolio di pasar SBN Indonesia oleh investor asing akibat masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global,” ucap Onny.

Lalu ULN swasta juga tercatat tumbuh 6 persen yoy. Angka ini melambat dari Q2 2020 8,4 persen yoy.

Rinciannya ULN perusahaan bukan lembaga keuangan (PBLK) hanya tumbuh 8,1 persen yoy melambat dari Q2 2020 11,6 persen yoy. Sedangkan ULN lembaga keuangan terkontraksi 1 persen yoy alias menipis dari Q2 2020 yang terkontraksi 1,1 persen yoy.

Baca juga artikel terkait UTANG LUAR NEGERI atau tulisan lainnya dari Vincent Fabian Thomas

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Vincent Fabian Thomas
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Abdul Aziz